I. Perasaan Cukup dan Aman dalam Amal
Ulama mengatakan bahwa Allah telah menyembunyikan Ridhonya dalam
amal-amal agama. Namun amal sholeh mana yang telah di ridhoi Allah, ini
hanya Allah yang mengetahuinya. Semua amal yang kita kerjakan ini tidak
ada jaminannya disisi Allah karena itu tergantung pada kesempurnaan
amalnya dan keikhlasannya. Untuk ukuran ini penerimaan amal ini hanya
Allahlah yang mengetahuinya.
Ada 3 perkara yang kita tidak mengetahui
dalam amal :
1. Kita tidak tahu apakah amal ibadah kita diterima atau tidak, jadi jangan pernah merasa aman.
2. Kita tidak tahu amal baik mana yang bisa mendatangkan ridho Allah.
3. Kita tidak tahu amal buruk mana yang menyebabkan kita mendapatkan murka Allah.
Kisah-kisah :
1. Pernah ada seorang ahli ibadah di jaman Nabi Musa AS
yang kerjanya selama 300 tahun hanya beribadah saja kepada Allah. Suatu
hari ketika dia meminta kepada Nabi Musa untuk menanyakan kepada Allah
surga mana yang Allah berikan sebagai balasan terhadap ibadahnya. Lalu
Allah menjawabnya melalui Nabi Musa AS bahwa dia itu adalah penghuni
Neraka.
2. Pernah ada seorang pelacur di jaman Nabi Musa AS
ketika dia kelelahan setelah melewati perjalanan yang panjang dan
kehausan. Lalu dia dapati ada sumur air di tempat dekat dia
beristirahat. Setelah bersusah payah dia masuk kedalam sumur mengambil
air dengan sepatunya, lalu ketika keluar didapatinya seekor anjing kecil
sedang kehausan. Lalu karena kasihan melihat anjing kecil itu maka
diberikanlah air tersebut kepada anjing kecil itu. Asbab kejadian ini
Allah telah ridho kepada pelacur tersebut dan mengampuni seluruh
dosanya, lalu memasukkannya ke dalam SurgaNya Allah Ta’ala.
3. Ada di jaman Nabi SAW seorang perempuan tua ahli
ibadah, yang sudah menghabiskan banyak waktunya hanya untuk beribadah
kepada Allah. Namun si nenek tua ini mempunyai kebiasaan suka melalaikan
kucing peliharaannya dari memberikannya makanan. Akibat dari
perbuatannya ini akhirnya kucing peliharaannya yang di ikat dan dikurung
tersebut mati kelaparan. Maka apa kata Nabi SAW mahfum bahwa nenek tua
itu adalah penghuni neraka.
Jadi pada intinya kita tidak tahu amal baik mana yang Allah terima
walaupun kita ahli maksiat dan amal buruk mana yang bisa menyebabkan
murka Allah atas diri kita walaupun kita adalah ahli ibadah. Untuk
perkara ini kita perlu menjaga sifat harap dan cemas kita. Karena Nabi
SAW pun yang sudah di jamin surganya oleh Allah tidak pernah merasa aman
atas amal-amalnya.
Kisah Nabi SAW :
Suatu ketika Nabi SAW selepas sholat berdo’a menangis hingga
kesedihannya terasa oleh istrinya Ummu Salamah. Lalu Ummu Salamah
bertanya, “Ya Rasullullah, mengapa engkau menangis memohon ampunan
padahal engkau telah di jamin Surganya oleh Allah.” Lalu Nabi SAW
menjawab dengan tegas, “Siapakah yang bisa menjaminku wahai istriku ?
Sedangkan saudaraku Nabi Yunus AS ketika dia bersandar pada amalnya
sesaat saja, dia merasa aman terhadap amalnya, Allah kurung dia dalam
perut Ikan Paus selama 40 hari.” Nabi saja Allah hukum di dalam laut
karena tidak ada risau terhadap amalnya. Padahal nabi Yunus AS hanya
bersandar sesaat saja dari amalnya. Nabi Yunus AS meninggalkan ummatnya
mencari tempat yang lebih baik untuk dakwah pada kaum yang lain. Nabi
Yunus AS tidak merasa khawatir dengan perbuatannya meninggalkan kaumnya
ketika itu. Nabi Yunus merasa aman dan tidak ada kekhawatiran terhadap
amalnya tersebut. Padahal Allah perintahkan dia untuk tetap di kampung
tersebut. Sesaat merasa aman dari amalnya, Allah kurung Nabi Yunus di
dalam perut ikan paus, hingga dia bertobat kepada Allah.
Kisah Umar bin Khattab RA :
Umar RA adalah seorang sahabat yang termasuk dalam 10 orang sahabat
yang telah di jamin Surganya oleh Allah Ta’ala. Suatu ketika umar RA
bertemu dengan Hudzaifah RA yaitu penyimpan rahasia Nabi SAW. Umar RA
bertanya kepada Hudzaifah RA, “Wahai Hudzaifah, aku tidak peduli apakah
ada orang-orang munafik yang kerja untukku ataupun orang lain yang telah
jelas kemunafikkannya. Namun Aku hanya mau bertanya satu hal kepadamu
Apakah Aku termasuk golongan orang-orang yang Munafiq yang dikabarkan
oleh Nabi SAW.” Ini adalah Risaunya Umar RA, yang Surganya telah di
jamin oleh Nabi SAW. Walaupun begitu tetap Umar RA selalu dalam keadaan
khawatir terhadap amal-amalnya bukannya dalam keadaan aman. Padahal
kalau kita lihat amalnya Umar RA, sudah seharusnya dia merasa aman,
tetapi hingga menjelang ajalnya pun dia masih dalam keadaan selalu
merasa khawatir atas amal-amalnya. Umar RA di tanya oleh Abbas RA
menjelang wafatnya, “Apalagi yang engkau risaukan wahai Umar, sedangkan
Allah dan Nabinya sudah menjamin keberadaanmu di Surga.” Lalu Umar RA
menjawab, “Jika aku mempercayai perkataanmu, maka aku ini sungguhlah
orang yang bodoh. Andai kata seluruh umat ini masuk surga dan satu orang
masuk ke dalam neraka, maka aku khawatir yang satu orang masuk ke dalam
neraka itu adalah aku. Jika seluruh manusia masuk ke dalam neraka dan
hanya satu orang masuk ke dalam Surga, Aku berharap agar orang itu
adalah Aku.” Menjelang ajalnyapun, Umar RA masih dalam keadaan harap dan
cemas terhadap amalnya. Apalagi kita saat ini yang sudah jelas-jelas
tidak ada jaminannya dari Allah Ta’ala dan NabiNya.
Ciri-ciri Amal yang Allah Sukai adalah Amal yang mempunyai Sifat :
II. Harap dan Cemas :
Salah satu ciri amal yang disukai Allah adalah amal yang mempunyai
sifat harap dan cemas. Menurut Ulama, Iman itu ada di antara harap dan
cemas. Pernah ada suatu kisah seorang anak muda yang sedang menghadapi
sakratul maut bertanya pada rasullullah SAW. Dia bertanya, “Ya
Rasullullah SAW, aku berharap Allah mau mengampuni dosa-dosaku tetapi
aku takut dosaku terlampau banyak.” Rasullullah SAW bersabda mahfum :
“jika ada dalam amal ini rasa harap dan cemas (takut) kepada Allah,
maka Allah akan mengabulkan apa yang kita harapkan dan menjauhi kita
dari apa yang kita cemaskan (takuti).”
Hari ini orang yang berharap rahmat Allah sudah banyak tetapi tidak
ada rasa cemas, jadinya maksiat jalan terus. Lalu ada orang yang terlalu
mencemaskan dosanya sehingga putus asa dari rahmat Allah, akhirnya buat
dosa terus. Jadi harap saja tanpa cemas ujung-ujungnya perbuatan dosa,
dan putus harap karena terlalu cemas ujung-ujungnya dosa juga. Yang
benar adalah harus punya harap kepada Allah dan rasa cemas karena dosa.
Ini yang harus kita jaga dalam kehidupan kita yaitu rasa harap dan
cemas.
Kisah di Jaman Nabi Musa AS :
Dalam sebuah riwayat di kisahkan, ada seorang pemuda yang pergi untuk
bertemu dengan Nabi Musa AS untuk bertanya mengenai Iman. Namun di
tengah jalan si pemuda tadi bertemu dengan seseorang yang tangan
dua-duanya sudah tidak ada, kaki dua-duanya sudah tidak ada, matanya
buta. Lalu si pemuda ini bertanya apa yang sudah terjadi padanya. Si
orang tadi menjawab bahwa, “Saya ini korban perampokan sehingga tangan,
kaki saya di potong oleh perampok itu dan mata saya di buta kan.” Si
orang tadi menceritakan bagaimana jahatnya perampok itu dan bagaimana
susahnya dia menjalankan hidup. Si pemuda tadi menanyakan dari mana dia
dapat makan. Lalu orang itu bilang, “setiap hari saya merasakan ada
semut yang mengantar buah-buahan langsung ke mulut saya sudah sampai 10
tahun.” Akhir cerita si pemuda tadi mengajak orang itu ikut namun dia
menolak sehingga pemuda tadi pamit untuk pergi. Namun orang cacat tadi
menitip pertanyaan untuk Nabi Musa : “Kemuliaan seperti apa yang Allah
akan berikan kepada saya nanti di surganya Allah, setelah sabar
mengalami penderitaan selama 10 tahun ini.”
Sampai di tengah perjalanan si pemuda tersebut di hadang oleh seorang
perampok yang ternyata adalah perampok yang merampok si orang yang
cacat tadi. Si perampok itu bilang bahwa dia telah membunuh 99 orang dan
dia ingin menjadikan pemuda tadi yang ke 100. Lalu si pemuda itu bilang
kepada si pembunuh, “Yang namanya orang pintar dia akan tahu manfaat
dan mudharat dari pekerjaan yang dilakukan. Sekarang jelas-jelas saya
tidak ada uang. Kalau tuan bunuh saya malah akan menyusahkan tuan. Tuan
harus berkelahi dulu dengan saya, kalau saya mati tuan harus mengubur
diri saya lagi, tuan harus mencium bau mayat saya lagi. Jadi yang ada
hanya mudharat untuk tuan dan tidak ada manfaatnya.” Si perampok tadi
akhirnya mengurungkan niatnya untuk membunuh pemuda tadi. Lalu dia
bertanya kemana tujuan si pemuda itu pergi. Setelah menjelaskan maksud
dan tujuannya, akhirnya si perampok meminta pemuda untuk menyakan kepada
Nabi Musa AS : “ Saya sudah membunuh 99 orang dan saya ingin bertobat
apakah Allah akan menerima tobat saya.” Maka pergilah si pemuda tadi
menghadap Musa AS.
Setelah bertemu dengan Nabi Musa AS, maka dia ajukan 3 pertanyaan :
Pertanyaan pertama adalah tentang Iman : Mengapa Allah tidak menampakkan dirinya langsung agar kita bisa langsung mengimaninya ?
Pertanyaan kedua tentang si cacat : Kemuliaan apa yang akan Allah
berikan kepada saya yang telah bersabar menghadapi penderitaan selama 10
tahun ini ?
Pertanyaan ketiga tentang si perampok : Apakah Allah akan menerima tobat orang yang sudah membunuh 99 orang ?
Lalu Nabi Musa AS menjawab pertanyaan :
Kalau kita bisa melihat Allah kenapa Allah susah-susah mengirim Nabi.
Kita beriman kepada Allah karena kita tidak bisa melihatnya. Ini baru
yang namanya Iman, yaitu tidak pernah melihat tapi mau meyakini.
Orang cacat tadi penghuni Neraka.
Allah akan mengampunkan dosa perampok tadi dan Allah akan masukkan dia ke surga.
Si pemuda tadi bertanya mengapa si cacat yang sabar masuk neraka dan
sedangkan si perampok yang jahat masuk surga. Lalu Musa AS menjawab,
yang namanya penghuni surga itu mempunyai ciri- ciri. Ciri-cirinya
adalah Dia melupakan 2 hal dan mengingat 2 hal :
Yang Di lupakannya :
Kebaikan atau amal baik dirinya
Kejahatan orang lain terhadap dirinya
Yang Di ingatnya :
Kejahatan dirinya atau amal buruk dirinya
Kebaikan Allah dan orang lain terhadap dirinya
Nabi Musa berkata si cacat tadi :
Yang di ingatnya hanya kebaikan atau amal baiknya (dia merasa aman /
bersandar pada amalnya). Tetapi dia melupakan nikmat yang telah Allah
berikan kepadanya melalui semut yang mengantarkan buah ke mulutnya tiap
hari selama 10 tahun. Dia tidak bersyukur terhadap nikmat Allah
tersebut.
Lalu dia mengingat keburukan orang lain dan melupakan keburukan diri sendiri
Itulah sebabnya si cacat ini Allah tentukan neraka sebagai tempat dia
kembali. Si cacat tadi hanya punya pengharapan yang berlebihan tanpa
rasa cemas terhadap amal-amalnya, sehingga dia lalai dari nikmat Allah.
Inilah yang namanya merasa aman atas amal-amalnya. Hari ini kita jangan
pernah merasa sudah sabar menghadapi penderitaan dan kesusahan karena
kita tidak tau apakah kesabaran kita Allah terima atau tidak. Jika kita
ada berbuat kebaikan lupakan saja karena itu Allah yang bantu kita. Yang
perlu kita ingat selalu adalah kebaikan Allah dan orang lain terhadap
diri kita, dan bagaimana membalasnya. Kita sering-sering minta ampun
kepada Allah dan minta maaf kepada orang karena amal buruk kita. Ini
yang harus kita ingat-ingat yaitu kejahatan kita kepada Allah dan orang
lain. Kita lupakan kejahatan orang lain terhadap kita, karena jika ada
yang memukul kita pada hakekatnya itu adalah Allah yang memukul kita.
Jadi kita lupakan saja perbuatan jahat orang lain terhadap diri kita,
dan jangan kita ungkit-ungkit kejahatan orang lain seperti si cacat tadi
yang menyebabkan dia menjadi penghuni neraka.
Sedangkan si perampok tadi Allah terima ampunannya dan Allah akan masukkan dia kedalam surga karena :
Dia mempunyai ciri-ciri penghuni surga yaitu : yang di ingat-ingat
adalah kejahatan dia sendiri dan dia lupakan kejahatan orang lain.
Si perampok ini mempunyai sifat harap dan cemas. Dia mengharapkan rahmat Allah dan mencemaskan perbuatan dia.
III. Ikhlas :
Hari ini penting kita waspadai diri kita agar jangan sampai
tergelincir oleh amal kita sendiri. Setan ini selalu buat usaha selama
24 jam bagaimana Iman dan Amal kita rusak walaupun itu hanya bergeser
sedikit saja. Itu sebabnya penting kita mengenal Allah agar kita tidak
sampai terjebak oleh syetan. Jika ada rasa aman terhadap amal, segera
ucapkan “La haula wala Quwwata Illa Billah”, “Tiada daya upaya ( untuk
taat ) selain pertolongan dari Allah”. Jika ada kebaikan yang ada kita
perbuat, yakinilah bahwa itu semata-mata karena pertolongan Allah bukan
karena kemampuan kita. Nabi SAW pernah berkata bahkan untuk mengangkat
kedipan mata sekalipun ini atas pertolongan Allah. Jadi jangan pernah
merasa kita mampu beramal, ini semata-mata karena Allah sayang sama
kita, sehingga kita di tolong Allah untuk beramal. Jika ada yang memuji,
kita kembalikan pujian ini kepada Allah, karena hanya Allah yang berhak
dipuji. Kita ini tidak bisa buat apa-apa, semunya ini kerjaan Allah,
jadi hanya Allah yang pantas di puji. Jangan pernah merasa mampu untuk
beribadah, karena semua ibadah ini atas pertolongan Allah. Dalam sebuah
riwayat dikatakan ada seorang Abid yang 300 tahun dia beribadah dengan
penuh ketaatan, kerjanya sujud, dzikir, dan hanya memakan kurma yang
tumbuh di pinggir sungai tempat dia sholat. Dia mengeluh dengan derajat
surga yang Allah kasih. Lalu Allah keluarkan Abid tadi dari surga dan
Allah tanya, “Siapa yang memberimu makan dari tumbuhan yang dapat
mengeluarkan kurma tiap hari ? dari mana engkau mendapat kekuatan dalam
beribadah ? siapa yang memberimu udara untuk bernafas ?” lalu Abid itu
menjawab, “Engkau ya Allah” sehingga abid itu bertobat dan menerima
keputusan Allah.
Pada Hakekatnya semua keadaan dan semua kemampuan ini adalah Allah
yang buat dengan IradahNya, keinginannya. Jadi kalau ada orang yang
tersesat dari jalan yang lurus pada hakekatnya Allah yang menyesatkan.
Itulah sebabnya iblis ketika diminta pertanggung jawabannya, dia bilang,
“Saya hanya bisa menggoda, tetapi perbuatan dosa itu adalah kemauan
orang tersebut.” Nabipun di ajarkan Allah do’a untuk mempertahankan
Hidayah : “Allahumma La Tudzi’ Qullubana Ba’daidz hadaitana Milladunka
Rahmah antal wahab”, “Ya Allah janganlah engkau sesatkan aku setelah
engkau memberi aku pertunjuk.”
Suatu hari Imam Syafei Rah.A bertemu dengan Iblis, lalu Iblis itu
berkata, “Apa pendapatmu tentang saya, kalau saya ini adalah Allah yang
menciptakan, jalan hidupku Allah yang menentukan, sifat yang ada dalam
diriku Allah yang memberikan, tempat akhir tinggalku Allah yang
memutuskan, menurutmu apakah aku ini Dzolim ?” Lalu Imam Syafei
menjawab, “Jika Allah menciptakan kamu menurut kemauanmu, berarti Allah
Dzolim. Sedangkan Allah Maha Suci dan Allah tidak Dzolim.” Lalu Iblis
menjawab, “Jawabanmu benar. Tahukah engkau asbab pertanyaanku ini sudah
80 orang ulama aku sesatkan.” Allah tidak pernah dzolim, yang dzolim itu
kita yaitu yang selalu menentang Allah dan bertindak menurut kemauan
kita. Kemauan manusia ini selalu mengikuti nafsu, sehingga manusia ini
mempunyai kecenderungan merusak. Jika Allah mengikuti kemauan kita
berarti Allah tidak suci lagi karena Allah sudah merusak. Sedangkan
Allah Maha Suci dan tidak merusak, sedangkan yang merusak itu adalah
kita.
Allah jadikan hidup ini menurut kemauan Allah bukan kemauan
mahluknya. Penting kita sandarkan kemauan kita kepada kemauan Allah, ini
baru benar. Bukan hidup menurut kemauan kita, tetapi menurut kemauan
Allah. Kita ini bisanya hanya mempertanyakan kemauan Allah, “Kenapa
begini, kenapa begitu” padahal di dalam Al Qur’an Allah sudah bilang,
“Allah ini tidak akan ditanya, Kitalah yang akan ditanya Allah.” Jaga
prasangka baik kepada Allah, kalau Allah sudah tentukan surga buat kita
nanti semuanya akan Allah mudahkan. Sahabat bertanya,”Jika Allah sudah
tentukan surga dan neraka untuk kita buat apa kita beramal” Nabi SAW
menjawab mahfum, “Apakah kamu sudah tahu dimana Allah tempatkan kamu.
Beramal saja, jika Allah sudah janjikan Surga untukmu nanti Allah
mudahkan (bantu / tolong) kamu dalam beramal.” Dalam setiap amal yang
kita lakukan setan ini akan membuat 7 usaha atas amal kita :
- Usaha menghalangi seseorang dari beramal, lalu disibukkan dalam perkara lain.
- Jika beramal akan di buat tergesa-gesa biar tidak sempurna amalnya
- di buat malas atau menunda-nunda dalam beramal agar tidak Istiqomah
- Di tipu dari amal besar ke amal kecil
- Beramal sembunyi-sembunyi tetapi dalam hatinya ingin diketahui orang banyak.
- Di buat merasa bahwa dia telah berbuat amal ( ujub )
- Di buat dia tidak yakin pada amal-amalnya.
Jadi usaha atas keihklasan ini bukanlah perkara yang mudah karena
setan mengetahui bahwa amal yang Allah sukai adalah amal yang dilakukan
dengan ikhlas hanya kepada Allah. Kalaupun kita lewat godaan syetan ini,
maka amal kita akan di seleksi di 7 langit, sebelum amal itu sampai
kepada Allah :
Amal tertolak di langit pertama asbab adanya Ghibbah
Amal tertolak di langit ke dua asbab mengharapkan keduniaan
Amal tertolak di langit ke tiga asbab Ketakaburan ( sombong )
Amal tertolak di langit ke empat asbab adanya Ujub (rasa aman/mampu)
Amal tertolak di langit ke lima asbab adanya Hasad dan Dengki
Amal tertolak di langit ke enam asbab tidak ada rasa Mahabbah pada manusia
Amal tertolak di langit ke tujuh asbab ada Sum’ah dan Riya’
Lalu ada satu amal yang lolos sampai ke Arasy Allah dan hanya Allah
mengetahui isi atau niat dari amal itu. Jika ada ketidak ikhlasan maka
Allah akan buang amal itu walaupun amal itu sudah lolos sampai ke langit
ke 7 tidak diketahui oleh para malaikat. Niat dalam hati dari si Hamba
ketika beramal ini hanya Allah yang tau. Ikhlasnya seseorang dalam
beramal ini hanya Allah yang tau. Dari Jin, Malaikat, dan manusia tidak
ada yang bisa tahu niat atau keikhlasan dari amal-amal itu. Ada sebuah
kisah percakapan seorang wali Allah, bernama Juneid Al Baghdadi, dengan
Allah di dalam mimpinya. Allah berkata kepadanya, wahai Juneid :
Ketika Aku berikan kesenangan di dunia maka 90 % dari manusia lari dariku. Sehingga yang tinggal hanya 10 % dari jumlah manusia.
Ketika Aku berikan kesusahan di dunia maka 90 % dari yang tersisa tadi lari dariku. Sehingga tinggal 10 % dari jumlahnya.
Ketika Aku nampakkan Surga maka 90 % nya lagi dari manusia yang tersisa tadi lari dariku. Sehingga tinggal 10 % dari jumlahnya
Ketika Aku nampakkan neraka maka 90 % nya lagi lari dariku hingga yang tersisa hanya tinggal 10 % darinya.
Sisanya Aku uji lagi mereka dengan cobaan-cobaan, maka larilah dari
mereka 90 % dari sisanya. Hingga hanya tertinggal 10% daripadanya.
Maka sisa dari yang lari dariku inilah, yang sebenar-benarnya hambaku
yang Ikhlas dan hanya mengharapkan RidhoKu. Mereka diberi kesenangan
dunia tidak lari dariKu, diberi kesusahan dunia tidak lari dariKu,
diberi surga tidak lari dariKu, diperlihatkan neraka tidak lari dariKu,
Aku uji mereka dengan cobaan-cobaan tidak lari dariKu. Mereka inilah
yang sebenar-benarnya hambaku.
Imam Ali RA berkata Ikhlas itu ada 3 tingkatan :
1. Karena Mengharapkan Surga à Ikhlasnya para pedagang
2. Karena Takut pada Neraka à Ikhlasnya seorang hamba
3. Karena Malu dan Syukur pada Allah à Sebenar-benarnya Ikhlas
Ciri-ciri orang yang sudah sampai pada tingkatan Malu dan Syukur
kepada Allah, ketika ditanya mau minta apa, maka dia akan bingung
memintanya, karena dia merasa apa yang dia butuhkan semuanya sudah ada.
Sehingga dia malu untuk meminta yang namanya dunia dan hanya bersyukur
atas segala pemberiaan Allah. Jadi hidupnya hanya bersyukur saja dan
malu kepada Allah karena amalnya tidak bisa melebihi pemberian Allah
kepadanya sehingga dia malu untuk meminta yang lain. Jangan kita hanya
meminta keduniaan pada Allah karena dunia ini hina dan tidak ada
nilainya, bahkan Allah benci kepada dunia ini. Barangsiapa yang meminta
dunia kepada Allah ini seperti meminta kotoran pada Raja, maka raja akan
tersinggung. Mintalah kepada Allah sesuai dengan kebutuhan kita dan
mohonlah kepada Allah karena pertolongan Allah untuk keluar dari
masalah.
Nabi SAW bersabda mahfum kepada Muadz bin Jabal RA :
“ Wahai Muadz jagalah keikhlasan karena keikhlasan ini dapat membuat amal yang kecil menjadi besar.”
Ikhlas ini dapat membuat amal besar menjadi kecil, dan amal kecil
menjadi besar disisi Allah. Amal-amal ini semuanya akan Allah hisab
kebenarannya. Jadi dalam beramal ini penuh dengan perjuangan, dan kalau
bukan karena pertolongan Allah, tidak mungkin kita bisa melewati
rintangan-rintangan dalam beramal.
IV. Mahabbah ( Cinta / Kasih Sayang )
Amal yang dilakukan atas dasar kasih sayang inilah yang bisa
menyebabkan cinta Allah pada hambanya. Islam ini adalah agama yang kasih
sayang. Di dalam Al Qur’anpun banyak ayat yang memerintahkan kita untuk
berbuat baik dan menyayangi fakir miskin, anak yatim, musafir, janda,
dan manusia yang lainnya.
Nabi SAW bersabda mahfum :
“Tidak akan masuk surga kalian sebelum kalian beriman. Tidak akan
sempurna iman kalian sebelum kalian menyayangi orang lain sebagaimana
kalian menyayangi diri sendiri.”
Kisah Sahabat :
Sahabat menjamu Tamu Nabi SAW padahal dirumahnya hanya ada makanan
tinggal buat anak-anaknya. Lalu Sahabat memerintahkan isterinya untuk
menidurkan anaknya dan menyediakan makanan untuk tamu Nabi SAW. Lalu dia
perintah isterinya untuk mematikan lilin dan dia berpura-pura
membetulkan lilin. Sementara dia pura-pura mengunyah makanan sehingga
dikira tamunya ia ikut makan. Asbab perbuatan sahabat ini turun ayat
dari Allah untuk mengenang perbuatan Sahabat yang Iqrom kepada tamu Nabi
SAW. Perbauatan Sahabat ini Allah abadikan dalam Qur’an untuk diambil
pelajaran dan di tauladani sampai hari kiamat. Sehingga ke esokan
harinya Nabi SAW memanggil sahabat tersebut karena Allah ridho pada
pelayanannya kepada tamu.
Kisah-kisah :
Di jaman Musa AS ada seseorang yang merindukan saudaranya yang
tinggal di tempat lain. Sangking rindunya dia maka dia berniat untuk
mengunjungi saudaranya itu. Ketika dia pergi dari rumahnya untuk
mengunjungi saudaranya Allah memerintahkan malaikat untuk mencegatnya
dan menanyakan niat orang itu mengunjungi saudaranya ( kunjungan banyak
sebabnya : karena bisnis, karena jabatan, karena hutang, dll. ). Setelah
dicegat oleh Malaikat yang menyamar sebagai manusia, Malaikat itu
bertanya, “Hendak kemana engkau pergi wahai pemuda ?” si pemuda tadi
menjawab, “Aku rindu ingin bertemu dengan saudaraku karena Allah.” Lalu
Malaikat itu bertanya lagi, “Betulkah kamu merindukan saudaramu itu
karena Allah ?” pemuda itu menjawab, “Iya betul.” Maka malaikat itu
berkata, “Wahai pemuda sesungguhnya aku ini adalah malaikat yang diutus
Allah untuk menanyakan perkara ini kepadamu, jadi dengarkanlah bahwa
sesunguhnya Allah merindukanmu sebagaimana kamu merindukan saudaramu.”
Bekal Akherat cuman hanya ada 2 saja :
1. Cinta pada Allah
2. Menyayangi Mahluk
Dalam suatu riwayat dikatakan :
“Barangsiapa yang menyayangi yang ada di bumi maka yang di langit akan sayang kepadanya”
Allah berfirman dalam Hadits Qudsi :
“Haqqat Mahabatti ( Wajib Aku mencintai ) “ :
1. Lil Mutahabbina Fiya : “Orang yang saling mencintai karena Aku”
Hadits Nabi SAW Mahfum :
“Barangsiapa yang mencintai seseorang karena Allah Ta’ala,
menghormati RabbNya, maka dia akan mampu memperoleh keagungan dan
RahmatNya.” ( HR. Ahmad )
2. Lil Mutawassilina Fiya : “yang menyambung sillaturahmi karena Aku”
Hadits Nabi SAW Mahfum :
“Ya Uqbah, maukah kamu aku beritahukan tentang akhlaq penghuni dunia
dan akherat yang paling utama ?” Yaitu : “Menghubungi orang yang
memutuskan hubungan denganmu…” ( HR Al Hakim )
3. Lil Muttanashihiina Fiya : “yang saling menasehati pada jalanKu”
Hadits Nabi SAW Mahfum :
“Sesungguhnya agama itu adalah nasehat.” Sahabat bertanya,”Bagi siapa
ya Rasullullah SAW ?” Nabi SAW menjawab, “Bagi Allah, bagi kitabNya,
bagi RasulNya dan bagi ummat muslim.” ( HR Nasai )
4. Lil Mutazawirina Fiya : “yang saling menziarahi karena Aku”
Hadits Nabi SAW Mahfum :
“Mereka akan duduk dalam mimbar-mimbar bercahaya disaat orang-orang
ketika itu sedang mengalami kesusahan yang hebat padahal mereka bukan
dari golongan para Nabi ataupun syuhada.” Para sahabat bertanya,
“Siapakah mereka itu ya Rasullullah SAW ?” Nabi SAW menjawab, “Mereka
yang bertemu dan berpisah semata-mata karena Allah Ta’ala.” ( HR Ahmad )
5. Lil Mutabaazilina Fiya : “yang saling memberi pada jalanKu”
Hadits Nabi SAW :
“Adakah kamu mencintai Surga ?” sahabat menjawab,”Ya Rasullullah
SAW.” Nabi SAW bersabda, “Senangkanlah saudaramu dengan apa yang engkau
sukai bagi dirimu.” ( HR Ahmad )
6. Al Mutahabuna Fiyya : “yang saling berkasih sayang pada JalanKu”
Hadits Nabi SAW :
“Orang-orang yang saling berkasih-sayang karena Ku, akan berada di
dalam naungan bayangan ArasyKu pada hari dimana tidak ada naungan
kecuali naunganKu.” ( HR. Ahmad & Thabrani )
- · Note : Semua perkara-perkara ini yang menyebabkan Allah cinta pada hambanya terdapat dalam amalan Dakwah. Apa itu Dakwah ? yaitu mengajak manusia cinta pada Allah dan Allah cinta pada manusia.
Kisah Nabi Daud AS :
Nabi Daud AS pernah bertanya kepada Allah : “ Ya Allah bagaimana
caranya agar aku bisa mendapatkan cintamu ?” Lalu Allah SWT menjawab :
“Ajaklah orang-orang untuk mencintaiku, maka aku akan cinta kepadamu.”
Do’a Nabi Daud AS :
“Ya Allah sesungguhnya kau memohon agar dapat mencintaiMu, mencintai
orang yang mencintaiMu, beramal dengan amal yang dapat menyampaikanku
untuk cinta kepadaMu. Ya Allah jadikanlah kecintaanku kepadaMu melebihi
kecintaanKu pada diriku, pada keluargaku, dan bahkan melebihi
kecintaanku kepada air yang dingin di waktu panas terik di padang
pasir.”
Do’a para Tabi’in :
“Ya Allah Engkaulah tujuanku, RidhoMu lah yang aku cari, Cinta Kasihmu dan Makrifat kepadaMu lah yang aku minta “
4 akhlaq yang paling dicintai Allah :
1. Menyambung sillaturrahmi dengan yang memutuskan
2. Memberi kepada yang tidak mau memberi ( bakhil pada kita )
3. Berbuat baik kepada yang mendzolimi kita
4. Memaafkan dan mendokan kepada orang yang bersalah pada kita
Rumus Agama : Dakwah = Kasih Sayang = Kesempurnaan Iman = Surga
Kasih Sayang pada Ummat yang paling utama :
Memikirkan bagaimana Nasib mereka di akherat nanti bukan memikirkan
keselamatan yang sekejap saja yaitu di dunia ini. Tidak mau masuk neraka
maka ajak orang untuk menjauhi Neraka, dan kalau mau masuk surga maka
ajak orang untuk masuk surga. Kuncinya adalah sholat. Kunci surga ini
mempunyai 5 gigi yaitu sholat wajib 5 waktu.
Menurut Ulama Amalan yang paling Allah cintai dari para Nabi hanya 2 saja :
Mengajak seluruh manusia cinta pada Allah
Memikirkan cara bagaimana Allah bisa cinta pada manusia
(Amalan Dakwah Illallah)
Contoh Kasih Sayang Nabi dalam Dakwah :
1. Sayangnya Nabi pada Abu Jahal pamannya yang sering
menyakitinya tetapi Nabi SAW tetap mengunjunginya untuk mengajaknya
kepada islam sebanyak 72 kali. Hingga turun perintah untuk menghentikan
kunjungannya kepada Abu Jahal dari Allah ta’ala.
2. Iqromnya Musa AS kepada Firaun sampai dia mendo’akan
Firaun setiap mendapatkan musibah agar selamat. Dan perbuatan ini selalu
dilakukan Nabi Musa AS hingga 9 kali musibah agar Firaun selamat.
Walaupun Firaun berulang-ulang menipunya dengan janji mau masuk islam.
Hingga Allah membuat keputusan untuk menghancurkan Firaun.
Allah berfirman dalam surat Al Ashr.
1. Demi Masa / waktu Ashr
Maksudnya :
Allah bersumpah berarti bukan perkara kecil, dan kepastiannya adalah
mutlak. Sumpahnya demi waktu ashr yang menunjukkan waktu dunia sudah
menjelang senja mau habis waktunya.
2. “Sesungguhnya seluruh manusia ini dalam kerugian”
Maksudnya :
Ini adalah keterangan mengenai keadaan manusia yang sesungguhnya.
3. Kecuali 3 jenis manusia saja yang tidak merugi :
Orang beriman
Orang beramal sholeh ( bukan hanya dimulut saja )
Orang yang saling menasehati :
Dalam kebenaran / perkara yang Haq
→ La illaha Illallah
Dalam kesabaran
→ Bukti cinta yang Hakiki
Maksudnya adalah :
Ini adalah tingkatan manusia setelah beriman, maka untuk membuktikan
Imannya dia akan beramal sholeh. Bukan iman dimulut saja tetapi
pembuktiannya adalah dengan pengamalan. Setelah beramal selanjutnya
diapun berdakwah. Dakwah yang seperti apa ? saling menasehati dalam
perkara yang Haq yaitu mengajak orang kepada Allah ( La Illaha Illallah
). Dan saling menasehati dalam kesabaran. Kesabaran ini adalah bukti
daripada cinta yang hakiki. Imam Hasan Al Basri mengatakan tidak ada
kemuliaan yang lebih utama yang Allah berikan kepada seseorang melebihi
sifat sabar. Apa itu sifat sabar ? contohnya adalah seorang ibu sedang
menimang anaknya, lalu anaknya mengencingi dan memberaki ibunya. Si anak
membalas kebaikan ibunya dangan keburukan, tetapi ibunya tetap sabar
dan sayang kepada anaknya. Sedangkan sayangnya Allah ini, Nabi SAW
bersabda mahfum :
“Kasih sayang Allah pada hambanya ini 70 kali melebihi kasih sayang ibu kepada anaknya”
V. Pengorbanan
Sudah menjadi kelebihan sahabat bahwa mereka mempunyai kekuatan untuk
berkorban diluar batas kemampuan manusia biasa. Ini dikarenakan sahabat
sudah menjadi manusia super dalam hal keimanan, ketawakkalan, dan
pengorbanan. Bagaimana sahabat semua dididik agar bisa menghilangkan
semua gantungan yang ada dan hanya bergantung pada Allah. sahabat
diperintahkan untuk berhijrah agar mereka bisa merasakan keadaan dimana
tidak ada tempat lagi untuk bergantung selain Allah Ta’ala saja. Yaitu
dengan meninggalkan semua yang mereka cintai ketika hijrah. Allah telah
buat keadaan untuk mereka agar berkorban habis-habisan sampai tidak ada
lagi yang mereka bisa korbankan di jalan Allah. Sehingga pengorbanan
mereka ini sampai pada level kesiapan menyerahkan segala yang mereka
punya untuk membela agama Allah. Bagaimana Abu Bakar RA ketika berlomba
dengan Umar RA dalam memberikan harta untuk di infakkan di jalan Allah,
Abu Bakar RA telah berikan semua hartanya sampai tidak ada lagi yang
tersisa dirumahnya bahkan untuk keluarganya sekalipun. Ada seorang
sahabat karena ia tidak punya uang untuk di infakkan di jalan Allah
akhirnya dia bekerja dan menerima upah 3 kurma : 1 kurma untuk keluarga,
1 kurma untuk dia, 1 kurma lagi diletakkan diatas hasil infak yang
terkumpul untuk orang yang pergi di jalan Allah. Inilah pengorbanan
sahabat RA demi ikut serta dalam pengorbanan untuk agama. Ada seorang
sahabat karena miskin tidak ada yang bisa dikorbankan di jalan Allah
akhirnya dia berdo’a pada Allah dengan menyedekahkan harga dirinya untuk
agama Allah. Asbab do’anya ini maka Nabi SAW memanggil sahabat ini
bahwa do’anya telah diterima oleh Allah Ta’ala. Inilah semangat sahabat
dalam berkorban di jalan Allah. Dari 114.000 sahabat hanya sekitar
±14.000 sahabat yang meninggal di antara mekkah dan madinah, selebihnya
meninggal di luar negeri di jalan Allah.
Abu Ayub Al Anshori adalah orang yang menerima Nabi SAW untuk tinggal
di rumahnya ketika Beliau SAW hijrah ke madinah. Suatu ketika beliau
hendak memenuhi takaza fissabillillah ke Turki, namun keadaan beliau
ketika itu tidak memungkinkan. Ini dikarenakan beliau sudah berumur 92
tahun dan memiliki udzur untuk tidak pergi di jalan Allah. Anaknya
ketika itu menginginkan agar ayahnya, Abu Ayub Al Anshari RA, untuk
tidak ikut dan agar istirahat saja di rumah. Tapi apa kata Abu Ayub Al
Anshori, “Mau saya juga begitu, tetapi kemauan Allah atas diri kita
lain. Allah ingin kita keluar Fissabillillah di waktu senang dan susah,
di waktu tua dan muda, kapan saja di butuhkan.” Lalu di tengah
perjalanan ke turki dia menderita sakit keras. Dia berwasiat kepada
anaknya agar menguburkan mayatnya di benteng turkey. Ketika ditanya
kenapa, Beliau RA menjawab, “Saya ingin berjuang di jalan Allah baik
dalam keadaan hidup maupun mati. Saya ingin tempat saya dikuburkan
menjadi saksi saya di hadapan Allah bahwa saya mati dalam
Fissabillillah.” Ketika beliau di kuburkan di Turki, terlihat ada
selendang bercahaya keluar dari dalam kuburnya memancar hingga ke
langit. Orang-orang kafir di turkey yang melihat hal itu terkesan hingga
mereka masuk ke dalam Islam. Inilah sahabat cita-citanya adalah untuk
mati di jalan Allah, bagaimana dengan kita ? Sehingga kematiannya pun
masih bermanfaat bagi orang lain yaitu Allah jadikan dia sebagai asbab
hidayah bagi manusia. Jangan mau ikut yang lain, ikut saja Nabi dan para
sahabat yang jelas-jelas jaminan kesuksesannya dari Allah. Kita niatkan
dalam diri kita bahwa kita ingin di bangkitkan bersama mereka.
Nabi SAW mendidik sahabat ini agar mereka menjadi manusia yang super
pengorbanannya hingga hilang dari mereka sifat memiliki atau rasa
memiliki sesuatu, bahwa segala sesuatu itu termasuk hidup saya ini
adalah milik Allah. Demi agama saya Ikhlaskan Harta, Keluarga, dan diri
saya, inilah pengorbanan sahabat. Pernah suatu ketika Abu Bakar RA sudah
tidak memiliki apa-apa lagi, bahkan pakaian yang menutupi aurat
sekalipun, asbab telah di sedekahkan dijalan Allah. Saat itu Nabi SAW
pun risau atas kondisi Abu Bakar RA, lalu Nabi SAW mencari sahabat
lainnya agar dapat memberikan baju kepada Abu Bakar RA. Ternyata sahabat
RA yang lainnyapun juga dalam keadaan kondisi yang sama miskinnya
seperti Abu Bakar, hanya mempunyai satu baju. Akhirnya Nabi SAW
mendapatkan pakaian untuk abu bakar yang terbuat dari karung yang
dijahit dengan kancing yang terbuat dari duri. Asbab ini Malaikat Jibril
datang menghadap Nabi SAW untuk menyampaikan salam Allah Ta’ala kepada
Abu Bakar RA. Lalu Nabi SAW bertanya kepada Jibril mengapa Jibril AS
datang dengan berpakaian dari karung seperti pakaian yang dikenakan Abu
Bakar RA. Jibril AS menjawab bahwa pada saat ini Allah telah
perintahkan kepada seluruh penduduk langit untuk berpakaian seperti Abu
Bakar RA. Sahabat sudah mampu menghilangkan rasa memiliki bahkan
terhadap nyawanya sendiri sekalipun, bahwa semuanya ini milik Allah,
tidak bisa dimiliki atau disimpan buat diri mereka.
Surga – Ridho Allah – Amal Agama – Iman – Hidayah – Pengorbanan :
à Surga ini dikelilingi oleh Ridho Allah. Sedangkan Ridho Allah ada
pada Amal Agama. Sedangkan untuk bisa membuat Amal Agama dibutuhkan Iman
agar kita bisa mengamalkannya. Iman ini akan datang jika ada Hidayah
dari Allah Ta’ala. Syarat Hidayah turun jika ada pengorbanan.
Pengorbanan seperti apa ? yaitu pengorbanan untuk membuat usaha atas
hidayah Allah. Kefahaman terhadap agama akan meningkat seiring dengan
bertambahnya pengorbanan. Kefahaman ini datangnya dari Allah, Allah yang
memberikan kefahaman kepada kita, tergantung pada pengorbanan kita.
Nabi SAW tidak punya madrasah atau pesantren, mau faham Agama keluar
dijalan Allah. Ini resep dari Nabi yaitu dengan mengajak sahabat untuk
berkorban dengan jiwa dan harta di jalan Allah. Penyakit yang datang
jika manusia tidak mau berkorban adalah Penyakit Wahan yaitu Hubbud (
Cinta ) Dunia dan Takut Mati.
Hadits Nabi SAW mengenai fadhilah berkorban di jalan Allah, mahfum :
Mahluk-mahluk di laut, di darat, dan dilangit akan mendoakan ampunan serta rahmat untuk kita ketika kita keluar dijalan Allah.
Seluruh amal yang kita kerjakan akan dikalikan 700.000 kali
pahalanya, lalu dikali lagi 70 bagi yang sudah menikah sehingga totalnya
49.000.000 kali. Sedangkan 1 dzikir La Illaha Illallahu wah dahu La
syarikala Ahadan Somadan Lam Yalid Walam Yulad Walam Yakullahu Kuffuan
Ahad di ucapkan di pasar bernilai 2.000.000 pahala, bagaimana jika
diucapkan ketika kita keluar dijalan Allah. 1 pahala saja Allah kasih 10
kali lipat lebih luas dari pada langit dan bumi tempatnya.
Allah akan mengirimkan ribuan malaikat untuk menjaga kita dan keluarga kita selama kita keluar di jalan Allah.
Suatu ketika Aisyah R.ha merasa beuntung karena Nabinya Allah ada
bersama dia R.ha. Tetapi apa kata Nabi SAW kepada Aisyah R.aha,
“Sesungguhnya lebih beruntung lagi istri yang ditinggalkan suaminya
keluar dijalan Allah, karena Allahnya Nabi bersama mereka.”
Lebih tinggi nilainya dibanding sholat dibelakang Imamul Anbiya yaitu
Nabi SAW, di hari syahidul ayyam atau Imamnya hari yaitu hari Jum’at,
di tempat yang paling mulia yaitu mesjid Nabawi Madinah. Inilah yang
dilakukan Abdullah bin rawahah R.A ketika diperintahkan oleh Nabi untuk
keluar dia menundanya karena ingin sholat dibelakang Nabi SAW pada hari
Jum’at. Lalu apa kata Nabi kepadanya, “Kamu sudah tertinggal 500 tahun
perjalanan dengan rombongan yang keluar dijalan Allah.
Doa orang keluar di jalan Allah lebih ijabah dibanding do’a orang
yang berdoa di masjidil Haram didepan Hajar Aswat pada malam Laitul
Qadar.
Sahabat bertanya “Adakah pahala yang leibih tinggi dari pahala orang
yang keluar di jalan Allah.” Nabi SAW menjawab, “Tidak ada” kalaupun ada
kalian tidak akan dapat melakukannya. “Mampukah kalian sholat sepanjang
malam tiap hari, baca quran sepanjang malam tiap hari, berdziki
sepanjang malamr tiap hari tidak berhenti tanpa tidur sampai orang
tersebut kembali dari keluar dijalan Allah. Itupun kalau kamu mampu
melakukannya masih lebih tinggi nilainya orang yang keluar dijalan
Allah.”
Kisah Nabi :
Nabi Musa AS Allah perintahkan keluar di jalan Allah untuk menyampaikan Agama kepada Fir’aun Laknatullah Alaih.
Nabi Muhammad SAW pergi di jalan Allah ke Thoif untuk menyampaikan Agama Allah
Kisah Sahabat :
Ada seorang Sahabat tidak dapat tidur sebelum melihat Nabi SAW karena
sangking cintanya dia kepada Nabi SAW. Sahabat rela mengorbankan anak,
istri, harta, dan keluarga jika itu menjauhkan mereka dari Nabi SAW.
Tetapi Demi Agama Allah para Sahabat rela meninggalkan Nabi yang mereka
cintai demi tegaknya Agama dan pergi dijalan Allah. Seperti Muadz Bin
Jabal RA ketika diperintahkan Nabi untuk berdakwah di Yaman dan Nabi
berkata kepadanya ini yang terakhir kali engkau akan bertemu denganku.
Walaupun Muadz sedih luar biasa mendengarkan kabar tersebut dari Nabi
SAW. Namun Muadz tetap pergi meninggalkan orang yang paling dicintainya
yaitu Nabi SAW. Untuk menunjukkan derajat orang yang pergi di jalan
Allah, Nabi rela memegang Kuda Muadz RA sementara Muadz dikudanya
berjalan sampai keluar kota madinah. Muadz berkata, “Ya Nabiullah engkau
adalah Nabinya Allah sungguh tidak pantas engkau berjalan mengantarkan
Aku sementara aku duduk di kudaku.” Lalu apa kata Nabi SAW, “Aku ingin
orang-orang melihat bagaimana nilainya orang yang keluar dijalan Allah.”
Bahkan nabipun rela berjalan dibawah orang yang menunggang kuda untuk
keluar dijalan Allah.
Para Sahabat RA sangat faham atas nilai orang yang pergi dijalan
Allah sehingga ada sahabat yang baru menikah belum sempat mandi junub
langsung pergi di jalan Allah setelah mendengar panggilan takaza keluar
di jalan Allah lalu syahid.
Ada sahabat yang seharusnya menikah karena diperintahkan oleh Nabi
SAW, akhirnya membatalkan pernikahannya karena mendengar panggilan pergi
Jihad dijalan Allah. Dia sengaja mendaftar untuk juhad dengan cara
menyamar, karena takut dilarang oleh nabi untuk tidak keluar di jalan
Allah. Allah berikan kepada sahabat RA ini syahid dijalan Allah.
Ada seorang anak Sahabat mencari ayahnya yang baru saja syahid karena
pergi jihad di jalan Allah, dan Ibunyapun juga sudah meninggal di jalan
Allah. Sehingga Nabi SAW bertanya kepadanya, “Maukah kamu menjadikan
Aku sebagai Ayahmu, dan Aisyah sebagai Ibumu dan Fatimah sebagai
Kakakmu.” Inilah nilai pengorbanan dimata Nabi SAW sampai-sampai beliau
menawarkan keluarganya menjadi keluarga anak itu. Inilah pengorbanan
Sahabat agar kita semua dapat memeluk Islam dan masuk kedalam Surganya
Allah. Tetapi lihat kondisi kita kini, bagaimana kita akan memberikan
alasan kita kepada mereka nanti di akherat ketika kita akan bertemu
mereka.
Ayat Qur’an :
“ Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong agama Allah
niscaya Allah akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (47 :7)
“ Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu
perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari Adzab yang pedih ? yaitu kamu
beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihadlah dijalan Allah dengan
harta dan jiwamu. Itulah lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya.
Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu kedalam
Surga…”(61:10-12)
“Apakah Kamu mengira bahwa kamu akan masuk Surga, padahal belum nyata
bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu, dan belum nyata
orang-orang yang sabar.” ( 3:142)
“Katakanlah : “Jika Bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara,
isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu khawatiri kerugiaannya, dan rumah-rumah tempat
tinggal yang kamu sukai, adalh lebih kamu cintai dari pada Allah dan
RasulNya dan dari berjihad di jalanNya, maka tunggu sampai Allah
mendatangkan keputusanNya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang fasik.”( 9 : 24 ).
VI. Sabar
Ulama dari generasi Tabi’in, Hasan Basri Rah.A berkata bahwa :
“Tidak ada kemuliaan yang lebih besar yang Allah berikan kepada seseorang, melebihi sifat Shabar.”
Menurut Hujatul Islam, Imam Al Ghazali :
“Shabar adalah tetap tegaknya dorongan agama ketika berhadapan dengan dorongan nafsu.”
Jadi barangsiapa yang tetap tegak bertahan dalam mempertahankan agama
atau perintah-perintah Allah sehingga dia bisa menundukkan hawa
nafsunya secara terus menerus, maka orang tersebut termasuk orang yang
sabar. Sahabat bertanya siapa itu orang sabar, lalu Nabi SAW menjawab
mahfum :
“Orang yang tidak suka mengeluh dan mengadu kepada yang lain.”
Sabar itu ada 5 :
- Asshobru fil ibadat : Sabar dalam beribadat
- Asshobru indal mushibah : Sabar dari musibah
- Asshobru anid Dunya : Sabar terhadap keduniaan dan tipu dayanya
- Asshobru anil Maksiat : Sabar dari keinginan melakukan maksiat
- Asshobru fil Jihad : Sabar dalam perjuangan
Untuk bisa meningkatkan derajat disisi Allah menjadi yang lebih
tinggi lagi diperlukan ketahanan dan kesabaran. Ini karena tanda
sayangnya Allah pada seorang hamba maka Allah akan datangkan banyak
cobaan-cobaan kepadanya. Siapa yang Allah paling cintai dari hambanya ?
yaitu Nabi Muhammad SAW. Siapa manusia yang paling banyak cobaan dan
kesusahannya ? tidak ada satu mahlukpun yang cobaannya dan kesusahannya
melebihi Nabi Muhammad SAW. Padahal Nabi SAW adalah orang yang paling
Allah cintai, tetapi paling banyak susah dan paling banyak di uji oleh
Allah. Ini karena derajat Nabi SAW ini naik disisi Allah asbab
pengorbanannya dan ujiannya.
Maksud daripada ujian ini adalah bukannya untuk menyusahkan kita
tetapi untuk menaikkan derajat kita. Sebagaimana dikantor kalau ingin
menaikkan jabatan seseorang diberikan ujian tujuannya bukan untuk
menyusahkan tetapi untuk menaikkan derajat atau pangkat dia. Diberikan
ujian kepadanya, kalau dia lulus baru dinaikkan derajatnya atau
statusnya. Jadi tujuan daripada ujian tersebut bukan maksudnya untuk
menyusahkan. Begitu juga jika datang kepada kita kesusahan-kesusahan dan
kesulitan-kesulitan, maksud Allah bukan untuk menyusahkan kita tetapi
Allah ingin mengangkat atau menaikkan derajat atau maqom kita. Kepada
orang-orang yang menjalankan usaha agama ini akan datang berbagai macam
ujian dan berbagai macam kesusahan kepada kita. Tetapi maksud utamanya
adalah bukan untuk menyusahkan kita, melainkan untuk menaikkan derajat
kita. Dengan kesusahan dan kesulitan, Allah inginkan kita menjadi orang
yang sabar dan tahammul, bukan orang yang mudah putus asa.
Dengan kesulitan dan kesusahan, seseorang dapat menjadi manusia yang
lebih baik asal dia punya kesabaran. Namun jika dia menyerah, berputus
asa dari rahmat Allah, ketika diberi ujian atau cobaan maka dia akan
kehilangan segalanya. Ini disebabkan ketika dia menyerah maka
berhentilah apa yang diusahakannya, tidak ada usaha, yang ada hanya
kemunduran atau kehancuran. Seperti seorang ilmuwan yang sedang berusaha
menemukan alat atau mesin. Ketika dia gagal dan putus asa, maka seluruh
usaha yang dia curahkan selama ini akan sia-sia saja dan mesin itu akan
hancur jika tidak diusahakan. Namun jika dia sabar dan tahan uji, maka
dia akan berfikir terus untuk memperbaiki keadaan, memperbaiki
kesalahannya, dan terus berusaha atas penemuan mesinnya itu, hingga
sukses. Inilah yang namanya peningkatan kualitas, yaitu ketika seseorang
belajar dari pengalaman untuk menjadi yang lebih baik. Dengan kesusahan
dan kesulitan, manusia ini akan berfikir dan akan meningkatkan
kemampuannya menjadi manusia yang lebih baik agar dia tidak melakukan
kesalahan yang sama. Tetapi jika manusia ini senang melulu dia akan
lalai, lengah, tidak waspada, dan tidak akan mampu untuk berpikir karena
tidak pernah susah. Jadi kesulitan dan kesusahan ini dengan kesabaran
dapat meningkatkan qualitas dan mutu daripada manusia itu sendiri.
Kesabaran menghadapi kesulitan dan kesusahan karena agama Allah inilah
yang dinamakan Pengalaman Iman. Inilah maksudnya yang dikatakan dalam
suatu riwayat bahwa Allah menyukai orang beriman yang kuat bukan yang
lemah. Dia kuat dalam arti sabar dan tahan uji, bukan orang beriman yang
lemah dan mudah putus asa dari rahmat Allah.
Sabar ini adalah salah satu daripada sifat Allah, As Shabur. Jadi
Allahpun menghendaki kita agar mempunyai sifat sabar, sehingga datanglah
kepada kita bermacam-macam ujian. Allah ingin melihat kalau kita tetap
istiqomah dalam taat kepada Allah. Jika orang itu mampu istiqomah taat
kepada Allah dalam keadaan apapun baru orang itu dapat dikatakan sabar.
Yang dikatakan sabar itu bukanlah orang yang tenang tidak dalam keadaan
tidak ada apa-apa, maksudnya tidak ada kesulitan dan tidak ada ujian
atas nafsu. Seorang suami berkelakar, “Istri saya ini sabar sekali,
kalau bulan muda (baru gajian), tetapi kalau sudah bulan tua ( belum
gajian ) sudah tidak sabar lagi.“ Istri ini kalau bulan muda masih ada
gaji atau uang yang cukup untuk keperluan dan kebutuhan, dia bisa tenang
saja menunggu, tetapi ini bukanlah yang namanya sabar. Sabar itu bila
ada kesusahan tidak berubah taatnya kepada Allah, tidak berubah daripada
sifatnya, tetap mampu menjaga daripada sifat-sifat yang baik.
Namun pertanyaannya bagaimana mendapatkan sifat sabar ini ?
Sifat-sifat tinggi atau yang mulia ini akan datang melalui keadaan yang
bertentangan dengan nafsu atau dalam keadaan yang mujahaddah. Bagaimana
kita mengetahui diri kita Sabar sebelum kita bertemu dengan orang
pemarah ? Bagaimana kita bisa dapat sifat Tawakkal kepada Allah sebelum
kita mendapatkan keadaan dimana kita tidak bisa lari kepada siapapun
selain kepada Allah ? Begitu juga sifat-sifat mulia yang lain ini akan
datang atau wujud dalam diri kita melalui cobaan-cobaan dalam
keadaan-keadaan yang bertentangan dengan nafsu kita atau mujahaddah atas
nafsu.
Jadi datangnya kesusahan-kesusahan kepada kita bukanlah maksudnya
untuk menyusahkan kita, tetapi untuk menaikkan derajat kita supaya sifat
kita menjadi sifat khalifah dan tetap menjaga ketaatan kepada Allah
Ta’ala. Kadang-kadang Allah datangkan keadaan kepada kita dimana ada
orang datang menyalahkan, menuduh, dan memarahi kita, padahal kita tidak
berbuat salah, bahkan telah berbuat kebaikan kepada orang yang marah
tersebut. Inipun jangan lantas kita salahkan orang itu, tetapi yang
harus kita ingat adalah apa maksud Allah dibalik keadaan yang telah
Allah berikan ini kepada saya. Apa maksud Allah merubah sikap orang itu
berbuat buruk kepada kita ? inilah yang justru harus kita fikirkan,
karena kita harus cari tahu apa kehendak-kehendak Allah atas diri kita
saat itu. Kata ulama kalau ada orang berbuat salah kepada kita, maksud
Allah bukan untuk menyusahkan kita tetapi ingin datangkan kepada kita
sifat Pemaaf. Ini karena sifat pemaaf ini adalah datang daripada
sifatNya Allah. Ini sifat tidak akan datang kepada kita jika tidak ada
orang berbuat salah kepada kita. Kalau orang selalu berbuat baik kepada
kita, tidak pernah berbuat salah kepada kita, maka tidak akan datang
atau tidak akan ada sifat pemaaf pada kita. Sifat Pemaaf ini adalah
salah satu sifat yang disukai Allah Ta’ala. Demikianlah juga para Nabi,
walaupun mereka-mereka ini adalah orang-orang yang tidak berbuat salah,
tetapi kaumnya berbuat berbagai macam keburukan dan kedzoliman kepada
para Nabi mereka. Namun para Nabi ini memiliki sifat pemaaf, memaafkan
daripada kesalahan kaumnya, bukan meminta dihancurkan. Bahkan para Nabi
ini memohon kepada Allah agar sikap-sikap mereka itu dimaafkan, walaupun
mereka telah dizolimi oleh kaumnya.
Seorang Arab bertanya kepada Ulama yang memberikan ceramah di mekkah,
buat apa mereka itu dijadikan orang-orang yang menentang kepada agama
seperti Firaun, Qorun, Hamman, Namrud, dan lain-lain. Kata dia lebih
baik orang yang macam itu tidak usah diciptakan oleh Allah, suapaya para
Nabi ini lancar, dan usaha agama ini lancar. Buat apa diciptakan orang
macam mereka itu. Lalu ulama ini menjawab dengan bijak, “Wahai saudara,
adakah saudara mengetahui telur ayam ?” lalu jawab si arab tersebut,
“Ya, saya mengetahui telur ayam.” Lalu si ulama ini bertanya lagi,
“Kalau telur ayam itu dipecah terdiri daripada apa ? Telur ayam itu
terdiri daripada kulit telur, putih telur, dan kuning telur. Kalau telur
ayam itu menetas yang menjadi anak ayam itu adalah dari kuning telur
dan putih telur. Kulit telor itu tidak akan bisa berubah menjadi anak
ayam jika dipecah. Kalau telor tadi dimakan, digoreng maksudnya, itupun
yang dimakan oleh manusia itu hanya kuning telur dan putih telur, tetapi
kulit telor ini tidak dimakan. Jadi Kulit telor ini tidak bisa jadi
anak ayam dan tidak bisa pula untuk dimakan. Kalau kita bertanya kepada
Allah buat apa kulit telur itu diciptakan, tidak bisa dimakan dan tidak
pula bisa jadi anak ayam. Tentu jawabannya telor tidak akan jadi anak
ayam kalau tidak ada kulitnya. Dan telor tidak akan bisa dimakan kalau
keluar daripada pantat ayam tanpa kulitnya, tidak ada yang mau
memakannya. Ini karena isi telor tadi keluar tanpa kulit telur, sehingga
menjadi najis. Jadi putih telur dan kuning telur ini akan bermanfaat
jika ada kulit telur.” Begitu pula orang-orang yang berbuat salah
kepada kita, yang menguji, atau para penentang agama, ini seperti kulit
telur atas telor. Untuk menetaskan orang menjadi penyabar, menjadi
pemaaf, menjadi beriman, adalah karena adanya orang-orang yang menentang
kepada usaha agama ini. Jadi sebetulnya yang menaikkan derajat Nabi
Musa AS, sampai kepada derajat Nabi yang Ulul Azmi ( 5 Nabi yang paling
Mulia ), ini dikarenakan adanya tantangan daripada Firaun. Naiknya
derajat Rasullullah SAW sampai kepada derajat Ulul Azmi dan derajat
Sayyidul Anbiya karena penentangan daripada Abu Jahal, Abu Lahab, dan
lain-lain.
Orang yang tahu akan hakekat Sabar dalam Mujahaddah ini, diceritakan
dalam sebuah kitab, seorang syekh dipukuli sampai babak belur oleh
seorang muridnya, padahal dia tidak bersalah. Tetapi Si syekh itu malah
berdo’a, “Ya Allah ampuni muridku itu dan masukkan dia kedalam surgaMu.”
Orangpun heran mengapa si syekh ini masih mau mendo’akan kebaikan untuk
orang macam itu. Lalu si Syekh ini berkata bahwa dialah yang telah
menaikkan derajatku menjadi sabar, supaya menjadi pemaaf, makanya aku
berterima kasih kepada dia dengan mendo’akannya. Orang-orang yang faham
akan hal ini, ketika mendapatkan kesulitan dalam menjalankan usaha agama
ini, merupakan suatu anugrah, karunia, suatu nikmat yang besar dari
Allah Ta’ala. Namun kita tidak boleh meminta didatangkan kesusahan
karena setiap orang pasti diuji oleh Allah dengan kesusahan dan
kesulitan. Nanti Allahlah yang menentukan waktu dan kadar daripada
cobaan tersebut.
VII. Yakin yang Betul pada Allah
Iman itu adalah : Putus Hubungan dengan Mahluk hanya bergantung pada
Allah Ta’ala. Jangan sampai tertipu dan jangan sampai salah bergantung.
Hanya Allah yang bisa selain Allah tidak bisa apa-apa.
Allah berfirman :
“ Allah pencipta langit dan bumi, dan bila dia berkehendak untuk
menciptakan sesuatu, maka cukuplah Dia hanya mengatakan kepadanya : “Kun
/ Jadilah”. Maka terjadilah. ” ( 2 : 117 )
“Hai Manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu
perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah
sekali-kali tidak akan dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun
mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu
dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu.
Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemahlah yang disembah. Mereka
tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah Maha
Kuat lagi Maha Perkasa.”( 22 : 73-74)
Hadits Nabi SAW :
Nabi SAW memberi nasehat kepada Ibnu Abbas RA, beliau SAW bersabda,
“Wahai pamanku, jika seluruh manusia berkumpul dan hendak memberi
manfaat kepadamu selain dari apa yang Allah telah tetapkan niscaya
mereka tidak akan dapat melakukannya. Begitu juga jika seluruh manusia
berkumpul dan hendak memberikan Mudharat kepadamu selain dari apa yang
Allah telah tetapkan, niscaya mereka tidak akan dapat melakukannya.
Tinta telah kering dan Pena telah diangkat.”
Nabi bersabda, bahwasanya Allah berfirman, “Wahai hamba-hambaku
sesungguhnya kalian ini lapar kecuali yang aku beri makan, maka mintalah
makan kepadaKu niscaya Aku akan memberikanmu makan, Wahai hamba-hambaKu
sesungguhnya kalian ini telanjang kecuali yang aku beri pakaian, maka
mintalah pakaian kepadaKu niscaya akan Aku berikan kepadamu pakain,
wahai hamba-hambaKu sesungguhnya kalian ini buta kecuali yang aku beri
petunjuk maka mintalah petunjuk kepadaKu niscaya akan memberimu
petunjuk. Wahai hamba-hambaku sesungguhnya kalian ini banyak berbuat
dosa siang dan malam tetapi Aku Maha Pengampun maka mintalah ampunan
kepadaKu niscaya akan Aku ampuni dosamu walaupun dosamu seluas langit
dan bumi. Wahai hamba-hambaKu sesungguhnya apapun yang kamu lakukan
tidak akan ada gunanya untukKu. Jika kamu bertaqwa kepadaku
setaqwa-taqwanya mahluk niscaya itu tidak akan menambah kekayaan dan
kekuasaanku. Jika kamu durhaka sedurhaka-durhakanya mahluk niscaya itu
tidak akan mengurangi kekayaan dan kekuasaanKu. Jika seluruh mahluk
dikumpulkan dari jin, manusia, hingga malaikat di suatu tempat dari
zaman nabi adam AS hingga Akhir kiamat lalu mereka meminta permohonan
yang berbeda-beda dan Aku mengabulkannya, maka itu tidak akan mengurangi
Khazanah KekayaanKu melainkan hanya bagaikan satu tetes air dilautan.”
Kisah Tabi’in :
Uwais Al Qarni adalah seorang Tabi’in yang terbaik diantara tabi’in
menurut para tabi’in. Ketika dia pergi naik kapal ditengah perjalanan
kapalnya akan tenggelam, tetapi dia tenang-tenang saja. Ketika itu ia
keluar dari kapal dan berjalan diatas air. Orang-orang bertanya
bagaimana dia bisa melakukan itu. Dia menjawab kalian bergantung pada
kapal sehingga kalian ikut tenggelam dengan kapal. Lalu Uwais Al Qarni
berkata, “sekarang keluarlah kalian dan ucapkan ‘Bismillah’ !” Lalu
keluarlah orang-orang itu dan berjalan di atas air. Makna dari Bismillah
disini adalah memutuskan hubungan dengan mahluk dan hanya bergantung
pada Allah.
Kisah Waliullah :
Seseorang murid Syekh Abdul Qadir Jaelani, bertanya kepada beliau
tentang “Apa itu Iman ?” mendengar ini syekh mengajak muridnya untuk
pergi berlayar. Ditengah lautan tiba-tiba syekh mendorong muridnya
hingga tercebur ke laut lalu meninggalkannya. Muridnya teriak-teriak
memanggil gurunya minta tolong hingga gurunya hilang dalam kabut. Lalu
si Murid, berdo’a, “Ya Allah kini saya tidak punya siapa-siapa
kepadamulah saat ini aku bergantung dan memohon pertolongan.” Maka
ketika itu tiba-tiba gurunya muncul dari kabut dan berkata, “Sekarang
kamu sudah mengerti arti dari hakekat Iman.”
Kisah Tabi’in :
Seorang tabi’in ketika seseorang datang kepadanya, “Wahai Syekh, saya
dapat kabar bahwa kapal dagangmu tenggelam.” Lalu si Syekh itu diam
saja dan memandang ke arah hatinya, lalu mengucapkan “Alhamdulillah”.
Setelah berapa lama kemudian orang yang sama itu datang lagi dan
berkata, “Wahai Syekh ternyata yang tenggelam bukan kapalmu.” Si syekh
kembali memandang ke arah hatinya, lalu berkata, “Alhamdullillah”. Maka
si orang itu bertanya kenapa dia mengucapkan Alhamdullillah ketika
kapalnya dinyatakan tenggelam dan mengucapkan hal yang sama ketika bukan
kapalnya yang tenggelam. Si Syekh itu berkata, “Itu karena ketika saya
mendengar berita tersebut saya lihat hatiku apakah Imanku terkesan
terhadap keadaan yang Allah kasih. Ternyata Imanku tidak terganggu
ketika aku mendengar Kapalku tenggelam dan ketika mendengar Kapalku
baik-baik saja.” Maksudnya Imannya sudah tidak terkesan pada kebendaan,
putus hubungan dengan mahluk hanya bergantung pada Allah.
Kisah Sahabat :
Suatu ketika Khalid bin Walid RA ditantang oleh seorang Yahudi untuk
meminum racun jika ia memang Yakin pada Tuhannya, bahwa mati itu Allah
yang menentukan. Lalu seketika itu juga tanpa berpikir dua kali Khalid
RA meminum Racun itu. Ketika itu Khalid RA tetap hidup bahkan penyakit
yang dideritanya hilang asbab racun tersebut. Inilah keyakinan para
Sahabat.
Kisah Nabi SAW :
Ketika Nabi SAW beristirahat dibawah pohon datanglah seseorang hendak
membunuh Nabi SAW dengan meletakkan pedangnya dileher Nabi SAW. Lalu
orang itu berkata, “Siapa yang akan menolongmu ?” lalu Nabi SAW berkata,
“Allah” seketika itu juga pedang orang tersebut terjatuh lalu diambil
oleh Nabi SAW dan diletakkan dileher orang itu dan berkata, “Sekarang
siapa yang akan menolongmu ?” seteleh orang tersebut memohon belas
kasihan kepada Nabi SAW akhirnya orang tersebut dibebaskan oleh Nabi SAW.
Kisah Musa AS di bukit Thursina :
Ketika Musa AS ditanya oleh Allah apakah kegunaan tongkatmu itu. Lalu
Musa menjawab manfaat yang dia dapatkan dari tongkatnya seperti untuk
mengembala kambing, mengambil buah-buahan, dan mengusir binatang buas.
Lalu Allah Ta’ala berfirman, “Wahai Musa sekarang lemparlah tongkatmu.”
Setelah Musa AS melempar tongkatnya tiba-tiba tongkat yang dapat
memberikan manfaat kepada Musa menjadi Ular besar. Musa AS lari
ketakutan karena kini tongkat yang bermanfaat telah menjadi Ular yang
membawa Mudharat buat Musa AS. Tapi ketika itu Allah Ta’ala
memerintahkan Musa untuk mengambil ular itu dari mulutnya. Karena ini
perintah Allah, maka Musa AS dengan rasa takut diambillah ular itu dari
mulutnya. Dengan Kekuasaan Allah tiba-tiba Ular besar yang dapat
memberi Mudharat kepada Musa AS berubah menjadi tongkat kembali.
Tarbiyah yang hendak Allah berikan kepada Musa AS adalah bahwa Manfaat
dan Mudharat itu datangnya dari Allah. Allah dapat mengubah sesuatu yang
dapat mendatangkan manfaat bagi manusia menjadi mendatangkan mudharat.
Begitu juga Allah dapat mengubah sesuatu yang dapat mendatangkan
mudharat bagi manusia menjadi bermanfaat. Manfaat dan Mudharat
berubah-ubah atas kehendak Allah, dan Allah yang mengatur.
Kisah Nabi Ibrahim AS :
Ketika Ibrahim AS hendak dilemparkan kedalam Bara Api yang besar oleh
Raja Namrud Laknatullah Alaih. Para Malaikat datang setelah meminta
izin kepada Allah untuk membantu Ibrahim AS. Tetapi Ibrahim AS menolak
bantuan dari Malaikat, dan hanya mengharapkan bantuan dari Allah. Mahluk
tak bisa buat apa-apa tanpa seizin Allah. Maka ketika Ibrahim AS
dilempar ke dalam Api, Allah perintahkan Api jadi adem menyelamatkan
bagi Ibrahim AS, padahal talinya yang mengikat Ibrahim AS sempat
terbakar namun Ibrahim AS tidak apa-apa. Allah ciptakan Api dan sifat
panas pada Api ini adalah Allah yang berikan. Oleh karena itu Sifat
panas pada Api tidaklah Mutlak, Allah dapat mengambil sifat panas pada
Api dan merubahnya tergantung KehendakNya. Jangan sampai salah
bergantung, hanya Allah yang bisa selain Allah tidak bisa apa-apa.
Kisah Nabi Nuh AS :
Ketika Allah Ta’ala beritakan kepada Nuh AS bahwa akan datang banjir
besar yang akan keluar dari pembakaran roti milikmu. Nuh AS percaya
saja, dia langsung taat pada perintah Allah dan lalu membuat kapal besar
diatas bukit. Beda dengan anaknya yang Nuh AS telah beritakan kepadanya
tentang banjir, anaknya berkata, “Jika Banjir itu datang saya akan lari
ke atas gunung.” Anak Nuh AS bergantung pada gunung untuk selamat dari
banjir. Tetapi apa yang terjadi ketika Banjir itu datang, gunungpun
ditelan oleh banjir tersebut. Sedangkan Nuh AS selamat karena ikut
perintah Allah Ta’ala. Jangan sampai salah bergantung, hanya Allah yang
bisa selain Allah tidak bisa apa-apa.
Kisah Nabi Yusuf AS :
Ketika Yusuf AS diceburkan oleh abang-abangnya kedalam sumur, Yusuf
AS berdoa kepada Allah memohon pertolongan, maka ketika itu datanglah
pertolongan Allah melalui musafir yang menolong Yusuf AS dari sumur.
Tetapi ketika Yusuf AS dipenjara, dia meminta tolong kepada kepada orang
yang akan keluar dari penjara untuk memberi tahu kepada Raja bahwa dia,
Yusuf AS, tidak bersalah. Karena Nabi Yusuf AS salah bergantung ketika
itu, dia bergantung pada orang lain, maka Allah buat orang yang keluar
dari penjara itu lupa atas pesan Yusuf AS. Lalu Allah biarkan Yusuf AS
berada dalam penjara selama 8 tahun lamanya tanpa pertolongan. Jangan
sampai tertipu dan jangan sampai Salah bergantung, hanya Allah yang bisa
selain Allah tidak bisa apa-apa.
Kisah Nabi Musa AS :
Ketika Musa AS membawa Bani Israil keluar dari Mesir dibelakang
tentara Firaun mengejar siap menghancurkan Musa AS dan Bani Israil,
sedangkan didepannya ada laut. Musa AS dan Bani Israil tidak bisa
kemana-mana. Lalu Bani Israil berkata kepada Musa AS, “Wahai Musa kita
tidak bisa kemana-mana, hancurlah kita sekarang.” Tapi apa kata Musa
AS, “Tenang, Allah bersamaku.” Lalu Allah perintahkan Musa untuk memukul
tongkat ke laut, Musa langsung percaya dan lakukan perintah Allah tanpa
pikir-pikir lagi. Padahal menurut logika buat apa tongkat dipukul ke
laut padahal kalau dipukul ke kepala Firaun lebih berguna. Inilah
perintah Allah yang kadang-kadang tidak masuk diakal dan tidak bisa
dilogikakan. Hari ini banyak perintah Allah kita akal-akalin makanya
kita susah. Sedangkan Musa AS setelah memukul tongkatnya Laut terbelah
menjadi 12 jalan buat Musa AS. Masalah selesai sedangkan Firaun
tenggelam dalam lautan yang sama yang menyelamatkan Musa AS. Jangan
sampai Tertipu dan jangan sampai Salah bergantung, Hanya Allah yang bisa
selain Allah tidak bisa apa-apa.
Usaha atas Nafi Itsbat ( Meniadakan yang lain dan hanya membenarkan Allah ) :
Meyakini Kekusaan Allah ada yang :
1. Dengan Asbab (Sunnatullah) :
menciptakan manusia hasil dari perkawinan manusia
2. Tanpa Asbab :
menciptakan manusia tanpa ibu dan bapak seperti Adam AS
3. Berlawanan Asbab :
menciptakan manusia bertentangan dengan asbab, Isa AS lahir dari ibu
yang suci, onta nabi sholeh yang lahir dari batu, tongkat nabi Musa AS
menjadi ular.
Meyakini bahwa :
1. Allah Khaliq : Allah yang menciptakan
2. Allah Malik : Allah yang memelihara ciptaannya
3. Allah Razieq : Allah pula yang menjamin Rizki CiptaanNya
Meyakini bahwa :
1. Mahluk itu adalah ciptaan Allah
2. Sifat pada mahluk ini Allah yang memberikan
3. Allah kuasa merubah sifat pada mahluk
4. Sifat pada mahluk hanya setetes sifat di dalam khazanah Allah
Contoh :
Api itu adalah mahluk Allah. Sifat panas pada Api adalah Allah yang
memberikan. Allah kuasa merubah sifat panas pada Api seperti Apinya Nabi
Ibrahim AS yang menjadi sejuk. Sifat yang ada pada Api ini dibanding
dengan sifat-sifat yang masih ada dalam khazanah Allah hanya seperti
satu tetes air di lautan.
Meyakini bahwa :
1. Allah mampu memberikan manfaat dengan mahluk
2. Mahluk tidak bisa berikan manfaat dan mudharat tanpa seizin Allah
3. Allah tidak berhajat pada mahluk, tetapi mahluk berhajat pada Allah
4. Allah mampu memberikan manfaat dengan mahluk / tanpa mahluk
contoh :
“ Allah dapat menyembuhkan penyakit dengan obat. Obat tidak bisa
menyembuhkan penyakit tanpa izin dari Allah. Obat adalah mahluk, dan
mahluk tetap mahluk. Allah tidak berhajat pada mahluk tetapi mahluk
berhajat pada Allah. Mahluk tidak bisa memberikan manfaat dan mudharat
tanpa izin dari Allah. Obat dapat menyembuhkan penyakit karena ada izin
dari Allah. Tetapi Allah tidak memerlukan obat dalam menyembuhkan
penyakit. Allah berkuasa menyembuhkan penyakit tanpa obat.”
“ Allah dapat menghilangkan haus dengan air. Namun Air tidak bisa
menghilangkan haus tanpa izin dari Allah. Air adalah mahluk, dan mahluk
tetap mahluk. Allah tidak berhajat pada mahluk tetapi mahluk yang
berhajat pada Allah. Mahluk tidak bisa memberikan manfaat dan mudharat
tanpa izin dari Allah. Air dapat menghilangkan haus karena ada izin dari
Allah. Allah mampu menghilangkan haus tanpa air.”
“ Allah mampu menggunakan Api untuk membakar. Tetapi Api tidak bisa
membakar tanpa izin dari Allah. Api adalah mahluk, dan mahluk tetap
mahluk. Allah tidak berhajat pada mahluk tetapi mahluk berhajat pada
Allah. Mahluk tidak bisa memberikan manfaat dan mudharat tanpa izin dari
Allah. Api dapat membakar karena ada izin dari Allah. Allah berkuasa
membakar tanpa api.”
Meyakini bahwa :
1. Mahluk tidak bisa, Allahlah yang melakukannya
2. Mahluk berhajat pada Allah, Allah SWT tidak berhajat pada mahluk
3. Allah berkehendak dengan mahluk & tanpa mahluk sama saja
4. Laa illaha Illallah
Contoh :
“Api tidak bisa membakar, Allah yang membakar. Api untuk membakar
berhajat pada Allah. Allah membakar tidak berhajat pada api. Jika Allah
berkehendak Allah bisa membakar dengan api, jika Allah berkehendak Allah
bisa membakar tanpa Api. La Illaha Illallah.”
“Pesawat tidak bisa mengantar manusia, Allahlah yang mengantar
manusia. Pesawat untuk bisa mengantar manusia berhajat pada Allah. Allah
untuk mengantar manusia tidak berhajat pada pesawat. Jika Allah
berkehendak Allah bisa mengantar manusia dengan pesawat, jika Allah
berkehendak Allah bisa mengantar manusia tanpa pesawat. La Illaha
Illallah”
“Air tidak bisa menghilangkan haus, Allah yang menghilangkan haus.
Air menghilangkan haus berhajat pada Allah. Allah menghilangkan haus
tidak berhajat pada air. Jika Allah bekehendak Allah bisa menghilangkan
haus dengan air, jika Allah berkehendak Allah bisa menghilangkan haus
tanpa air.”
Menemukan Cinta Allah Azza wa Jalla :
Orang yang bisa menemukan ketenangan di dunia ini adalah orang yang
bisa menemukan cinta Allah kepadanya. Seperti cinta orang tua kepada
anaknya, menyebabkan apapun yang diminta oleh anaknya akan diberikan
oleh orang tuanya. Jika si anak mendapatkan masalah maka orang tuanya
akan menolongnya. Begitu juga jika Allah sudah mencintai hambanya maka
Allah akan memberikan apa yang hambanya minta dan Allah akan
memberikannya jalan keluar dari segala masalah. Tanpa cinta Allah kepada
hambanya maka kita tidak akan bisa menemukan kebahagiaan di dunia, dan
di akheratpun kita akan sengsara selama-lamanya. Masuknya seseorang
kedalam surgapun bukanlah dari pada amal-amalnya tetapi asbab kecintaan
Allah pada hambanya.
Nabi SAW bersabda :
“Barang siapa yang menyatakan perang kepada kekasihKu, Aku akan
menyatakan perang kepadanya. Tidak ada jalan yang lebih Aku sukai dari
hamba-hambaku yang ingin mendekatkan dirinya kepadaKu selain dari
mengerjakan perkara-perkara yang Aku Wajibkan. Namun hamba-hambaKu
senantiasa juga melaksanakan yang Aku Sunnatkan, sehingga Aku
mencintainya. Jika Aku sudah mencintainya maka Aku akan menjadi
penglihatannya yang dengannya ia melihat, aku akan menjadi
pendengarannya yang dengannya ia mendengar, Aku akan menjadi mulutnya
yang dengannya ia berbicara, aku akan menjadi kakinya yang dengannya ia
melangkah, dan aku akan menjadi tangannya yang dengannya ia memukul.
Jika ia berdoa kepadaku niscaya pasti akan aku kabulkan.”
3 Amal yang Allah paling sukai :
- Sholat berjamaah pada waktunya à Ibadah
- Berbakti pada orang tua à Akhlaq
- Berjihad di jalan Allah à Pengorbanan
Abu Bakar RA berkata orang yang menyembah Allah ada 3 bentuk :
1. Menyembah karena Rasa Takut kepada Allah Ta’alaCiri-cirinya : Tawadhu, selalu merasa kurang dalam beramal, selalu merasa banyak dosa2. Menyembah karena mengharapkan RahmatNyaCiri-cirinya : Dermawan, selalu Husnudzon, selalu menjaga Adab3. Menyembah karena Cinta kepadaNya.Ciri-cirinya : Pengorbanan, Taqarrub, Dzikir, Mujahaddah atas Nafsu, Syukur dan Malu
Kisah seorang Waliullah bernama Rabi’ah Ad Dahlawi Rah. A :
Rabi’ah pernah berkata yang menunjukkan cintanya kepada Allah bahwa
dia sudah mengambil keputusan untuk melipat semua waktu saya hanya untuk
beribadah kepada Allah. Rabi’ah Ad Dahlawiyah sudah menyatakan bahwa
dia sudah menentukan jalan hidupnya hanya untuk mengabdi pada
perintah-perintah Allah saja, tidak untuk patuh atau berkhidmat kepada
selain Allah. Inilah bukti cinta Rabi’ah pada Allah Ta’ala semata yaitu
dengan menolak kehadiran yang lain. Dan cara untuk dapat mengamalkan itu
semua yaitu dengan membuat keputusan atas maksud hidup. Lalu melewati
hidup dengan cara mujahaddah atas nafsu. Inilah ciri-ciri orang yang
telah menemukan cintanya kepada Allah.
Rabi’ah pernah berkata :
“Sekiranya nanti di surga aku berjauhan dengan wajah Allah walaupun
hanya satu tarikan nafas maka aku akan menangis hingga orang lain
menaruh kasihan kepadaku dan memberiku jalan untuk lebih berdekatan
kepada Allah Ta’ala.”
Munajatnya Rabi’ah Rah.A ketika malam Hari :
“Ya Allah seluruh bintang masih bercahaya, seluruh mata sedang
terlelap tertidur panjang, para penguasa telah mengunci pintu pagar
istananya, yang bersuami tengah bermesraan dengan istrinya, sedangkan
aku disini berdiri tegak dihadapanmu.”
Maksudnya :
Seluruh bintang bercahaya : Tanda-tanda Malam
Seluruh Mata sedang terlelap tertidur panjang : Mereka yang sedang melewati malam dengan kelalaian
Para penguasa telah mengunci pagar istananya : Tidak ada pintu tempat memohon lagi
Yang bersuami lagi bermesraan dengan istrinya :Lebih memilih melewati malam dengan istri
Intinya :
Pernyataan ini adalah tanda harapan Rabi’ah agar Allah mau
memperhatikannya yang merelakan malamnya dengan berserah diri kepada
Allah :
Dia lebih memilih terjaga malam hari dibanding tertidur lalai dari Allah
Dia tidak tertarik meminta kepada penguasa selain dari Allah SWT penguasa sebenarnya
Dia tidak tertarik bermesraan dengan mahluk, hanya mau bermesraan dengan Allah.
Menjelang Subuh :
“Ya Allah kini malam telah pergi, berganti siang yang semakin
mengembang. Adakah engkau terima munajatku tadi malam ? Jika engkau
menerimanya maka aku akan sangat berbahagia. Jika engkau menolaknya maka
aku akan terus bersabar dan aku akan terus menghadapkan diriku kepadamu
selama engkau masih memberiku hidup. Maka aku akan terus mendatangimu
dan selalu berusaha agar aku sampai di depan pintuMu. Kalaupun Engkau
mengusirku dan menghalauku, aku akan tetap tidak akan meninggalkanmu
karena aku sangat mencintaimu, ya Allah.”
Intinya :
Inilah kecintaan Rabi’ah pada Allah bukan karena mengharapkan imbalan
tetapi inilah bukti kecintaan yang sebenarnya. Walaupun diusir dan
dicampakkan dia akan tetap mencintai dan berusaha mendapatkan cintaNya.
Karena yang namanya cinta ini tidak perlu alasan dan tidak peduli akan
balasan. Selama dia tenggelam dalam kenikmatan cintanya, tidak peduli
apakah cintanya terbalas atau tidak, dia sudah cukup bahagia tenggelam
dalam perasaan cintanya.
Do’a-do’a Rabi’ah Rah. A :
“Ya Allah aku berlindung kepadamu dari perkara yang menyibukkanku
selain dari menyembah kepadamu. Dan dari segala penghalang yang dapat
merenggangkan hubunganku denganmu.”
Sebaik-baiknya cinta pada Allah adalah :
- Mencintai yang Allah cintai, membenci yang Allah benci
- Mencintai orang yang Allah cintai dan membenci orang yang Allah benci.
- Cinta karena Allah dan Benci karena Allah.
- Beramal dan tidak beramal karena Allah.
Menemukan Cinta pada Rasullullah SAW
3 Macam Akhlaq :
- Akhlaqul Hasanah : Tidak membalas perbuatan jahat orang lain
- Akhlaqul Karimah : Membalas perbuatan jahat dengan kebaikan
- Akhlaqul Azimah : berbuat baik dan usaha membuat musuh jadi baik
Akhlaq Nabi :
- Shiddiq à Jujur / Benar
- Amanah à Bisa dipercaya
- Tabligh à Menyampaikan
- Fathonah à Cerdas dan Bijaksana
Yakin sahabat kepada seluruh perbuatan Nabi SAW dapat dilihat dari
persamaan kehidupan dan perbuatan Nabi SAW dengan kehidupan sahabat
sehari-hari. Rasullullah SAW itu adalah Al Qur’an berjalan, begitu juga
para Sahabat RA. Ini dikarenakan kehidupan mereka yang serupa. Tidak
ada dari perbuatan dan kehidupan Nabi SAW yang tidak di ikuti sahabat
RA. Apa yang Nabi SAW cintai itu yang mereka cintai walaupun tadinya
mereka membencinya. Dan apa yang dibenci oleh Nabi SAW itupun yang
mereka benci walaupun awalnya mereka menyukainya. Sahabat Anas RA ketika
mendengar kabar bahwa Nabi SAW telah dibunuh di perang Uhud, langsung
merasa hidupnya sudah tidak ada gunanya lagi sehingga dia bertempur
mati-matian sampai mendapatkan syahid. Seorang Sahabiah tidak sedih
mendengar kabar bahwa suami, ayah, dan anaknya telah syahid, tetapi
sahabiah ini sangat khawatir ketika mendengar keadaan yang mengancam
jiwa Nabi SAW di medan Uhud. Inilah kecintaan sahabat kepada Nabi SAW
yang melebihi kecintaan mereka kepada keluarga mereka sendiri bahkan
melebihi diri mereka sendiri. Sahabat ketika itu fikirnya adalah
bagaimana melindungi Nabi SAW dalam keadaan apapun dari musuh manapun di
dalam peperangan separah apapun. Mereka semua merelakan nyawanya asal
Nabi SAW selamat. Tetapi hari ini Nabi SAW sudah tidak ada lagi, lalu
apa yang kita lindungi dan kita pertahankan saat ini ? Dahulu yang
dipertahankan mereka adalah Nabi SAW karena Nabi SAW ini adalah sumber
agama dan tempat turunnya wahyu. Walaupun Nabi SAW sudah tidak ada lagi,
namun Sunnah-sunnahnya masih ada sampai saat ini sebagai peninggalan
dan warisan Beliau SAW. Jadi yang perlu kita lindungi dan kita
pertahankan saat ini adalah sunnah daripada Nabi SAW itu sendiri. Ini
yang harus kita lindungi dan kita jaga mati-matian sebagaimana sahabat
menjaga dan melindungi Nabi SAW mati-matian. Mahfum hadits dikatakan
,”Barangsiapa mengamalkan sunnahku di jaman Fahsyad dan Mungkar maka
Allah akan memberinya pahala 100 orang mati syahid.” Untuk dapat
melakukan ini perlu kita jadikan fikir Sahabat RA menjadi fikir kita.
Hanya dengan fikir dan kecintaan seperti sahabat RA kepada Nabi SAW,
kita dapat menjaga dan memelihara sunnah Nabi SAW. Kalau mau selamat,
sukses, berhasil, dan bahagia ikut aja Nabi SAW dan para Sahabat RA yang
jelas-jelas sudah dijamin kesuksesannya oleh Allah Ta’ala, gak ada
jalan lain, yang mau coba-coba cari jalan lain dijamin gagal.
Hadits Nabi SAW Mahfum :
Barangsiapa yang menjalankan Sunnahku berarti dia mencintaiku, barangsiapa mencintaiku maka dia akan di Surga bersamaku.
Barangsiapa yang mengerjakan Sunnahku di jaman Fahsya dan Munkar
(Jaman yang Rusak) maka Allah akan memberinya pahala 100 orang mati
syahid.
Rasullullah SAW berkata kepada para Sahabatnya bahwa ada nanti
orang-orang yang tidak mau masuk surga. Para sahabat bertanya, “Siapakah
mereka ya Rasullullah”, Nabi SAW menjawab, “Mereka yang tidak mau
mengerjakan Sunnahku”
Rasullullah SAW bersabda, bahwa Allah Ta’ala berfirman, “Barang siapa
yang menyatakan perang kepada kekasihKu, Aku akan menyatakan perang
kepadanya. Tidak ada jalan yang lebih Aku sukai dari hamba-hambaku yang
ingin mendekatkan dirinya kepadaKu selain dari mengerjakan
perkara-perkara yang Aku Wajibkan. Namun hamba-hambaKu senantiasa juga
melaksanakan yang Aku Sunnatkan, sehingga Aku mencintainya. Jika Aku
sudah mencintainya maka Aku akan menjadi penglihatannya yang dengannya
ia melihat, aku akan menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar,
Aku akan menjadi mulutnya yang dengannya ia berbicara, aku akan menjadi
kakinya yang dengannya ia melangkah, dan aku akan menjadi tangannya
yang dengannya ia memukul. Jika ia berdoa kepadaku niscaya pasti akan
aku kabulkan.”
Kisah Nabi :
Suatu ketika datang seorang dokter kepada Nabi SAW dan berkata bahwa
ia hendak melakukan inspeksi di kota madinah untuk melihat kondisi
kesehatan orang-orang madinah, kalau-kalau ada yang sakit. Setelah
berkeliling kota madinah dokter tersebut melaporkan bahwa tidaka da satu
orangpun yang sakit atau tidak sehat di madinah. Lalu Nabi SAW menjawab
itu karena mereka semua menjalankan Sunnahku. Mereka makan ketika lapar
berhenti sebelum kenyang (salah satu sunnah nabi).
Kisah Sahabat :
Ada seorang Sahabat yang tidak suka memakan buah labuh, namun suatu
ketika dia melihat Nabi SAW memakan buah Labuh itu dengan Lahapnya. Maka
semenjak itu dia jadikan Buah Labuh menjadi buah kesukaannya. Kesukaan
Nabi menjadi kesukaannya. Ada sahabat menghancurkan rumah tingkat yang
dibangunnya karena Nabi SAW tidak suka melihatnya. Apa yang dibenci Nabi
menjadi apa yang dia benci.
Suatu ketika Nabi SAW melewati pohon yang rantingnya agak rendah
sehingga Nabi SAW harus membungkuk. Karena Sahabat meyakini dibalik
Sunnah Nabi SAW ada kejayaan maka sahabat yang mengikuti Nabi SAW dari
belakang juga ikut membungkukkan badannya padahal jika dia berjalan
normalpun ranting itu tidak akan mengenai kepalanya.
Suatu ketika ada sahabat yang tertangkap oleh orang kafir Quraish dan
akan dihukum mati oleh mereka. Lalu salah seorang dari kafir Quraish
bertanya apakah dia mau menukarkan dirinya demi keluarganya dengan Jiwa
Rasullullah SAW. Tetapi apa kata sahabat tersebut, “Aku dan Keluargaku
tidak akan rela melihat Nabi SAW disakiti walaupun itu hanya sebiji duri
yang mengenai kakinya.” Sahabat lebih memilih melihat dirinya dan
keluarganya mati dibanding harus melihat Nabi SAW tersakiti walaupun
hanya dengan sebiji duri.
Ada kisah mengenai Abu Bakar RA, suatu ketika anak laki-laki Abu
Bakar RA datang kepadanya lalu berkata, “Wahai Ayahku sesungguhnya
ketika perang Badr aku mendapatkan tiga kali kesempatan untuk
membunuhmu, namun karena rasa cintaku kepadamu aku tidak jadi
membunuhmu.” Lalu apa jawab Abu Bakar RA, “Wahai anakku jika ketika itu
aku melihatmu maka aku langsung memenggalmu karena Aku lebih mencintai
Allah dan Rasulnya.” Inilah kecintaan Sahabat kepada Nabi SAW melebihi
cinta mereka kepada keluarganya.
Allah berfirman dalam Al Qur’an :
“ Sesungguhnya telah ada pada diri Rasullullah SAW itu suri tauladan
(program/contoh) yang baik bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharap
Rahmat (Pahala / Kebaikan) dari Allah…”( 33 : 21 )
“ Katakanlah : “ Jika kamu mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya
Allah akan mengasihi dan mengampunkan dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun
lagi Maha penyayang.” ( 3 : 31 )
Jenis-jenis manusia yang tidak akan pernah bahagia dunia dan akherat :
Tidak Pernah Bersyukur :
Hari ini banyak orang Allah telah beri nikmat berupa kesehatan,
kekayaan, dan lain-lain, tetapi tidak pernah disyukuri. Dikasih nikmat
kesehatan bukannya digunakan buat beramal sebelum datang sakit tetapi
malah digunakan buat berleha-leha, santai-santai.
Dikasih harta bukan buat tambah korban atau sedekah atau ibadah
tetapi malah buat dosa, malah buat ngelawan Allah. Qorun telah Allah
kasih nikmat harta tetapi dia ingkar kepada Allah tidak mau bayar Zakat
dan malah berkata “Ini adalah hasil dari jerih payah saya.” Inilah yang
kebanyakan orang-orang bilang hari ini tentang harta mereka. Akhirnya
Qorunpun Allah hancurkan, harta yang dia punyai tidak bisa membeli Azab
Allah, tidak bisa menyelamatkan dia juga. Inilah tanda-tanda orang yang
tidak bersyukur, ingkar terhadap pemberian Allah kepadanya. Kitapun
nasibnya bisa sama seperti Qorun jika kita tidak mau menyukuri nikmat
Allah. Maulana Ibrahim berkata tanda-tanda kebathilan dalam diri adalah
jika kita menyangka harta, rumah, dan kebendaan yang kita miliki adalah
milik kita. Ini perlu kita sadari bahwa seluruh harta yang kita miliki
bahkan diri kita adalah milik Allah. Untuk membenarkan kesalah fahaman
ini makanya kita perlu keluar dijalan Allah.
Bagaimana Allah tidak murka pada kita. Allah berikan
kenikmatan-kenikmatan dan kebaikan-kebaikan pada diri kita tetapi malah
kita gunakan untuk bermaksiat pada Allah. Kalau ini terjadi antara kita
dan teman kita maka kita sudah bilang teman kita penghianat atau penohok
(tukang tusuk dari belakang). Udah kita baikin tetapi malah
menjerumuskan kita. Bagaimana Allah memandang kita terhadap
nikmat-nikmatnya yang kita gunakan untuk bermaksiat kepada Allah.
Dikasih keamanan berupa udara, matahari, air, dan lain-lain tidak
pernah kita ingat-ingat yang kita ingat justru masa susah melulu, gak
ada duit, gak ada makan, dan lain-lain. Padahal kalau Allah umumkan
mulai besok persediaan udara habis, matahari mo dimatikan, stock air
ditutup, bagaimana jadinya ? bisa gak kita merasa aman. 1 tabung gas
oksigen saja di rumah sakit sudah berapa harganya, bagaimana sinar
matahar, air, dll, kalau pake tagihan juga. Nah ini perlu kita syukuri.
Tetapi sudah demikian baiknya Allah pada kita, tetapi buat beribadah
kita masih bisa bilang gak ada waktu, ada saja alasannya. Bani Israil
pernah diperingatkan oleh Nabi Musa bahwa Allah telah hilangkan rasa
takut mereka kepada Firaun dan diberi rasa aman. Jika kalian ingkar
terhadap Allah dan NikmatNya maka nanti Allah akan hancurkan kalian
sebagaimana Allah telah hancurkan Firaun. Begitu juga kita kini, Allah
telah berikan kita banyak kenikmatan, jika kita tidak bersyukur dan
ingkar terhadap nikmat Allah, maka nasib kita bisa sama seperti Bani
Israil. Bani Israil adalah contoh kaum yang ingkar terhadap nikmat
Allah, bagaimana kesudahannya dengan mereka.
Lihat Nabi Ayub AS, walaupun dia diberi ujian berupa penyakit selama
bertahun-tahun sampai dikucilkan oleh orang kampung dan ditinggalkan
isteri-isterinya, tetapi masih tetap bisa melihat nikmat yang ada dan
menyukurinya. Tidak pernah Nabi Ayub AS mengeluh atas keadaannya. Ayub
AS berkata, “Ya Allah seluruh badanku sudah hancur, tetapi janganlah
engkau ambil hati dan lidahku ini, karena aku khawatir aku tidak dapat
memujimu lagi.” Sudah sakit tetapi ia masih bisa bersyukur makanya Ayub
AS, Allah katakan sebagai hambanya yang terbaik. Allah abadikan kisah
ini dalam Al Qur’an agar kita bisa mengikutinya.
Kita perlu dapat melihat nikmat-nikmat Allah dalam segala keadaan,
baik senang ataupun susah. Dan kita tambah lagi pengorbanan dan amal
kita agar kita termasuk orang-orang yang bersyukur. Jika kita bersyukur
maka nanti Allah akan tambah nikmat kita. Bagaimana kita bersyukur dalam
segala keadaan. Orang miskin bersabar ini sudah seharusnya dia bersabar
tetapi orang miskin bersyukur ini baru tanda-tanda ketakwaan.
Alhamdulillah, Allah masih beri kita makan hari ini walaupun hanya nasi
dan tempe. Orang kaya bersyukur sudah seharusnya tetapi orang kaya
bersabar atas kekayaannya, ini baru takwa. Sabar dari
menghambur-hamburkan uang. Dari pada beli baju mendingan di sedekahkan
atau dipakai untuk keluar dijalan Allah ini baru namanya mujahaddah atas
nafsu. Bagaimana kita belajar melihat kebaikan Allah dalam segala
keadaan baik dan buruk. Umar RA pernah bertanya kepada seorang sahabat
tentang nikmat yang dipunya seorang fakir tertidur dijalan dalam keadaan
yang sangat susah sakit-sakitan. Sahabat bilang tidak ada kenikmatan
yang terlihat dari orang itu. Tetapi Umar malah bilang, “bukankah ia
masih dapat buang air dan buang angin.” Inilah tanda-tanda orang yang
takwa yaitu selalu dapat melihat kebaikan yang Allah kasih dalam segala
keadaan. Tanda orang bersyukur ini tidak cukup dengan mengucapkan
Alhamdullillah saja tetapi dengan amal juga. Bagaimana kisah tentang
Nabi Daud AS, Allah telah beri dia kerajaan, tetapi ia mensyukurinya
dengan menambah amalnya, sehari puasa dan sehari tidak. Padahal ia
seorang raja. Ini baru contoh orang yang tau mensyukuri nikmat Allah.
Ada suatu kisah dijaman Nabi SAW seseorang datang kepada Nabi SAW
minta didoakan agar dijadikan kaya, tetapi setelah kaya orang ini malah
ingkar atas nikmat berupa harta yang Allah telah kasih pada dia. Sebelum
ia kaya dia rajin ke mesjid tetapi setelah kaya ia malah jauh dari
agama dan malah menjadi bakhil ( pelit ). Inilah manusia, tidak pernah
bersyukur udah dikasih malah dilupain, dulu nangis-nangis minta-minta.
Tetapi setelah kenikmatan datang, Allahnya kita lupakan. Maka ketika itu
seluruh nikmat kekayaannya Allah ambil kembali, bahkan ada yang Allah
jadikan semakin bertambah hartanya maka semakin menderitalah dia.
Dan inipun banyak terjadi pada kehidupan kita sekarang. Pernah ada
jemaah datang kesatu daerah, ketika itu kunjungan sillaturrahmi dibuat
oleh jemaah kepada seseorang yang miskin dan pengangguran, si fulan
namanya. Ketika diajak untuk ke mesjid dia menjawab tidak bisa karena
paginya dia harus mengantar anaknya sekolah, siangnya dia harus cari ke
kerja, malam jaga anak giliran ama isteri. Dia bilang kalau saya ikut
kalian anak dan isteri saya mau dikasih makan apa. Tidak ada waktu sama
sekali, tetapi dia minta dido’akan agar kondisinya berubah sehingga dia
ada waktu buat ke Mesjid. Maka dido’akanlah dia oleh jema’ah agar
kondisinya Allah ubah menjadi lebih baik agar bisa ada waktu ke mesjid.
Tidak lama setelah jema’ah pulang, beberapa bulan kemudian ternyata
daerah itu akan dibuka pabrik. Akhirnya bekerjalah si fulan di pabrik
itu. Lalu datanglah jemaah berikutnya, pergi dengan penunjuk jalan yang
sama kepada si fulan. Tetapi walaupun keadaan sudah berbeda, ia sudah
dapat kerja sekarang, uang sudah ada, namun tetap saja dia tidak bisa
datang ke mesjid. Dia bilang saya sibuk kerja dari pagi hingga malam,
waktu libur digunakan buat sama keluarga karena jarang bertemu hari
biasa katanya. Lalu kata jema’ah, kalau begitu kami do’akan agar bapak
punya banyak waktu, tetapi dia malah mengatakan : “jangan nanti
pabriknya tutup setelah didoakan” katanya. Inilah manusia kini waktu
sempit, waktu lapang tetap tidak ada waktu buat Allah. Inilah kondisi
kita saat ini selalu tidak ada waktu buat Allah, kalaupun ada Allah kita
kasih waktu sisa, sisa kerja, sisa meeting, sisa tidur, dan lain-lain.
Nanti kalau sudah datang musibah atau masalah, baru lari-lari
menangis kepada Allah. Barangsiapa yang dapat mengingat Allah diwaktu
senang maka Allah akan mengingatnya diwaktu susah. Kalau kita tidak mau
ingat pada Allah diwaktu senang bagaimana Allah mau ingat kita diwaktu
susah. Allah tidak pernah meninggalkan kita tetapi kita yang selalu
meninggalkan Allah apalagi kalau kesenangan itu datang.
Tidak pernah Puas
Hari ini manusia sibuk mengumpulkan kebendaan seakan-akan kalau tidak
ada kebendaan dia akan menderita dan tidak akan bahagia. Tetapi setelah
diberikan kebendaan malah tidak pernah puas, selalu hidup dalam
ketakutan, padahal kebendaan yang dipunya telah menumpuk. Inilah dunia
indahnya cuman diangan-angan, tetapi kalau udah terjadi maunya malah
biasa-biasa saja. Udah punya satu mobil maunya dua, udah ada baju perlu
baju buat kantor, buat pesta, buat shopping, buat ini dan itu, selalu
mau nambah tidak pernah puas.
Dunia itu sepertinya bagus, tetapi sebenarnya mencekik dan mengekang.
Ada seorang artis dia menceritakan kisahnya dari kecil betapa dia ingin
menjadi orang terkenal tetapi kini setelah terkenal hidupnya malah
susah bahkan telah mencoba bunuh diri. Inilah manusia tidak pernah puas,
udah diberikan taunya malah nyesel malah minta biasa-biasa saja.
Hari ini kita karena tidak ada rasa takut pada Allah maka Allah buat
hati kita takut pada segala sesuatu, takut miskin, takut sakit, takut
isteri, dan lain-lain. Sehingga kita jadi susah beramal, yang ada malah
mengejar-ngejar dunia, tidak ada kebebasan, terikat biaya, waktu, dan
kerjaan yang menumpuk. Tetapi kalau ada takwa dalam diri kita maka Allah
akan masukkan hawa penghuni surga dalam kehidupan kita yaitu diberikan
rasa Ghany ( kaya ) dan Qani’ ( Cukup ). Penghuni Surga ketika ditanya
Allah mau apa lagi, mereka bingung karena semuanya sudah ada dan merasa
cukup atas keadaan yang ada. Tetapi setelah melihat wajah Allah semua
kenikmatan disurga langung hilang. Begitu juga kita kalau kita takut
pada Allah maka Allah akan timbulkan kenikmatan kenikmatan dari
keadaan-keadaan yang ada pada kita.
Kini orang hidup kaya tetapi tidak bisa menemukan kepuasan, selalu
tidak penah puas dan selalu dalam ketakutan akan kekurangan. Lihat
bagaimana Rasullullah SAW, rumahnya kecil tetapi setiap pulang dia
selalu berkata, “Bayyiti Jannati, Rumahku Surgaku.” Bagaimana Sahabat
tidak kesan pada kebendaan sehingga hidupnya Allah datangkan kecukupan
dalam hati dan keberkahan. Sahabat setiap dapat harta langsung dibagi
bagikan. Umar bin Khatab RA pernah memerintahkan khaddamnya memberikan
harta ghanimahnya kepada para sahabat yang miskin. Tetapi apa yang
dilihat oleh pembantunya Umar RA. Dia bercerita pada Umar RA bahwa harta
yang dibagikan kepada para Sahabat yang disebutkan oleh umar ternyata
dibagi-bagikan lagi oleh mereka kepada orang lain sampai habis. Inilah
rasa cukup yang dipunyai Sahabat RA, sekarang lihat keadaan kita.
Rasa tidak puas ini menyebabkan sesorang tidak bisa bersyukur atas
nikmat yang Allah kasih. Ada cerita seorang raja sedang pergi
jalan-jalan bersama ratunya. Ditengah jalan si Ratu melihat orang miskin
makan dan minum dengan bahagianya padahal makanan dan minuman mereka
sangatlah tidak layak tetapi mereka terlihat bahagia. Si Ratu bertanya,
“Bagaimana mereka bisa menemukan kebahagiaan dari keadaan seperti itu?”
atas pertanyaan ini Si Raja memerintahkan kurir untuk memberikan 1 perak
kepada seorang fakir, maka fakir itu terlihat bahagia sekali dan sangat
bersyukur kepada Raja. Melihat keadaan ini tambah bingung si Ratu,
“Kenapa dia bahagia sekali hanya dengan uang 1 perak saja, apa yang bisa
dibeli dengan 1 perak itu ?” melihat hal ini maka Raja memberikan Ratu
uang sebanyak 99 perak. Lalu Ratu bertanya, “Yah kenapa hanya 99 perak,
kurang nih ?” si Ratu mengeluh. Lalu si Raja menjawab, “Itulah perbedaan
antara kamu dengan mereka, mereka ada rasa puas dalam diri mereka
sehingga kebahagiaan mudah masuk kedalam diri mereka.”
Panjang angan-angan
Orang yang paling menyesal nanti adalah orang yang panjang
angan-angan karena mereka mati membawa angan-angan untuk mengerjakan
amal. Hari ini umat suka merencanakan perkara-perkara yang jauh kedepan
yang belum tentu terjadi. Seakan akan hidup ada jaminan keesokan
harinya. Padahal yang namanya mati tidak ada yang tahu, karena ini
rahasia Allah. Ada suatu kisah seseorang membangun rumah karena dalam
angan-angannya jika rumah yang dibangunnya jadi maka ia akan bahagi.
Maka dia membuat rencana akan beli perlengkapan rumah ini itu, perabotan
ini dan itu semua masuk dalam rencana jangka panjangnya jika rumahnya
jadi. Tetapi setelah rumah itu jadi dalam perjalanan memindahkan barang
ke rumah yang baru ternyata orang tersebut jatuh lalu meninggal.
Akhirnya rumah bagus yang baru tersebut tidak sempat ditinggali.
Rasullullah SAW pernah melukiskan kotak pada pasir kepada sahabat. Lalu
didalam kota itu Nabis SAW menarik garis dari dalam keluar kotak
sebanyak tiga garis. Lalu Nabi SAW bersabda mahfum, bahwa kotak tersebut
adalah kehidupan manusia, garis panjang keluar adalah angan-angan
manusia, garis kotang yang memotong dengan garis angan-angan itu adalah
umur manusia atau kematian. Hari ini manusia suka buat rencana
banyak-banyak dan panjang-panjang. Ternyata sebelum terwujud rencana
tersebut, mati datang menjemput. Inilah yang namanya kesia-siaan. Maka
orang seperti ini akan dibangkitkan dengan rasa penuh penyesalan.
Hazrat Ibnu Umar RA, memberi nasehat :
“Ketika kamu dipagi hari janganlah menunggu waktu malam, ketika kamu dimalam hari janganlah kamu menunggu waktu pagi. Persiapkan dirimu untuk masa sakitmu ketika masih sehat dan persiapkan bekalmu untuk mati ketika kamu masih hidup.”
Jadi jangan menunggu-nunggu lagi dalam beramal kapan ada waktunya
kerjakan, karena waktu ke depan tidak ada jaminannya. Sahabat Saad bin
Abi Waqqash RA ditanya Nabi bagaimana dia sholat ? Saad RA menjawab saya
sholat Ashar seakan-akan saya tidak akan dapat hidup sampai Maghrib.
Saya sholat maghrib seakan-akan saya tidak akan hidup sampai waktu Isya,
dst. Bahkan ada Sahabat yang berkata saya salam kekanan seakan-akan
saya tidak bisa salam ke kiri. Itupun masih dibilang panjang angan-angan
oleh Rasullullah SAW.
Hari ini dibagi 3 :
Hari Kemarin à Tidak akan kembali lagi sampai kapanpun
Hari Esok à Tidak ada jaminan masih hidup
Saat Ini à Waktu terbaik untuk beramal
Ali RA berkata :
Jika hari ini sama dengan hari yang kemarin, rugi namanya.
Jika hari ini lebih buruk daripada hari kemarin bangkrut namanya
Jika hari ini lebih baik dari hari kemarin, ini baru beruntung
“Demi Masa, Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian kecuali orang yang beriman, beramal sholeh, dan yang saling nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.” ( Al Ashr : 1-3 )
Menurut Allah semua manusia dalam keadaan merugi karena mereka tidak
bisa memanfaatkan waktu dalam beramal. Amal dalam waktu yang telah lewat
tidak akan bisa dapat ditebus, kita hanya dapat beramal untuk waktu
yang sekarang. Waktu yang akan datang tidak ada jaminan. Di Akherat
nanti adalah tempat orang menyesal, walaupun orang beriman dan beramal
sholeh mereka juga akan menyesal. Karena jika mereka menyadari nilai
Iman dan Amal maka semua tidak akan pernah punya waktu untuk keduniaan
lagi. Ada kisah tentang tiga orang murid yang diperintahkan oleh gurunya
untuk pergi ke gunung lalu masuk kedalam goa yang ditunjuk oleh
gurunya. Namun sebelum masuk kedalam goa gurunya sudah mengingatkan
apapun yang kalian ambil tidak akan ada manfaatnya, tetapi ambil
sebanyak-banyaknya apa yang kalian bisa ambil didalam. Lalu ketiga murid
itu masuk ke dalam goa yang gelap itu dengan meraba-raba:
Murid pertama tanpa banyak pikir sami’na wa atho’na, saya dengar saya
taat aja, maka dia masukin kedalam seluruh kantong bajunya batu-batuan
dari dalam goa sebanyak-banyaknya.
Murid yang kedua berpikir, “Untuk apa saya bawa sesuatu yang tidak
berguna, tapi biarlah saya ambil satu batu ini saja biar dia senang.”
Murid yang ketiga berpikir, “Untuk apa saya bawa sesuatu yang tidak
ada gunanya didalam goa ini.” Akhirnya ia memutuskan untuk tidak membawa
apa-apa.
Setelah mereka keluar mereka melapor kepada gurunya dan goa itu di
tutup oleh batu yang didorong dari atas bukit hingga tertutup:
Murid pertama ketika ditanya membawa apa, lalu dia keluar dan melihat
ternyata batu-batuan yang dia bawa adalah Emas batuan dan Intan
permata. Melihat ini dia menyesal tidak ambil lebih banyak lagi.
Murid kedua melihat ini dia langsung menangis dan lari ke pintu goa
untuk membukanya ternyata tidak bisa, dia menjerit menyesal hanya
membawa satu bongkah batu.
Murid yang ketiga melihat kejadian ini langsung pingsan.
Inilah dunia gelap sehingga kita tidak tahu nilai Amal. Nanti setelah
di kubur baru kita menyesal tentang amalan kita. Apa saja yang mereka
sesalkan :
- Kenapa tidak beramal ketika itu juga ( hanya dapat niat ) ?
- Kenapa tidak lebih berat lagi ujiannya ?
- Kenapa tidak lebih baik lagi pemberiannya ?
- Kenapa tidak lebih jauh lagi ( hijrah / jihadnya ) ?
Untuk perkara ini kita jangan buang-buang waktu lagi, jangan kita
tunda-tunda dalam beramal. Jangan hanya minta Rejeki saja agar
dipercepat, tetapi giliran diperintahkan untuk beramal kita malah
tunda-tunda. Yang namanya mati kita tidak tau kapan menjemput, tiba-tiba
kita sudah berada di dalam kubur tanpa membawa amal. Kini umat bisanya
cuman do’a minta Iman tetapi tidak ada usaha atas Iman. Ini seperti
seseorang yang sholat didepan hajar aswat pada malam Laitul Qadar minta
untuk diberikan anak tetapi tidak mau kawin, maka ini tidak mungkin
terjadi. Kasihan Sahabat buang darah, tinggalkan keluarga, korban harta
dan diri demi Iman ada dalam diri mereka dan dalam diri setiap orang.
Jika hanya dengan duduk-duduk saja Iman dapat datang, mendingan para
sahabat berdo’a saja toh do’a mereka lebih di dengar atau lebih ijabah
dari kita. Iman ini akan datang jika kita ada usaha atas Iman, dan ada
do’a kepada Allah. Bukan hanya dengan do’a saja, tapi kita harus buat
target bagaimana kita mau dipanggil Allah nanti ketika mati. Ini karena
Allah akan bangkitkan kita sebagaimana kita nanti akan dimatikan. Orang
yang mati dalam keadaan bermaksiat maka dia akan dibangitkan sebagai
orang yang bermaksiat kepada Allah. Orang yang mati dalam keadaan
menjalankan perintah Allah maka ia akan dibangkitkan bersama-sama dengan
orang yang taat kepada Allah dan Rasulnya. Kita tinggal pilih, jalan
ini hanya ada dua yaitu jalan menuju Surga atau jalan ke Neraka, Jalan
Nabi atau Jalan Setan. Hanya dengan cara Nabi SAW kita dapat berjalan
menuju Surga. Jika tidak mau ikut maka pasti dan pasti kita akan
tersesat dan berakhir di neraka. Untuk perkara ini kita perlu pergi di
jalan Allah, jangan kita tunda-tunda lagi dan jangan sampai kita
menyesal, tiba-tiba bangun sudah dikubur.