~ Bissmillahirrahmanirrahim ~
Karghuzari Maulana Yusuf Rah.A.
Ada seorang ahli dakwah datang ke Maulana Yusuf Rah.A. Dia mengatakan, “Wahai Maulana, saya sudah keluar 4 bulan, amal maqomi juga sudah saya jalankan, alhamdullillah tiap tahun saya keluar, tetapi kenapa perasaan saya ini keikhlasan belum masuk ke hati saya.” Ini kerisauan orang tersebut. Apa nasehat Maulana Yusuf Rah.A, “Engkau teruskan dakwah, terus dan terus, sampai kamu bertemu dengan si abdurrahman.” Si orang ini bingung siapa ini si abdurrahman. Akhirnya Maulana Yusuf ceritakan siapa si abdurrahman. Jadi si Abdurrahman ini adalah seorang pemuda kampung yang miskin, hidupnya sebagai kuli tani, bekerja di ladang orang untuk mendapatkan upah. Si Abdurrahman ini mempunyai cita-cita belajar agama di pesantren untuk paham agama. Suatu ketika dia mendengar ada pesantren yang terkenal di suatu kampung. Maka dia niat untuk masuk ke pesantren tersebut belajar dari ulama yang kononnya terkenal dengan kealimannya. Mulailah si Abdurrahman menabung dari hasil upahnya untuk dapat masuk ke pesantren.
Singkat cerita akhirnya uangnya terkumpul dari hasil jerih payahnya. Berangkatlah si abdurrahman ke pesantren tersebut untuk mencari ulama yang dia sering dengar untuk dapat belajar dari dia. Setelah sampai di kampung tempat pesantren tersebut, akhirnya dia baru tahu ternyata ulama yang dia cari ternyata udah meninggal. Mendengar hal tersebut sedihlah si abdurrahman, karena sudah sekian lama dia menabung untuk belajar dengan ulama tersebut ternyata setelah datang si kyai sudah meninggal. Si Abdurrahman akhirnya terpikir, biasanya satu pesantren ini kalau kyainya meninggal pasti ada anaknya atau anggota keluarga lainnya yang sama alimnya yang menggantikan posisi kyai tersebut dalam mengajar. Si Abdurrahman mulai bertanya ke penduduk apakah ada pengganti ulama tersebut. Penduduk kampung bilang yang melanjutkan memimpin pondok pesantren itu adalah anaknya si kyai tersebut. Singkat cerita pergila si abdurrahman ini kerumah anak si ulama tersebut.
Sampai di tempat anak si ulama tersebut, memang dasar si abdurrahman ini mempunyai hati yang bersih maka dia selalu menjaga prasangka baik kepada si anak ulama tersebut karena kesungguhannya ingin belajar. Abdurrahman ini mempunyai keyakinan kalau bapaknya ini ulama sholeh pasti anaknya juga seorang alim yang sholeh juga. Padahal si anak ulama ini ternyata tidak seperti bapaknya yang alim dan sholeh. Si anak ulama ini ternyata seorang bergajulan, tidak sholat, pemabok, penjudi, dan kerjakan banyak maksiat. Namun si abdurrahman tidak tahu, dia hanya tau kalau si anak kyai ini pasti orang yang sholeh dan alim juga seperti bapaknya, dan dia datang ingin belajar kepada si anak kyai tersebut. Pada waktu datang ke rumah si anak kyai itu kebetulan si anak kyai ini mempunyai pembantu namanya juga si abdurrahman, yang saat itu sedang pergi beli sesuatu di luar.
Jadi waktu si abdurahman ini mengetuk pintu dan mengucapkan salam, si anak kyai ini rupanya sedang kesal rupanya. Baru masuk rumah si anak kyai ini langsung memarahi si abdurahman, disangkanya yang datang ini adalah pembantunya. Si anak kyai ini marah dan berkata, “Kemana saja kamu Abdurrahman, saya sudah menunggu dari tadi ?” mendengar hal ini si abdurahman terkejut, wah dia terpikir anak kyai ini sungguh kasyaf, saya belum datang dan belum mengutarakan maksud saja dia sudah menunggu saya. Makin yakin saja si abdurrahman untuk belajar kepada anak kyai ini. Waktu dia buka pintu dan menongolkan muka, baru nampaklah muka si abdurahman, maka terkejutlah anak si kyai ini ternyata bukan pembantunya. Maka ditanyalah nama, darimana, dan maksud kedatangan si abdurrahman ini oleh si anak kyai ini. Si Abdurrahman mengutarakan bahwa dia ingin belajar kepada si anak kyai tersebut. Mendengar hal ini si anak kyai bingung, dia bilang ke abdurrahman bahwa dirinya ini bukan kyai. Mendengar hal ini si abdurrahman merasa bahwa anak kyai ini Masya Allah sungguh tawadhu. Bagi si Abdurrahman anak kyai ini seorang kyai yang yang tawadhu tidak mau menunjukkan keulamaannya, maka semakin yakin dia mau belajar kepada si anak kyai ini. Si abdurrahman berkata, “Bagaimanapun juga saya mau nyantri di pesantren, belajar kepada kyai.” Si anak Kyai mengatakan bahwa dirinya tidak bisa ngajar. Masya Allah di hati si abdurrahman bahwa tawadhu sekali ini seorang ulama mengaku tidak mampu ngajar. Di satu sisi si abdurrahman memaksa untuk belajar, disatu sisi si anak kyai menolak karena dia tidak bisa ngajar.
Melihat keadaan ini si anak kyai ini yakin bahwa si abdurrahman ini seorang pemuda kampung yang bodoh, sehingga timbullah pikiran jahat untuk menjahili si abdurrahman. Si anak kyai ini bertanya kepada Abdurrahman, “Apa kerja kamu ?” abdurrahman menjelaskan bahwa dia bekerja sebagai kuli ladang di kampungnya. Si anak kyai itu berkata, “Bagus, saya punya ladang disana, kamu balik ke kampung kamu lalu kamu tanami ladang saya, kalau kamu mau belajar sama saya, kamu kerja disana nanti 10 tahun lagi kamu balik kemari untuk belajar agama.” Si Abdurrahman ini hatinya bersih dan karena dia sungguh-sungguh ingin belajar agama, dia setujui persyaratan anak kyai tadi. Pergilah si Abdurrahman ini balik ke kampungnya di gunung untuk menjadi kuli ladang kembali menggarap ladang si anak kyai tadi juga. Dia kembali bekerja dengan niat untuk belajar agama disanalah dia bermujahaddah. Dia terus bekerja disana tanpa mempelajari satu alifpun.
Allah Swt Maha Adil dan Maha mengetahui kesucian dan kebersihan niat si Abdurrahman ini. Persis 10 tahun dia bekerja ada seorang ulama besar meninggal dunia di masa itu. Allah Swt dengan QudratNya memindahkan ilmu agama dan pemahaman agama si Ulama tersebut kepada si Abdurrahman tanpa perantara guru. Asbab ini dengan serta merta jadi alim, si abdurrahman pikirannya terbuka dan pemahamannya bertambah. Bagaimana prasangka Abdurrahman saat ini mengalami kejadian yang demikian ? si Abdurrahman berpikir, “Masya Allah guru saya ini luar biasa, dia mengajarkan agama kepada saya dari jarak jauh.” Begitulah sikap abdurrahman memuji kepada gurunya karena sudah mengajarinya agama dari jarak jauh. Akhirnya si Abdurrahman turun dari gunung pergi mengunjungi si anak kyai untuk berterima kasih. Si anak kyai bertanya, “Bagaimana kabar kamu ?” si Abdurrahman menjawab,
“Alhamdullillah berkat ajaran pak kyai dari jarak jauh, kini saya sudah jadi alim, paham mengenai banyak hal tentang agama.” Si anak kyai ini tidak percaya, masa hanya dengan bertani sesorang bisa berubah jadi alim. Melihat hal ini karena penasaran si abdurrahman diajak keliling oleh anak kyai ini untuk bertemu ulama-ulama agar bisa membuktikan perkataan abdurrahman ini. Terkejut si anak kyai ini ternyata setelah di test memang betul bahwa si abdurrahman ini alim.
Asbab si Abdurrahman, Allah berikan si anak kyai ini hidayah, bertaubat, lalu menyantri dengan si abdurrahman ini. Ini adalah kisah nyata yang diceritakan oleh masyeikh kita.
Disini ada pelajaran yang bisa kita ambil :
1. Niat ikhlas
2. Mujahaddah
3. Sangka Baik
4. Asbab Hidayah
Begitu kita di dalam kerja dakwah ini, kita terus dakwah walaupun dengan segala kelemahan kita, sampai kita ketemu orang seperti si Abdurrahman ini. Berkah dari orang seperti ini akan kita dapatkan asbab kerja dakwah ini. Ini adalah contoh bagaimana Allah akan berikan kepahaman kepada kita kalau kita mau bersusah payah dalam memperjuangkan agama ini. Tidak ada sejarahnya orang dapat pemahaman agama hanya dengan santai-santai dan senang-senang. Kepahaman agama hanya Allah berikan kepada orang yang mau mujahaddah memperjuangkan agama. Sehingga tidak salah langkah dalam agama.
Hari ini agama hanya ditafsirkan menurut akal pikiran dan nafsu kita masing-masing karena telah ditinggalkannya mujahaddah. Sehingga mengamalkan agama menurut hawa nafsu, menurut pikiran kita saja, bukannya mengikuti daripada yang di contohkan oleh Rasullullah SAW dan para sahabat RA.
Barakallahufikum ....
Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ...