Engkau pakaianku dan aku jadi pakaianmu

Kalau aku mengumbar kepada semua orang bahwa aku memiliki kekurangan, nyatanya, tak perlu diumbar pun, kita sudah tahu bahwa setiap manusia pasti memiliki kekurangan. Jadi, mungkin di sini bukan tempat yang pas untuk menceritakan kekuranganku. Nanti malah jadi bahan gosip.
Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semua umatku akan dimaafkan kecuali orang yang melakukan dosa secara terang-terangan. Termasuk perbuatan dosa yang terang-terangan yaitu apabila seorang hamba pada malam hari melakukan perbuatan (dosa) lalu menemui waktu pagi dalam keadaan dosanya telah ditutupi oleh Rabbnya, namun setelah itu dia justru mengatakan, ‘Wahai fulan, tadi malam saya melakukan ini dan itu’. Padahal sepanjang malam itu Rabbnya telah menutupi aibnya sehingga dia pun bisa melalui malamnya dengan dosa yang telah ditutupi oleh Rabbnya itu. Akan tetapi pagi harinya dia justru menyingkap tabir yang Allah berikan untuk menutupi aibnya itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Karena itu, hendaknya kita saling berselaras menjadi pakaian. Engkau pakaianku, dan aku jadi pakaianmu. Engkau menutup aibku, dan aku menutup aibmu. Dan semoga kita bisa mengembangkan dan makin menguatkan kelebihan pada diri kita masing-masing.
“….mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka….” (QS 2: 187)

Lagipula, sepertinya tak baik rasanya di mata orang-orang – terlebih di hadapan Allah, bahwa kita saling menerima karena kita “sabar dengan kekurangan pasangan”. Akan lebih baik jika kita saling menerima karena “bersyukur dengan kelebihan pasangan.”

Kita saling menerima, karena agama dan akhlaq yang ada pada diri kita, bukan karena kekurangan fisik, atau kelebihan harta, atau yang lain-lain. Kalau agama itu lenyap dari kepribadian, lenyap pulalah keinginan untuk menerima.
Dari Jabir r.a., beliau meriwayatkan, Sesungguhnya Nabi SAW. telah bersabda, “Sesungguhnya perempuan itu dinikahi orang karena agamanya, kedudukan, hartanya, dan kecantikannya; maka pilihlah yang beragama.” (HR. Muslim dan Tirmidzi)

Karena, dengan agama, kita akan tahu bagaimana cara saling menjaga. Dengan agama, akhirat didapat, dunia mendekat.

Maka, ketika agama hilang dariku, ingatkanlah aku. Kalau sudah mentok tak bisa diingatkan, tinggalkanlah aku, karena boleh jadi aku hanyalah seorang pemimpin yang akan menjerumuskanmu.

Maka, ketika agama hilang darimu, relakan dirimu untuk menerima peringatanku juga. Kalau kau lebih memilih dunia, mungkin aku memang tak mampu menghadirkannya untukmu, dan kau boleh meninggalkanku.

Sebelum semua ikatan itu terikat dengan kokoh, pertimbangkanlah keputusanmu. Sebelum engkau memilihku jadi pemimpinmu, kenalilah agamaku, agar tak membuatmu menyesal.

Jangan khawatir, Allah telah mengunci janjinya,
Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). (QS 24: 26)

Semoga kita dimampukan untuk menjaga kesucian diri dan hati kita, sehingga ketika saatnya tiba, itu memang saat di mana kita sudah benar-benar mampu membuat ikatan yang kokoh, miitsaaqon gholiidzon
Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. (QS 24: 33)
Ya Allah, jagalah agama kami, dan janganlah Engkau menyerahkan kepada kami sekali-kali sebelum kami mampu. Maafkan segala kesalahan kami.
“Ya Allah, Rahmat-Mu-lah yang aku harapkan, janganlah Engkau serahkan segala urusanku kepada diriku sendiri walau sekejap mata, perbaikilah segala urusanku, tiada ilah yang berhak disembah selain Engkau.” (HR. Abu Daud)

Share/Bookmark

capcusss

Download