POLITIK MENURUT JAMAAH TABLIGH

Pada saat sekarang ini, banyak orang atau golongan yang mencela Jamaah Tabligh karena di dalam Jamaah Tabligh tidak menyinggung masalah Politik. “Tabligh ini memang bagus tetapi kenapa mereka tidak melibatkan diri di dalam politik”, “Tabligh ini sesat karena tidak ikut politik.” Kata-kata seperti ini memang sering terdengar didalam masjid , surau juga di dalam blog dan website, terlebih lagi ketika musim pemilihan umum.

Apakah Jamaah Tabligh menolak politik?

Kalau politik dimaksudkan kepada kaedah Sistem Syura (musyawarah) yang didasarkan kepada Sunnah, maka rasanya tidak ada satu pun ‘karkun’ (da’i yang aktif di Tabligh) yang menolaknya. Tapi kalau politik itu dimaksudkan kepada Sistem Demokrasi Partai, maka mungkin sebagian yang setuju dan sebagian yang menolaknya. Sebenarnya jika kita perhatikan dengan teliti, Jamaah Tabligh ini adalah satu usaha yang berjalan bukan dengan kekuasaan, harta, pangkat, kedudukan maupun dukungan massa, tetapi merupakan satu usaha yang berjalan di atas ‘amalan’ untuk mengajak semua umat untuk beramal. Sebagaimana di dalam solat berjamaah semua jenis orang akan ikut serta. Ada orang cacat, ada yang sehat, ada yang hitam ada yang putih, ada alim, ada jahil, ada yang kaya ada juga yang miskin. Maknanya semua golongan masyarakat ikut serta di dalam solat berjamaah tersebut. Tidak ada yang namanya sholat jamaah itu khusus hanya untuk orang cacat saja, khusus untuk orang kaya saja, atau khusus untuk orang alim saja. Sesungguhnya jika dinamakan 'amalan' maka semuanya bisa terlibat.

Maka jika sekiranya Jamaah Tabligh ini menjadi badan politik atau partai politik maka sudah tentunya sukar untuk mengumpulkan semua golongan dalam masyarakat. Oleh karena merupakan ‘amalan’, maka mudah untuk mengumpulkan umat seperti juga amalan haji, dimana para jamaah berkumpul di Padang Arafah.. Jika kita lihat pada partai-partai politik, sesama partai pun terkadang sering bergaduh dan berantem. Sebab itu dalam Jamaah Tabligh ini tidak ada iuran bulanan, tahunan, perlembagaan, manifesto dan sebagainya. Yang ada hanyalah Usul Dakwah, dan usul dakwah ini adalah hampir sama dipraktikkan di seluruh dunia. Usul dakwah ini bolehlah diumpamakan seperti ‘kaifiat’ di dalam sesuatu amal.

Selain itu di dalam Jamaah Tabligh mengikut Sistem Syura. Bermula dari Markaz Utama sampai kepada negara, negeri, kawasan dan sampai kepada mahalah (masjid) dengan satu kepimpinan tanpa berdasarkan batas negara atau negeri. Cuma didalam urusan dakwah , bukan dalam urusan negara. Hanya itu saja bedanya.

Selain itu kita dapati bahawa ulama tidak sepakat di dalam mewajibkan penyertaan individu Islam di dalam Sistem Demokrasi Kepartaian sebagaimana yang ada di hari ini.. Malah ada ulama mengharamkan Sistem Demokrasi Kepartaian ini. Kata mereka Sistem Demokrasi Kepartaian yang diamalkan sekarang ini bertentangan dengan Sistem Syura yang ada di dalam Islam. Beberapa ulama terkenal yang menolak sistem ini antaranya

1. Syeikh Fathi Yakan sebagaimana di dalam kitab beliau “ Musykilatud Dakwah Wad Dai’yah” halaman : 132 -135.

2 Syeikh Abu Urwah Al-Lubnani melalui kitab beliau “Al-Abjadiyyat” halaman 101 -103 pada tajuk “Al Mabdaiyah Wal Marhaliyyah Fil A’malil Islami”.

3. Syeikh Abul Hassan Ali Nadwi Al Hassani pula menyatakan perkara yang sama di dalam beberapa kitab beliau antaranya “Ilal Islami Min Jadid” halaman 107 dan 161. Beliau ini juga menyatakan Kerajaan Islam (Politik Islam) bukanlah impian, bukan matlamat dan juga bukan merupakan tujuan kesibukan harian Nabi saw dan Para Sahabat rahum.

4. Perkara yang sama juga dipertegaskan oleh Mufti Washi Mazhar Pakistan di dalam kitab beliau “Al Baas Al Islami” Bil 1 Jld.34 cetakan Lakhnow, India. Beliau menjelaskan secara terperinci ta’rifan politik itu sendiri berdasarkan Sunnah. Beliau juga menyatakan mengundi dan pilihan raya adalah haram. Malah ada sebagian ulama membedakan antara Syura dan Demokrasi Kepartaian seperti berikut:

Perbedaan Antara Syura dan Demokrasi Kepartaian

Sebagian orang menganggap bahwa demokrasi adalah wujud praktik Sistem Syura dalam Islam. Ini adalah anggapan yang salah, perbedaan antara keduanya bagaikan timur dan barat. Di antara perbedaannya adalah:

1. Sistem Syura berasal dari Allah dan selalu berlandaskan di atas syariat sedangkan Sistem Demokrasi Kepartaian berlandaskan dukungan mayoritas walaupun yang mendukung adalah orang-orang fasiq bahkan orang-orang kafir.

2. Sistem Syura dilakukan pada perkara yang belum jelas ketentuannya dalam syariat, dan jika ada ketentuan syariat maka itulah yang ditetapkan. Adapun dalam Sistem Demokrasi Kepartaian perkara yang sudah jelas dalam syariat pun dapat diubah jika suara mayoritas menghendaki berbuat demikian, sehingga dapat menghalalkan yang haram dan sebaliknya.

3. Anggota Majelis Syura adalah kebanyakannya adalah para ulama dan yang memiliki sifat-sifat tertentu. Sedang Anggota Dewan Parlemen / Negeri dalam Sistem Demokrasi Kepartaian tidak ada ciri-ciri berkenaan. Ada yang berilmu agama, ada yang jahil, ada yang bijak ada yang tidak, ada yang menginginkan kebaikan rakyat, dan ada yang mementingkan diri sendiri, mereka inilah yang menentukan semua perancangan baik dalam dalam sudut agama atau pun dunia.

4. Dalam Sistem Syura, kebenaran tidak ditentukan dengan majoriti tapi dengan kesesuaian terhadap sumber hukum syariat. Sedangkan dalam Sistem Demokrasi Kepartaian, kebenaran adalah suara majoriti walaupun menentang syariat Allah yang jelas.

5. Sistem Syura adalah salah satu ciri-ciri keimanan, karena dengan Sisitem Syura kita mengamalkan ajaran Islam. Sedangkan Sistem Demokrasi Kepartaian bias menjadi wujud kekufuran kepada Allah, karena jika mayoritas memutuskan perkara kekufuran maka itulah keputusan yang perlu diikuti dan dituruti oleh semua orang.

6. Sistem Syura menghargai para ulama, sedangkan Sistem Demokrasi Kepartaian menghargai orang-orang kafir.

7. Sistem Syura membedakan antara orang yang shalih dan yang jahat, sedangkan demokrasi menyamakan antara keduanya.

8. Sistem Syura bukan merupakan kewajiban di setiap masa, bahkan hukumnya berbeda bersesuaian dengan keadaan. Sebaliknya Sistem Demokrasi Kepartaian merupakan sesuatu yang diwajibkan oleh Barat kepada pengamalnya dengan kewajiban yang melebihi kewajiban shalat lima waktu dan tidak mungkin keluar darinya.

9. Sistem Demokrasi Kepartaian jelas menolak Islam dan menuduh bahwa Islam lemah serta tidak mempunyai maslahat, sedangkan Sistem Syura tidak demikian.

( Tanwiruzh Zhulumat, hal. 21-36 dan Fiqih As-Siyasah Asy-Syar'iyyah hal. 61)

Walau bagaimana pun masih ada ulama yang membolehkan Sistem Demokrasi Kepartaian ini, antaranya Syeikh Yusuf Al Qardawi. Beliau membolehkan system demokrasi mirip dengan keadilan. Keadilan itu sendiri adalah tuntutan di dalam Islam. Perkara yang sama juga disetujui oleh Syeikh Yassin Hamas, juga beberapa ulama di Tanah Arab. Selain daripada itu banyak juga yang memberi alasan sebagai darurat. Namun hal itu disanggah oleh sebagian pihak khususnya “Hizbut Tahrir” melalui beberapa seri ‘pamphlet’ yang biasa diedarkan di masjid-masjid.

Namun dalam masalah ‘khilaf’ (perbedaan pendapat dalam Islam) antara yang berpendapat wajib perpolitik dan yang mengharamkan politik kepartaian, maka bolehlah kita kategorikan sebagai ‘ijtihad’. Masing-masing akan ada pahala walau pun tersalah di dalam ‘ijtihadnya’. Namun bila dikatakan ‘ijtihad’ maka yang berfahaman wajib berpolitik sepatutnya tidak menyalahkan atau mengutuk mereka yang mengharamkan berpolitik kepartaian. Sebagaimana Mazhab Hanafi mengatakan tidak perlu makmun membaca Fatihah dibelakang imam dalam solat berjamaah karena bacaan imam adalah bacaan makmum. Sedangkan Mazhab Syafie mewajibkan makmum membaca Fatihah. Masing-masing berlapang dada dengan pegangan masing-masing. Tidak pula saling mengutuk antara satu sama lain. Ini adalah karena masing-masing faham bahawa hssl itu adalah ‘ijtihad’ dan ‘khilaf’. Berlainan ditempat kita malah menjatuhkan hukum sesat dan sebagainya.


Wallahu’alam
 

Peringatan Untuk Karkun

Walau pun huraian di atas berdasarkan ‘platform’ Jamaah Tabligh namun kita diarahkan dan diminta oleh ‘Elders’ untuk menghormat semua Gerakan Islam, Organisasi Keislaman, ataupun kepada Partai Islam. Bersikaplah lemah lembut dan penghormatan yang tinggi serta akhlaq mulia. Jagalah mulut-mulut kita dari mencaci dan menghina mereka yang berfaham berlainan dengan kita.

Mohon maaf jika tersalah dan tersilap juga kepada teman-teman dari jamaah atau partai Islam sekiranya tulisan di atas menyinggung saudara semua. Teruskan dengan perjuangan yang saudara yakini. Doakan untuk saya yang hina ini.



Share/Bookmark

capcusss

Download