Perayaan Tahun Baru dalam Islam

Assalamu 'alaikum wr. wb.

turut merayakan tahun baru sama dengan meniru kebiasaan mereka. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita untuk meniru kebiasaan orang jelek, termasuk orang kafir. Beliau bersabda,

من تشبه بقوم فهو منهم

“Siapa yang meniru kebiasaan satu kaum maka dia termasuk bagian dari kaum tersebut.” (Hadis shahih riwayat Abu Daud).


mengikuti hari raya mereka termasuk bentuk loyalitas dan menampakkan rasa cinta kepada mereka. Padahal Allah melarang kita untuk menjadikan mereka sebagai kekasih (baca: memberikan loyalitas) dan menampakkan cinta kasih kepada mereka. Allah berfirman,


يا أيها الذين آمنوا لا تتخذوا عدوي وعدوكم أولياء تلقون إليهم بالمودة وقد كفروا بما جاءكم من الحق

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (rahasia), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu..” (QS. Al-Mumtahanan: 1).


Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang di kota Madinah, penduduk kota tersebut merayakan dua hari raya, Nairuz dan Mihrajan. Beliau pernah bersabda di hadapan penduduk madinah,

قدمت عليكم ولكم يومان تلعبون فيهما إن الله عز و جل أبدلكم بهما خيرا منهما يوم الفطر ويوم النحر


“Saya mendatangi kalian dan kalian memiliki dua hari raya, yang kalian jadikan sebagai waktu untuk bermain. Padahal Allah telah menggantikan dua hari raya terbaik untuk kalian; idul fitri dan idul adha.” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan Nasa’i).


Dalam hadits yang shahih dari Anas bin Malik ra, dia berkata, saat Rasulullah SAW datang ke Madinah, mereka memiliki dua hari besar untuk bermain-main. Lalu beliau bertanya, “Dua hari untuk apa ini ?” Mereka menjawab, “Dua hari di mana kami sering bermain-main di masa Jahiliyyah.” Lantas beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menggantikan bagi kalian untuk keduanya dua hari yang lebih baik dari keduanya: Idul Adha dan Idul Fitri.” (HR. Abu Dawud).


وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُم مِّن بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّاراً حَسَداً مِّنْ عِندِ أَنفُسِهِم مِّن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ فَاعْفُواْ وَاصْفَحُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ إِنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ


“Sebagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al-Baqarah:109).



يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا الَّذِينَ كَفَرُوا يَرُدُّوكُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ


Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang kafir itu, niscaya mereka akan mengembalikanmu kebelakang (Kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang merugi. (QS. Ali Imran:149).


Coba perhatikan ayat tersebut ! Sesungguhnya, moment tahun baru itu salah satu tipu muslihat orang-orang musyirikin untuk menyesatkan kaum muslimin dari jalan kebenaran, jalan yang penuh dengan cahaya rahmat dan karunia-Nya. Karena sejatinya, kaum musyirikin itu mengetahui kalau agama Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin, sehingga hati mereka menjadi dengki dan berusaha mengembalikan keyakinan kaum muslimin pada kekafiran agar jauh dari cahaya Allah.

Sahabatku, apakah kita mau menjadi orang-orang yang merugi? Tentunya, tak ada seorang pun diantara kita yang ingin menjadi orang yang merugi dan amal ibadahnya tertolak oleh Allah Swt. Kalau demikian, mari bersama-sama bersiaga dalam menghalau datangnya budaya kaum musyirikin yang mereka proklamirkan lewat liberalisme, modernitas dan premisivisme budaya.


Daripada merayakan tahun baru dengan berpesta pora, hendaknya kita isi hari-hari kita dengan dzikir dan takhmid kepada Allah, agar hari esok selalu lebih baik dari hari ini. Melakukan tafakur panjang, sangat dianjurkan sebagai bahan renungan dan cermin terhadap eksistensi kita dalam menjalankan dan menegakan syariat Islam selama satu tahun. Mencoba mengingat balik amalan ibadah yang telah kita lakukan selama ini, sudah baikkah kuantitas ibadah kita ? Berapa umur kita sekarang? Masihkah kita bisa menikmati kehidupan untuk satu tahun yang akan datang? Karena setiap waktu bergulir, maka jatah hidup kita pun berkurang.



Wallahu’alam..
Read More...
Share/Bookmark

Hidayah Allah dari Tanah Papua

Read More...
Share/Bookmark

Keutamaan & Adab Sholat Jum'at

Hari Jum'at disebut sebagai penghulu hari (sayyidul ayyam) atau hari baik dimana hari itu mempunyai berbagai keutamaan dalam Islam. Dianjurkan kepada kita agar pada setiap hari Jum`at amal kebaikan ditingkatkan karena dijanjikan pahala yang lebih besar. Dari Abu Hurairah r.a diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda:
"Sebaik-baik hari yang terbit matahari padanya adalah hari Jum'at. Pada hari Jum`at Allah menciptakan Adam. Pada hari Jum'at Adam. dimasukkan kedalam surga, dan pada hari Jum'at pula Adam dikeluarkan dari surga, dan tidak akan terjadi hari Kiamat melainkan pada hari Jum'at."(H.R. Muslim)

Setiap Mukmin laki-laki wajib hukumnya untuk menunaikan sholat Jum'at. Keutamaan & adab sholat Jum'at ialah sebagai berikut:

1. Hendaknya pada hari Jum'at setiap mukmin memperbanyak doa dan mendekatkan diri kepada Allah, karena diantara keutamaan hari Jum'at adalah terdapatnya saat mustajab (dikabulkannya) doa oleh Allah. Dari Anas disebutkan bahwa Rasulullah. pernah bersabda:
"Carilah saat mustajabah yang diharap-harapkan pada hari Jum'at, setelah sholat Asar sampai menjelang maghrib”. (HR. Muslim).

2. Memperbanyak sholawat kepada Rasulullah.


3. Disunnahkan untuk mandi, memakai wewangian dan berpakaian bagus.


4. Membaca surat al Kahfi. Menurut hadis Rasulullah, barang siapa membaca surat al Kahfi pada hari Jum'at, niscaya Allah akan memberinya cahaya antara dua Jum'at. (HR. Muslim).


5. Datang lebih awal ke masjid.


6. Mengerjakan sholat sunnat rawatib sesudah Jum'at 4 rakaat (HR.Muslim) dan sholat attahiyatul masjid.


7. Jangan melangkahi pundak orang yang sedang duduk di dalam shaf sholat, kecuali di sana jelas ada tempat kosong yang perlu diisi.


8. Tidak berbicara sedikitpun ketika Khatib sedang berkhutbah, karena perbuatan itu menghilangkan pahala Jum'at. Rasulullah saw bersabda:
Apabila engkau menegur teman di hari Jum'at dengan ungkapan, hai diam!, sementara khatib sedang berkhutbah, maka engkau telah merusakkan nilai Jum'atmu. (HR. Muttafaq 'alaih).

9. Hentikan transaksi jual beli pada saat menjelang khutbah Jum'at dimulai. Firman Allah,
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian telah dipanggil untuk sholat pada hari Jum'at, maka bergegaslah kepada dzikrullah (sholat Jum'at) dan tinggalkan jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagi kalian, jika kalian mengetahui. (Q.S. al Jum`ah: 9).

10."Jangan berpuasa (sunnah), kecuali jika puasa itu merupakan lanjutan dari puasa sebelumnya atau sesudahnya."(HR Muttafaq `alaih).



Wassalam,
M. Agus Syafii
Read More...
Share/Bookmark

Islam, Hiburan dan Fitrah Manusia

Islam adalah agama fitrah. Artinya, perkara apa saja yang ada di dalam Islam sesuai dengan fitrah manusia. Misalnya, manusia cenderung menghambakan diri kepada apa yang dicintainya. Oleh karena itu Islam memberi petunjuk, kepada siapakah seharusnya kita menghambakan diri. Sebagai contoh, walaupun manusia menyukai harta dan kekuasaan. Anehnya, kita tidak suka jika disebut hamba harta atau hamba kekuasaan, meskipun sikap kita memang seperti itu. Tapi kita redha dan suka jika disebut-sebut sebagai hamba ALLAH. Artinya, fitrah manusia memang ingin menjadi hamba kepada ALLAH, Tuhan Semesta Alam.

Manusia suka kepada ilmu dan kepandaian agar kehidupannya maju dan tidak beku (jumud). Memang ALLAH menjadikan jiwa manusia begitu keadaannya. Setiap orang juga suka kepada makanan yang lezat, suka kepada lawan jenis, suka kepada badan dan akal yang sehat. Oleh karena itu Tuhan datangkan agama Islam yang mengajar manusia untuk memenuhi tuntutan fitrah tersebut. Sabda Rasulullah, “Menuntut ilmu wajib bagi lelaki dan perempuan” (HR. Ibnu Abdi Al Barri). Kemudian jika mengikut Rasulullah SAW, maka sunnat hukumnya makan daging seminggu sekali. Islam juga mendorong pernikahan dan melarang zina sebab zina hanya akan menganiaya kaum perempuan. Sudah tentu tidak ada orang yang mau teraniaya.

Begitulah Islam agama fitrah. Apabila sesuatu disukai oleh fitrah, maka Islam akan membenarkan dan mendorongnya. ALLAH yang menciptakan fitrah manusia, maka ALLAH pula yang menunjukkan cara bagaimana keinginan fitrah itu dipenuhi karena begitulah keinginan fitrah manusia. Jika keinginan fitrah ini tidak tercapai maka manusia akan merasa susah, duka cita dan gelisah. Namun tanpa petunjuk dari ALLAH, nafsulah yang akan memimpin manusia untuk melaksanakan kehendak fitrah itu secara liar tak terkendali. Maka, hasilnya akan buruk sekali.

Sebagai contoh adalah keinginan fitrah manusia untuk berhibur. Batin manusia butuh untuk berhibur sebagaimana jasad lahir manusia perlu beristirahat. Jika tidak dipenuhi maka akan letihlah batin manusia dalam menjalani kehidupan ini. Untuk memenuhi keinginan itulah dapat kita lihat betapa majunya teknologi entertainment saat ini. Jika dulu manusia berhibur dengan karya-karya sastera, pertunjukan cerita dan alat-alat musik, maka manusia jaman sekarang berhibur dengan film, musik, teknologi animasi, efek-efek visual yang memanjakan imajinasi, musik dengan istrumen yang semakin kompleks, game interaktif, synthesizer, virtual reality dsb. Semuanya bertujuan untuk memuaskan keinginan batin manusia. Namun, sebenarnya batin manusia yang manakah yang hendak dihibur?

Di samping memiliki jasad lahir, manusia juga memiliki unsur batin yaitu akal, nafsu dan hati. Dengan melihat kesan hiburan-hiburan tersebut pada diri manusia maka dapat kita pilah menjadi hiburan akal, nafsu atau hati. Sebagai contoh, berhibur akal misalnya mempelajari hal-hal baru, meneliti, berdiskusi dsb. Islam mendorong keinginan fitrah untuk berhibur tersebut selama mengikuti petunjuk ALLAH yang menciptakan manusia. Misalnya, jika yang dipelajari adalah ilmu sihir maka Islam melarangnya karena hanya akan membawa kerusakan. Jangankan ilmu sihir, ilmu agama pun akan membawa keburukan jika tidak dikaitkan dengan tauhid dan akhlak. Ilmu tersebut hanya akan menjadikan manusia sombong, merasa mulia, bermegah-megah, hasad dengki, ego dsb. Apalagi ilmu-ilmu yang lain jika tidak dikaitkan juga dengan Tuhan. Begitu juga berhibur nafsu. Misalnya, keinginan manusia kepada lawan jenis, ALLAH telah tunjukkan caranya melalui pernikahan. Jika tanpa cara yang telah ALLAH tunjukkan yaitu pernikahan, hasilnya hanya akan rusak dan merusakkan. Sudahlah tidak mendidik dan mendisiplinkan nafsu agar tunduk kepada fitrah kita yang ingin menghamba kepada ALLAH, malah menjadikannya semakin liar tidak terkendali. Sedangkan Al Quran telah mengajarkan kepada kita, “Sesungguhnya nafsu itu sangat mengajak kepada kejahatan” ( Yusuf:53 ).

Sebenarnya, hakikat berhibur adalah terhiburnya hati dengan mengingat ALLAH. FirmanNya dalam Al Quran, “Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (Ar Raad: 28) Dengan demikian hiburan akal dan nafsu hanya akan menghibur hati jika selalu dihubungkaitkan dengan ALLAH. Sehingga melalui hiburan-hiburan tersebut kita akan terasa KebesaranNya, Maha KuasaNya, Maha PemurahNya, Maha PengasihNya, Maha AdilNya. Semakin kita berhibur semakin kita merendah diri, tawadhuk, hilang kesombongan dan kemegahan diri, semakin bersyukur dan merasa hina di hadapanNya, semakin takut kepada dosa-dosa dan terkikis rasa cinta dunia yang melemahkan jiwa. Itulah berhibur yang sesungguhnya. Semakin dekat diri kita kepada Tuhan, terpimpin akal, nafsu dan hati kita untuk cinta dan takut kepadaNya. Itulah kebahagiaan sebenarnya yang dicari-cari manusia dari hiburan. Jika kita berhibur namun tidak tampak dan tidak terasa sifat Kemuliaan Tuhan, justru nafsulah yang akan semakin liar tak terkendali. Maka, sebenarnya hiburan seperti itu bukan hiburan melainkan jebakan nafsu dan syaitan.

Inilah yang sering luput dari para penghibur dan para pencari hiburan. Berapa banyak penghibur yang sibuk memikirkan bagaimana menghibur manusia dengan berbagai macam media, bentuk dan gayanya. Namun rupa-rupanya diri mereka sendiripun tidak terhibur. Resah, gelisah, jiwa mereka menderita, hilang kebahagiaan, narkoba menjadi pelarian, semakin jauh dari Tuhan, bahkan bunuh diri karena tidak tahan dengan cobaan. Jika para penghibur gagal menghibur dirinya lalu bagaimanakah nasib kita yang ingin mencari hiburan? Jangan-jangan tanpa sadar sebenarnya kita telah masuk ke dalam tipuan yang menyesatkan. Naudzubillahi min dzalik.



sumber: http://kawansejati.ee.itb.ac.id/book/export/html/16056
Read More...
Share/Bookmark

HANYA MENYAMPAIKAN AYAT-AYAT-NYA

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Sudah menjadi kewajiban bagi setiap kita kaum muslimin untuk berdakwah / menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf serta mencegah dari yang munkar. Karena sesungguhnya Allah telah berfirman dalam Al Qur’an surat Ali ’Imran ayat 104, yang artinya adalah sebagai berikut:

”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf* dan mencegah dari yang munkar**; merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali ’Imran. 104).

Di sisi lain, juga diperoleh penjelasan sebagai berikut: Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, "Sungguh, bila Allah memberi petunjuk kepada seseorang melalui perantara kamu maka itu lebih baik bagi kamu dari pada unta merah***." (HR Bukhari, Muslim dan Ahmad).

Oleh karena itu, marilah kita semua kaum muslimin untuk berlomba-lomba menyampaikan / menyebarkan / menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf serta mencegah dari yang munkar.

Meskipun demikian, dalam berdakwah kita tidak harus mentargetkan sedemikian rupa sehingga kita sukses membawa mereka untuk tertarik ke dalam jalan-Nya yang lurus. Karena kewajiban kita hanyalah menyampaikan ayat-ayat-Nya. Demikian penjelasan Al Qur’an dalam surat Ali ‘Imran ayat 20, yang artinya adalah sebagai berikut:

“Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”. (QS. Ali ‘Imran: 20).

Apalagi jika hal ini kita kaitkan dengan penjelasan Allah dalam surat Al An’aam ayat 162, yang artinya adalah:
 
“Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”, (QS. Al An’aam. 162).

Jadi, sebaiknya apapun yang kita lakukan, termasuk dalam berdakwah, harus kita niatkan semuanya ini hanya karena Allah semata. Bukan karena yang lain.


Saudaraku…,
Jika kita sudah berusaha secara maksimal, maka apapun hasilnya, semuanya itu sudah menjadi urusan Allah. Karena hak Allah-lah untuk memberi petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.

Jika seseorang diberi petunjuk oleh-Nya, niscaya dia akan memilih jalan yang lurus (Islam). Demikianlah penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Baqarah ayat 142 yang artinya adalah:

Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.”. (Wallahu ta'ala a'lam).
 


Semoga bermanfaat.
 


NB.
*) Yang dimaksud dengan ma’ruf adalah segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah.

**) Sedangkan yang dimaksud dengan munkar adalah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.

***) Unta merah adalah harta kekayaan yang sangat berharga dan menjadi kebanggaan orang Arab pada masa itu.
Read More...
Share/Bookmark

Keberadaan Surga

Keberadaan surga ditunjukkan dengan dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Dari al-Qur’an, di antaranya adalah firman Alloh subhanahu wata’ala, artinya,
Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidrotil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal.” (QS. An-Najm: 13-15)

Disebutkan di dalam as-Shohihain (riwayat al-Bukhori dan Muslim) dari hadits Anas rodhiyAllohu ‘anhu dalam kisah Isro’ Mi’roj bahwa Nabi shollAllohu ‘alaihi wasallam melihat Sidrotil Muntaha dan melihat di sisinya ada Jannatul Ma’wa. Beliau bersabda,
“Kemudian Jibril membawaku pergi hingga berhenti di Sidrotil Muntaha, maka Sidrotil Muntaha itu diliputi warna-warni yang aku sendiri tidak mengetahui apa itu. Lalu beliau bersabda, “Kemudian aku masuk ke dalam surga dan ternyata di dalamnya bertahtakan mutiara dan debunya terbuat dari misik.” (HR al-Bukhori dan Muslim)

Dan di dalam riwayat lain dari Ibnu Umar rodhiyAllohu ‘anhu, Rasululloh shollAllohu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sesungguhnya salah seorang di antara kalian apabila mati maka akan diperlihatkan kepadanya tempat kembalinya setiap pagi dan sore. Kalau diperlihatkan bahwa dia termasuk penghuni neraka, maka dia akan menjadi penghuni neraka. Dan Jika diperlihatkan sebagai penghuni surga, maka dia akan menjadi penghuni surga. Lalu dikatakan, “Inilah tempatmu hingga Alloh membangkitkanmu pada hari Kiamat.” (HR al-Bukhori dan Muslim)

Dan masih banyak lagi ayat-ayat dan hadits yang menunjukkan bahwa surga adalah makhluk Alloh subhanahu wata’ala yang telah diciptakan, sebagaimana pula dengan neraka. Maka orang yang menyelisihi keyakinan ini adalah termasuk ahli bid’ah, seperti mu’tazilah yang mengatakan bahwa surga belum diciptakan, tetapi baru diciptakan pada hari Kiamat kelak.

Pintu-Pintu Surga

Alloh subhanahu wata’ala berfirman, artinya,
“Dan orang-orang yang bertaqwa kepada Robbnya dibawa ke surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, “Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya” (QS. Az-Zumar: 73)

Di dalam ayat ini Alloh subhanahu wata’ala menyebutkan bahwa surga memiliki pintu-pintu, sebagaimana juga neraka. Dan pintu-pintu surga apabila nanti telah terbuka, maka akan terus dibiarkan terbuka tidak sebagaimana pintu neraka, ia akan ditutup rapat sebab neraka merupakan penjara. Alloh subhanahu wata’ala berfirman, artinya,
“Ini adalah kehormatan (bagi mereka). Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang bertaqwa benar-benar (disediakan) tempat kembali yang baik, (yaitu) surga ‘Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka.” (QS. Shod: 49-50)

Adapun neraka, maka tidak demikian, sebagaimana firman Alloh subhanahu wata’ala,
“(Yaitu) api (disediakan) Alloh yang dinyalakan, yang (naik) sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka.” (QS. Al-Humazah: 6-8)

Rahasia di balik terbukanya pintu surga bagi para penghuninya adalah karena mereka dapat mondar-mandir, datang dan pergi ke mana saja sesuka mereka. Dan yang ke dua adalah karena malaikat masuk ke dalam surga setiap waktu dengan penuh sikap lembut dan ramah. Ini menunjukkan bahwa surga merupakan tempat aman dan kedamaian yang tidak butuh untuk dikunci (ditutup) pintunya.

Di dalam sebuah hadits, Nabi shollAllohu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Di dalam surga terdapat delapan pintu, salah satunya sebuah pintu yang disebut dengan “ar-Royyan”. Tidak memasuki pintu tersebut kecuali orang-orang yang berpuasa.”

Di Manakah Surga Berada?

Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,
“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidrotil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal.“ (QS. An-Najm: 13-15)

Ayat ini menunjukkan bahwa surga itu berada di atas langit, karena Sidrotil Muntaha berada di atas langit. Dan juga firman Alloh subhanahu wata’ala, artinya,
“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.” (QS. Adz-Dzaariyaat:22)

Imam Mujahid berkata, “Yang dimaksudkan adalah surga.” Dan Ibnu Abbas rodhiyAllohu ‘anhu juga berkata, ” Surga itu berada di atas langit yang ke tujuh.”

Kunci Surga

Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Kunci Surga adalah persaksian tiada ilah yang berhak disembah kecuali Alloh.” (HR Ahmad 5/242). Dikatakan kepada Wahb bin Munabbih, “Bukankah kunci surga itu adalah kalimat la ilaha illAlloh? Maka dia menjawab, ” Ya, akan tetapi tiadalah suatu kunci itu kecuali dia mempunyai gigi-gigi. Jika engkau datang dengan kunci yang bergigi, maka surga akan terbuka, jika tidak, maka tidak akan terbuka. Beliau memaksudkan dengan gigi di sini adalah rukun-rukun Islam.

Jalan Menuju Surga

Jalan menuju surga telah disepakati oleh para rosul dari awal hingga akhir hanyalah satu. Sedangkan jalan ke neraka amatlah banyak tidak terhitung. Oleh karena itu Alloh subhanahu wata’ala menyebutkan bahwa jalan yang lurus itu hanyalah satu dan menyebutkan jalan kesesatan adalah banyak. Alloh subhanahu wata’ala berfirman, artinya,
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Alloh kepadamu agar kamu bertaqwa.” (QS. Al an’am: 153)

Dan Ibnu Abbas rodhiyAllohu ‘anhu pernah berkata, “Rasululloh shollAllohu ‘alaihi wasallam membuatkan kami sebuah garis lurus lalu bersabda, “Ini adalah jalan Alloh“. Kemudian beliau membuat banyak garis di sebelah kanan dan kirinya lalu bersabda, “Ini adalah jalan-jalan, dan pada setiap jalan itu terdapat syetan yang menyeru ke sana.” Lalu beliau membacakan ayat tersebut di atas.

Tingkatan Surga
 
Surga memiliki tingkatan-tingkatan, sebagaimana firman Alloh subhanahu wata’ala, artinya,
”(Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Alloh, dan Alloh Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Ali Imron: 163)
 
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Robbnya dan ampunan serta rejeki (nikmat) yang mulia.” (QS. Al-Anfaal:4)

Tingkatan surga tertinggi adalah surga Nabi Muhammad shollAllohu ‘alaihi wasallam yaitu “Al Wasilah” sebagaimana dalam hadits riwayat imam Muslim dari Amr bin al-Ash rodhiyAllohu ‘anhu bahwa dia mendengar Nabi shollAllohu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Apabila kalian mendengar muadzin (sedang adzan) maka ucapkanlah seperti yang dia ucapkan kemudian bershalawatlah kepadaku, karena barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali maka Alloh akan bershalawat untuknya sepuluh kali. Kemudian mintalah untukku Al-Wasilah, Karena ia merupakan kedudukan di surga yang tidak layak kecuali hanya untuk seorang hamba saja dari hamba-hamba Alloh, dan aku berharap orang itu adalah aku. Barangsiapa yang meminta untukku al-Wasilah maka dia berhak mendapatkan syafa’atku.” (HR. Muslim).

Nama-nama Surga

Surga biasanya disebut dengan Jannah, dan inilah nama yang umun digunakan untuk menyebut tempat ini dan segala yang terdapat di dalamnya berupa kenikmatan, kelezatan, kemewahan, dan kebahagiaan. Nama-nama lain dari Surga di antaranya yaitu:

1. Darus Salam

Sebagaimana firman Alloh subhanahu wata’ala, artinya,
“Bagi mereka (disediakan) Darussalam (surga) pada sisi Robbnya dan Dialah Pelindung mereka disebabkan amal-amal sholeh yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am: 127)

Surga adalah Darussalam (negri keselamatan) dari segala musibah, kecelakaan, dan segala hal yang tidak disukai, dan dia merupakan negri Alloh subhanahu wata’ala, diambil dari nama Alloh “as-Salam”. Alloh subhanahu wata’ala pun mengucapkan salam atas mereka,
“Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta. (Kepada mereka dikatakan), “Salam”, sebagai ucapan selamat dari Robb Yang Maha Penyayang.” (QS. Yaasiin: 57-58)

2. Jannatu ‘adn

Sebagaimana firman Alloh subhanahu wata’ala, artinya,
“(Yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang sholeh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya, dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu, (sambil mengucapkan), “Salamun ‘alaikum bima shabartum”. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar-Ra’d: 23-24)

3. Jannatul Khuld

Karena penduduknya kekal di dalamnya dan tidak akan berpindah ke alam (tempat) lain. Alloh subhanahu wata’ala berfirman, artinya,
”Katakanlah, “Apakah (azab) yang demikian itu yang baik, atau surga yang kekal yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa?” Surga itu menjadi balasan dan tempat kembali bagi mereka.” (QS. Al-Furqan: 15)

4. Darul Muqamah

Sebagaimana firman Alloh subhanahu wata’ala, artinya,
“Dan mereka berkata:”Segala puji bagi Alloh yang telah menghilangkan duka cita dari kami.Sesungguhnya Robb kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu”. (QS. Faathir: 34-35)

5. Jannatul Ma’wa

al-Ma’wa artinya adalah tempat menetap sebagaimana firman Alloh subhanahu wata’ala dalam surat an-Najm di atas. Disebut demikian karena surga merupakan tempat menetapnya orang-orang mukmin.

6. Jannatun Na’im
 
As-Sabiqun al-Awwalun adalah orang-orang terdahulu yang pertama kali masuk/memeluk Islam. Menurut kepercayaan Islam, As-Sabiqun al-Awwalun akan mempunyai tempat tinggal yang mulia, surga Jannatun Na’im.

“ Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridla kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar (At-Taubah ayat 9:100) ”

Bukhari tentang tiga masa yang mendapatkan kemulian dan keutamaan muslim dan lain-lainnya, dimana Muhammad bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi setelahnya, kemudian generasi setelahnya.”

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, Jannah Firdaus menjadi tempat tinggal mereka. Mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya." (QS Al Kahfi : 107-108)

Rasulullah bersabda dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairah ra: Allah swt berfirman, "Aku telah menyediakan untuk hamba-hambaKu yang shalih suatu yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga, dan belum pernah terlintas dalam benak manusia."
 
7. Al Muqamul Amin

“Dan orang-orang yang bertaqwa kepada Robbnya dibawa ke surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya,“Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya” (QS. Az-Zumar: 73)
Read More...
Share/Bookmark

capcusss

Download