إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن
سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له من يضلل فلا هاديله، وأشهد أن لا
إلـه إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله.
Segala puji bagi Allah, kita memujinya, memohon pertolongan dan ampunan kepadaNya kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan kejelekan amalan-amalan kita, barangsiapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya hidayah.
Aku bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah dengan benar kecuali hanya Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam adalah hamba dan utusan Allah.
يأيها الذين ءامنوا اتقوا الله حق تقاته، ولاتموتن إلاوأنتم مسلمون
يأيهاالناس اتقواربكم الذى خلقكم من نفس وحدة وخلق منهازوجها وبث منهمارجالاكثيرا ونساءۚ واتقوا الله الذى تساءلون به والأرحامۚ إن الله كان عليكم رقيبا
يأيهاالذين ءامنوا اتقوا الله وقولوقولاسديدا يصلح لكم أعملكم ويغفرلكم ذنوبكمۗ ومن يطع الله ورسوله، فقدفازفوزاعظيما
Amma ba’du :
“Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah, sebaik-baik
petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,
seburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan dalam agama, setiap yang
diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat dan setiap
kesesatan itu ditempatnya di Neraka.” (1).
فإن أصدق الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم، وشرالأمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة فيالنار.
Sesungguhnya cinta dan benci karena Allah Subhanallahu wa Ta’ala
merupakan pintu yang sangat agung di antara pintu-pintu kebaikan di
akhirat. Dan merupakan sebab seseorang mendapatkan kelezatan iman di
dunia. Sebagian orang mengira bahwa cinta dan benci merupakaan suasana
hati yang tidak mampu manusia mengendalikannya. Bagaimana ia bisa
memaksakan diri untuk mencintai ini dan membenci itu!?
Sebagaimana yang dimaklumi dalam Islam bahwa hati mengikuti aqidah dan iman yang ada di dalamnya. Barangsiapa beriman bahwa Allah adalah Rabb, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai Rasul, maka ia pasti mencintai orang-orang yang mencintai Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Oleh karena itu cinta karena Allah dan benci juga karena Allah merupakan kewajiban atas setiap Muslim.
Allah telah memperingatkan kita dari sikap berlebihan pada kedua
perkara ini. Agar tidak terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan
yang besar. Sebagaimana yang disebutkan di akhir surat al-Anfaal :
والذين كفروا يعضهم أوليـاء بعضۚ إلا تفعلوه تكن فتـنه فى الأرض وفساد كبير
Allah dan Rasul-Nya Shallallahu alaihi wa Sallam telah menuntun kita
bagaimana cara mencintai dan membenci karena Allah. Apabila kita
melaksanakannya niscaya akan membawa kita kepada kelapangan dan
keteduhan, yakni keimanan dan keamanan.
Oleh karena itu saya kumpulkan hadits-hadits dan perkatan-perkatan
yang membicarakan tentang kewajiban kita untuk saling mencintai sesama
muslim kemudian saya tuliskan dalam catatan ini semampu saya. Ketika
kita telah memahami arti pentingnya saling mencintai karena Allah,
niscaya kita akan mencintai saudari kita hanya karena Allah dan bukan
dengan maksud tertentu. Saya memohon kepada Allah, karena kecintaanku
kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya Shallallahu alaihi wa Sallam serta siapa
saja yang mencintai keduanya, agar menyatukan hati kaum Muslimin di
atas agama yang haq dan menerima amal ini dariku dengan penerimaan yang
baik, sehingga menjadi orang-orang yang saling mencintai karena Allah,
dan agar menjadi penuntun bagi orang-orang yang saling mencintai karena
Allah dengan cara yang lebih lurus dan dengan cara yang lebih indah.
Insya Allah.
Saudariku, jangan kau tinggalkan aku dalam ketidaktahuanku.
Saudariku, jangan kau tinggalkan aku dalam ketidakpahamanku.
Saudariku, jangan tinggalkan aku dalam kebodohanku.
Saudariku, jangan kau biarkan aku tersesat dalam jalan yang gelap.
Saudariku, jangan tinggalkan aku sendiri bersama kesepian.
Saudariku, jangan kau tinggalkan aku dalam ketidakpahamanku.
Saudariku, jangan tinggalkan aku dalam kebodohanku.
Saudariku, jangan kau biarkan aku tersesat dalam jalan yang gelap.
Saudariku, jangan tinggalkan aku sendiri bersama kesepian.
Saudariku, aku ingin nasehat darimu.
Saudariku, aku ingin kau mengajari akan ilmu dien.
Saudariku, aku ingin kasih sayangmu sebagai muslimin.
Saudariku, aku ingin kau marahi di saat aku berlaku salah.
Saudariku, jangan kau diam atas kesalahan yang kulakukan.
Saudariku, aku ingin kau mengajari akan ilmu dien.
Saudariku, aku ingin kasih sayangmu sebagai muslimin.
Saudariku, aku ingin kau marahi di saat aku berlaku salah.
Saudariku, jangan kau diam atas kesalahan yang kulakukan.
Perkataan seorang penyair dalam Al-Hubbu wal Bughdhu Fillaah berkata :
عليك بإغبــاب الزيـارة إنهـا إذا كثرت كانت إلى الهجر مسلكا
فـإني رأيت الغيث يسـأم دائمــا ويسأل ب لأيدي إذا كان ممسكا
“Hindari olehmu sering melakukan kunjungan karena sungguh jika terlalu banyak, akan menimbulkan kebencian.
Sungguh aku lihat hujan bila turun tiap hari akan membuat bosan dan apabila tertahan justru tangan-tangan akan menengadah memohon kedatangannya”.
Sungguh aku lihat hujan bila turun tiap hari akan membuat bosan dan apabila tertahan justru tangan-tangan akan menengadah memohon kedatangannya”.
Seorang penyair lain mengatakan :
أقلـل زيـارتك الصديـق تكون كالثوب استجده
وأمل شـيء لامرىء أن يـزال يـراك عنـده
“Batasilah kunjungan kepada sahabatmu, maka engkau seperti pakaian yang senantiasa baru.
Sungguh seseuatu yang paling membosankan bagi seseorang bila ia selalu melihatmu di sisinya”
Hadbah bin Khasyram berkata :
وابغض إذا أبغضت بغضا مقاربا، فإنك لاتدري متى أنت راجع
وكن معدنا للخير واصفح عن الأذى، فـإنك راء ما عملت وسامع
وأحبب إذا أحببت حبا مقاربا، فإنك لاتدري متى أنت نازع
“Jika engkau membenci, bencilah dengan kebencian sewajarnya, karena
sesungguhnya engkau tidak tahu, suatu ketika engkau akan kembali.
Jadilah engkau barang tambang bagi kebaikan dan berilah maaf atas
kesalahan, karena sesungguhnya engkau melihat dan mendengar apa yang
engkau lakukan. Jika engkau mencintai, cintailah dengan cinta sewajarnya
sebab engkau tidak tahu, suatu ketika engkau memutus cinta itu.
An Namar bin Taulab berkata :
أحبب حبيبـك حبا رويـدا، فليس يعو لـك أن تصرما
وابغض بغيضك بغضا رويدا، إذا أنت حـاولت أن تحكما
“Cintailah kekasihmu dengan cinta sewajarnya niscaya tidak akan membebanimu, bila kamu memutus cinta itu dan bencilah musuhmu dengan benci sewajarnya, karena bila engkau berusaha mencintainya, maka engkau akan bersikap bijak padanya.”
Umar bin Khattab berkata :
“Jika engkau mencintai janganlah berlebihan seperti seorang anak kecil mencintai sesuatu. Dan, jika engkau membenci, janganlah berlebihan hingga engkau suka mencelakai sahabatmu dan membinasakannya.”
“Jika engkau mencintai janganlah berlebihan seperti seorang anak kecil mencintai sesuatu. Dan, jika engkau membenci, janganlah berlebihan hingga engkau suka mencelakai sahabatmu dan membinasakannya.”
Hadits Pertama :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
الدين النصيحة، قلنا: لمن؟ قال: لله ولكتابه ولرسوله ولأئمة المسلمين وعامتهم.
“Agama itu nasehat! Kami bertanya : “Bagi siapa? Rasul Menjawab :”Bagi
Allah, KitabNya, RasulNya, para pemimpin kaum muslimin dan bagi segenap
kaum muslimin.”(1).
Hadits Kedua :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
أحبب حبيبك هونا ما عسى أن يكون بغيضك يوما ما وأبغضك هونا ما عسى أن يكون حبيبك يوما ما.
“Cintailah orang yang kamu cintai sewajarnya, boleh jadi pada suatu hari
kelak ia akan menjadi orang yang engkau benci. Dan, bencilah orang yang
kau benci sewajarnya, boleh jadi pada suatu hari kelak ia akan menjadi
orang yang engkau cintai.” (2).
Hadits Ketiga :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
زرغبا تزدد حبا.
“Kunjungilah (saudaramu) secara jarang-jarang niscaya rasa kasih sayang akan bertambah.” (3).
Hadits Keempat :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
إذا أحب أحدكم أخاه فى الله، فليعلمه، فإنه أبقى في الألفة وأثبت في المودة.
“Apabila salah seorang dari kamu mencintai saudaranya karena Allah
hendaklah ia memberitahu kepadanya, karena hal itu dapat melanggengkan
kasih sayang dan memperkuat rasa cinta.” (4)
Hadits Kelima :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
من سره أن يجد حلاوة الإيمان فليحب المرء لا يحبه إلا لله عز وجل.
“Barangsiapa yang ingin meraih kelezatan iman hendaklah ia mencintai seseorang hanya karena Allah.” (5).
Hadits Keenam :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
من أحب لله وأبغض لله وأعطى لله ومنع لله فقد استكمل الإيمان.
“Barangsiapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi
karena Allah dan menahan (tidak memberi) karena Allah. Sungguh ia telah
menyempurnakan keimanan.” (6).
Hadits Ketujuh :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
لا تدخلون الجنة حتى تؤمنوا، ولا تؤمنوا حتى تحابوا، أولا أدلكم على شيء إذا فعلتموه تحاببتم؟ أفشوا السلام بينكم.
“Kalian tidak akan masuk Surga hingga beriman. Dan kalian tidak akan
beriman hingga saling berkasih sayang. Maukah kalian aku beritahu
seseuatu yang apabila kalian melakukannya niscaya kalian akan saling
berkasih _sayang? Sebarkanlah salam diantara kalian”. (7).
Hadits Kedelapan :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
إذا أحب أحدكم صاحبه فليأته في منزله، فليخبره بأنه يحبه لله عز وجل.
“Apabila salah seorang di antara kamu mencintai sahabatnya, hendaklah ia
mendatangi rumahnya dan memberitahukan kepadanya bahwa ia mencintainya
karena Allah”. (8).
Hadits Kesembilan :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
ماتحاب رجلان في الله تبارك وتعالى إلا كان أفضلهما أشدهما حبا لصاحبه.
“Apabila dua orang laki-laki saling mencintai karena Allah, maka yang paling utama adalah yang paling mencintai rekannya”. (9).
Hadits Kesepuluh :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
أن رجلا زار أخا له في قرية أخرى فأر صد الله له على مدرجته ملكا فلما أتى عليه. قال: أين تريد؟ قال: أريد أجالي في هذه القرية. قال: هل لك عليه من نعمة تربها؟ قال: لا، غير أني أحببته في الله عز وجل. قال: فإني رسول الله إليك بأن الله قد أحبك كما أحببته فيه.
“Seorang laki-laki mengunjungi saudaranya (seiman) di kota lain. Lalu
Allah mengirim satu malaikat untuk mengikuti perjalanannya. Tatkala
bertemu dengannya, Malaikat itu bertanya : “Ke manakah engkau hendak
pergi? “Ia menjawab : “Aku hendak mengunjungi saudaraku di kota
ini’.Malaikat itu bertanya lagi : “Adakah suatu keuntungan yang engaku
harapkan darinya?’ Ia menjawab : ‘Tidak ada, hanya saja aku mencintainya
karena Allah. Maka malaikat itu berkata : “Sesungguhnya aku adalah
utusan Allah kepadamu untuk menyampaikan bahwa Allah mencintaimu
sebagaimana engkau mencintainya karena Allah”. (10).
Hadits Kesebelas :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
تهادوا تحابوا.
“Hendaklah kalian saling memberi hadiah, niscaya kalian akan saling menyayangi”. (11).
Hadits Keduabelas :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
إذا أحب الله عبدا نادى جبريل: إن الله يحب فلانا، فأحبه، فيحبه جبريل، فينادي جبريل في أهل السماء: إن الله يحب فلانا، فأحبوه، فيحبه أهل السماء، ثم يوضع له القبول في أهل الأرض.
“Apabila Allah mencintai seorang hamba niscaya Jibril akan berseru :
“Sesungguhnya Allah mencintai fulan, maka cintailah dia. Maka Jibril pun
mencintainya, lalu Jibril menyerukan kepada penghuni langit :
“Sesungguhnya Allah mencintai fulan, maka cintailah dia. Maka penghuni
langit pun mencintainya, kemudian diberikan kepadanya penerimaan yang
baik di kalangan penduduk bumi”. (12).
Hadits Ketigabelas :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda dalam sebuah riwayat dari Rabbnya :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda dalam sebuah riwayat dari Rabbnya :
قال الله تعالى: حقت محبتي للمتحابين في.
“Allah berfirman : “Cinta-Ku telah ditetapkan bagi siapa saja yang saling mencintai karena Aku”. (13).
Hadits Keempatbelas :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
“Sesungguhnya Allah akan bertanya nanti pada hari Kiamat : “Dimanakah
orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini Aku
akan menaungi mereka di bawah naungan-Ku yang tiada yang tiada naungan
kecuali naungan-Ku.” (14).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
إن الله يقول يوم القيامة: أين المتحابون بجلالي اليوم أظلهم في ظلي يوم لا طل إلا طلي.
Hadits Kelimabelas :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda dalam sebuah riwayat dari Rabbnya :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda dalam sebuah riwayat dari Rabbnya :
قال الله عز وجل: المتحابون في جلالي لهم منابر من نور يغطهم النبيون والشهداء.
“Allah berfirman : “Orang-orang yang saling mencintai karena
keagunganKu, bagi mereka mimbar-mimbar dari cahaya yang membuat cemburu
para Nabi dan Syuhada”. (15).
Hadits Keenambelas :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
إن من عباد الله عبادا ليسوا بأنبياء، يغبطهم الأنبياء والشهداء، قيل: من هم لعلنا نحبهم؟ قال: هم قوم تحابوا بنور الله من غير أرحام ولا أنساب، وجو ههم نور على منا بر من نور، لا يخافون إذا خاف الناس، ولا يحزنون إذا حزن الناس، ثم قرأ:
ألا إن أوليـاء الله لا خوف عليهم ولا هم يحزنون.
“Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah ada yang bukan Nabi, tetapi
para Nabi dan Syuhada merasa cemburu terhadap mereka. Ditanyakan :
“Siapakah mereka? Semoga kami dapat mencintai mereka. Nabinya menjawab :
“Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena cahaya Allah
tanpa ada hubungan keluarga dan nasab di antara mereka. Wajah-wajah
mereka tidak taku di saat manusia takut dan mereka tidak bersedih di
saat manusia bersedih. Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
membacakan ayat : “Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (QS.
Yunus : 62). (16).
Hadits Ketujuhbelas :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
“Tidaklah dua orang saling mengasihi karena Allah atau karena Islam,
lalu keduanya berpisah, melainkan pasti disebabkan oleh dosa yang
dilakukan salah seorang diantara keduanya.” (17).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
ما تواد اثنان في الله عز وجل أو في الإسلام، فيفؤق بينهما إلا بذنب يحدثه أحدهما.
Oleh karena itu, apabila salah seorang hamba mulai merasakan kelainan sikap dari saudaranya, maka hendaklah ia mengoreksi dirinya terlebih dahulu, barangkali ia telah melakukan dosa. Jika betul, maka hendaklah ia segera bertaubat agar cinta saudaranya kembali bersemi padanya.”
Hadits Kedelapanbelas :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
سبعة يظلهم الله في ظله يوم لا طل إلا ظله: الإمام العادل، مشاب نشأ في عبادة ربه، ورجل قلبه معلق با لمساجد، ورجلان تحابا في الله، اجتمعا عليه وتفرقا عليه، ورجل طلبته امرأة ذات منصب وجمال فقال: إني أخاف الله، ورجل تصدق أخف حتى لا تعلم شماله ما تنفق يمينه، ورجلذكر الله خاليا ففاضت عيناه.
“Tujuh golongan yang akan dinaungi Allah pada hari yang tiada naungan
selainNya : (1) Seorang imam yang adil. (2). Seorang pemuda yang
menghabiskan masa mudanya dengan beribadah kepada Rabbnya. (3). Seorang
yang hatinya selalu terkait dengan masjid. (4) Dua orang yang saling
mencintai karena Allah ; berkumpul karena Allah dan berpisah karena
Allah. (5) Laki-laki yang diajak oleh seorang wanita yang terpandang dan
dan cantik untuk berzina lantas ia berkata : “Sesungguhnya aku takut
kepada Allah.” (6) Seorang yang menyembunyikan sedekahnya hingga tangan
kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya.
(7). Seorang yang berdzikir kepada Allah dengan menepi seorang diri
hingga bercucuran air matanya.” (18).
Wallahu a’lam wal muwafiq.
Footnote :
(1). Khutbah ini dinamakan khutbatul haajah, yaitu khutbah pembuka yang biasa dipergunakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam untuk mengawali setiap majelisnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga mengajarkan khutbah ini kepada para Sahabatnya. Khutbah ini diriwayatkan dari enam Sahabat Nabi Shallallahu ‘alahi wa Sallam . Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (I/392-393), Abu Dawud (no. 1097, 2118), an-Nasa-I (III/104-105), at-Tirmidzi (no. 1105), Ibnu Majah (no. 1892), al-Hakim (II/182-183), ath-Thayalisi (no. 336), Abu Ya’la (no. 5211), ad-Darimi (II/142) dan al-Baihaqi (III/214, VII/146), dari Sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Hadits ini shahih.
(2). HR. Muslim (II/37 an-Nawawi) dan lainnya dari Hadits Tamim ad-dari radhiyallahu ‘anhu.
(3). Shahiihul-Jaami ash-Shaghiir wa Ziyaadatuhu (176). Syaikh al-Albani telah menjelaskan lebar tentang keshahihannya dalam Ghaayatul Maraam (472).
(4). Shahiihul Jaami’ ash wa Ziyaadatuhu no. 3562)
(5). Hasan lighairihi, diriwatakan oleh Waki’ dalam Kitab az-Zuhd 9337) dengan sanad yang shahih dari Ali bin Al-Husain secara marfu.
(6). (HR. Ahmad (II/298), al-Hakim (I/3 dan IV/168) al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (XII/52-53), Abu Nu’aim dalam al-Hilyah (VII/204), ath-Thayalisi (2495), al-bazaar (63-kasyaf), dan selain mereka dari jalur Yahya bin Abu Sulaim dari Amr bin Maimun dari Abu Hurairah.
(7). Shahih lighairihi, HR. Abu Dawud (2681) dari Jalur Yahya bin al-Harits dari al-Qasim dari Abu Umamah.
(8). HR.Muslim (II./35, Nawawi, dari Abu Hurairah).
(9). Shahih, diriwayatkan oleh Ibnul Mubarak dalam Az-Zuhd (712) dan Abdullah bin Wahab dalam Al-Jaami’ (hal. 36) dari jalur Ibnu Lahi’ah.
(10). Shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad (544), Ibnu Hibban (2509), al-Hakim (IV/171) dan al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (XIII/52) dari jalur Mubarak bin Fudhalah.
(11). HR. Muslim (XVI/123-124) dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
(12). Hasan, diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad (594), ad-Dulabi dalam al-Kuna (I/150 dan II/7) dan al-Baihaqi (VI/169).
(13). HR. Bukhari (VI/303, X/461, al-Fath), Muslim (XVI/183-184 an-Nawawi), dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
(14). HR. Ahmad (V/229, al-Hakim (IV/169) dan selain keduanya dari hadits ‘Ubaidah bin ash Shamit).
(15). Muslim (XVI/123, an-Nawawi), dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
(16). Shahih, at-Tirmidzi (2390) dan Ahmad (V/236-237) dari jalur Ja’far bin Barqan).
(17) Hasan diriwayatkan oleh Ibnu Hibban (2508), Mawaarid) dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu).
(18) Shahiih lighairihi, diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad (401). Dari jalur Sinan bin Sa’ad dari Anas.
(19). Diriwayatkan oleh al-Bukhari (II/143-Fat-hul Baari) dan lafazh ini adalah lafazhnya, Muslim (VII/121-123), an-Nawawi) dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
(1). Khutbah ini dinamakan khutbatul haajah, yaitu khutbah pembuka yang biasa dipergunakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam untuk mengawali setiap majelisnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga mengajarkan khutbah ini kepada para Sahabatnya. Khutbah ini diriwayatkan dari enam Sahabat Nabi Shallallahu ‘alahi wa Sallam . Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (I/392-393), Abu Dawud (no. 1097, 2118), an-Nasa-I (III/104-105), at-Tirmidzi (no. 1105), Ibnu Majah (no. 1892), al-Hakim (II/182-183), ath-Thayalisi (no. 336), Abu Ya’la (no. 5211), ad-Darimi (II/142) dan al-Baihaqi (III/214, VII/146), dari Sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Hadits ini shahih.
(2). HR. Muslim (II/37 an-Nawawi) dan lainnya dari Hadits Tamim ad-dari radhiyallahu ‘anhu.
(3). Shahiihul-Jaami ash-Shaghiir wa Ziyaadatuhu (176). Syaikh al-Albani telah menjelaskan lebar tentang keshahihannya dalam Ghaayatul Maraam (472).
(4). Shahiihul Jaami’ ash wa Ziyaadatuhu no. 3562)
(5). Hasan lighairihi, diriwatakan oleh Waki’ dalam Kitab az-Zuhd 9337) dengan sanad yang shahih dari Ali bin Al-Husain secara marfu.
(6). (HR. Ahmad (II/298), al-Hakim (I/3 dan IV/168) al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (XII/52-53), Abu Nu’aim dalam al-Hilyah (VII/204), ath-Thayalisi (2495), al-bazaar (63-kasyaf), dan selain mereka dari jalur Yahya bin Abu Sulaim dari Amr bin Maimun dari Abu Hurairah.
(7). Shahih lighairihi, HR. Abu Dawud (2681) dari Jalur Yahya bin al-Harits dari al-Qasim dari Abu Umamah.
(8). HR.Muslim (II./35, Nawawi, dari Abu Hurairah).
(9). Shahih, diriwayatkan oleh Ibnul Mubarak dalam Az-Zuhd (712) dan Abdullah bin Wahab dalam Al-Jaami’ (hal. 36) dari jalur Ibnu Lahi’ah.
(10). Shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad (544), Ibnu Hibban (2509), al-Hakim (IV/171) dan al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (XIII/52) dari jalur Mubarak bin Fudhalah.
(11). HR. Muslim (XVI/123-124) dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
(12). Hasan, diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad (594), ad-Dulabi dalam al-Kuna (I/150 dan II/7) dan al-Baihaqi (VI/169).
(13). HR. Bukhari (VI/303, X/461, al-Fath), Muslim (XVI/183-184 an-Nawawi), dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
(14). HR. Ahmad (V/229, al-Hakim (IV/169) dan selain keduanya dari hadits ‘Ubaidah bin ash Shamit).
(15). Muslim (XVI/123, an-Nawawi), dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
(16). Shahih, at-Tirmidzi (2390) dan Ahmad (V/236-237) dari jalur Ja’far bin Barqan).
(17) Hasan diriwayatkan oleh Ibnu Hibban (2508), Mawaarid) dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu).
(18) Shahiih lighairihi, diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad (401). Dari jalur Sinan bin Sa’ad dari Anas.
(19). Diriwayatkan oleh al-Bukhari (II/143-Fat-hul Baari) dan lafazh ini adalah lafazhnya, Muslim (VII/121-123), an-Nawawi) dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
sumber: klik disini