A. Makna dan definisi Hati.
Hati dinamakan Qolbun (قَلْبٌ) karena cepat dan dahsyatnya mengalami pergolakan (berbolak-balik) dan senantiasa terombang-ambing.
Rosululloh sholallohu 'alaihi wa sallam bersabda:
{إِنَّمَا سُمِّيَ القَلْبُ مِنْ تَقَلُّبِهِ ،إِنَّمَا مَثَلُ القَلْبِ كَمَثَلِ رِيْشَةٍ مُعَلَّقَةٍ فِيْ أَصْلِ شَجَرَةٍ يُقَلِّبُهَا الرِّيْحُ ظَهْرًا لِبَطْنٍ}
"Sesungguhnya dinamakan qolbun karena gampang berbolak-balik. Sesungguhnya perumpamaan hati adalah seperti bulu yang tergantung di atas pohon yang dapat di bolak-balikkan hembusan air, ke kiri dan ke kanan". (HR. Ahmad: 4/408 dan dalam Shohih Jami': 2365).
Didalam riwayat lain disebutkan:
{مَثَلُ القَلْبِ كَمَثَلِ رِيْشَةٍ بِأَرْضِ فُلَاةٍ يُقَلِّبُهَا الرِّيْحُ ظَهْرًا لِبَطْنٍ}
"Perumpamaan hati seperti bulu yang ada di tanah lapang yang di bolak-balikan oleh angin, ke kiri maupun ke kanan". (HR. Ibnu Abi 'Ashim dalam kitab Sunnah:227 dan isnadnya Shohih).
Rosululloh sholallohu 'alaihi wa sallam bersabda:
{لَقَلْبُ ابْنِ آدَمَ أَسْرَعُ تَقَلُّبٍ مِنَ القِدْرِ إِذَا اسْتَجْمَعَتْ غَلَيَانًا}
"Sesungguhnya hati anak Adam lebih cepat bolak-balik dari pada periuk ketika didihannya menyatu". (lihat: Dzilaul Jannah: 1/102)
Karena cepat dan dahsyatnya berbolak-baliknya hati, maka Rosululloh sholallohu 'alaihi wa sallam berdo'a:
{اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ القُلُوْبِ صَرِّفْ قُلُوْبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ}
"Ya Alloh, Dzat yang memolang-malingkan hati-hati, palingkanlah hati kami dalam keta'atan kepada-Mu". (HR. Muslim: 2654)
{يَا مُقَلِّبَ القُلُوْبِ ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَى دِيْنِكَ}
"Wahai Dzat yang membolak-balikan hati, tetapkanlah hati kami dalan agama (Islam)". (HR. Ahmad: 23463)
Rosululloh sholallohu 'alaihi wa sallam bersabda:
{أَلَا وَ إِنَّ فِيْ الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلُحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ القَلْبُ}
"Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad ada segumpal darah, apabila ia baik, maka baiklah seluruh jasadnya. Dan apabila ia rusak, maka rusaklah seluruh jasadnya. Itulah gambaran hati". (HR. Bukhori: 53 dan Musllim: 1599)
B. Macam-macam Hati
Hati di lihat dari sudut hidup dan matinya terbagi menjadi 3 macam, yaitu:
1. Hati yang Sehat / Selamat (قَلْبٌ صَحِيْحٌ سَلِيْمٌ).
Qulbun salim yang dapat membawa keselamatan di sisi Alloh subhanahu wa ta'ala adalah:
{الَّذِيْ قَدْ سَلِمَ مِنْ كُلِّ شَهْوَةٍ تُخَالِفُ أَمْرَ اللهِ وَ مِنْ كُلِّ شُبْهَةٍ تُعَارِضُ خَبَرَهُ}
"Hati yang selamat dari setiap syahwat yang menyalahi perintah dan larangan Alloh serta selamat dari setiap syubhat yang bertentangan dengan berita-berita-Nya". (lihat Ighotsul Lahfan: 1/12)
Keadaannya selamat dari ubudiyah (peribadatan) kepada selain-Nya dan selamat bertahkim kepada selain Rosululloh sholallohu 'alaihi wa sallam, serta selamat dalam mencintai Alloh subhanahu wa ta'ala di iringi tahkim kepada-Nya, tawakkal dan dengan menjauhkan diri dari kemurkaan-Nya.
2. Hati yang Mati. (قَلْبٌ مَيْتٌ)
Hati yang mati adalah hati yang tidak memiliki kehidupan yakni tidak mengenal Alloh subhanahu wa ta'ala, tidak beribadah kepadanya sesuai dengan perintahnya. Dia selalu tunduk pada syahwat dan keinginannya, sekalipun mengandung kemurkaan dan kebencian Robbnya. Ketika ia berhasil dengan syahwat dan keinginannya, ia pun tidak peduli apakah Robbnya ridho atau murka. Jika ia mencintai, ia cinta karena hawa nafsunya. Jika ia benci, maka ia pun benci karena hawa nafsunya. Jika ia memberi, maka ia memberi karena hawa nafsunya dan seterusnya. Hawa nafsu adalah Imamnya, syahwat adalah komandonya, kejahilan adalah sopirnya dan kelalaian adalah kendaraannya.
3. Hati yang Berpenyakit. (قَلْبٌ مَرِيْضٌ)
Penyakit hati adalah bentuk kerusakan yang terjadi di dalam hati yang dapat merusak tashowwur (wawasan keilmuan) dan irodah (keinginan)nya. Tashowwurnya dirusak oleh syubhat yang diberikan, sehingga ia tidak mampu melihat kebenaran, atau ia melihatnya tidak sesuai dengan hakekatnya. Irodahnya pun dirusak dengan cara membenci kebenaran yang membawa manfa'at dan kebathilan yang membawa mudhorot.
Dua macam penyakit yang merupakan biang dari segala macam penyakit hati lainnya sekaligus menjadi sumber dari terjadinya berbagai bentuk pelanggaran dan kemaksiatan seorang hamba dihadapan Alloh subhanahu wa ta'ala, pertama adalah penyakit syubhat dan syak (keraguan), keduanya adalah penyakit syahwat dan ghoy (penyimpangan ilmu).
Tiga macam hati tersebut telah dijelaskan oleh Alloh subhanahu wa ta'ala dalam firman-Nya:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ وَلَا نَبِيٍّ إِلَّا إِذَا تَمَنَّى أَلْقَى الشَّيْطَانُ فِي أُمْنِيَّتِهِ فَيَنْسَخُ اللَّهُ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ ثُمَّ يُحْكِمُ اللَّهُ آَيَاتِهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (52) لِيَجْعَلَ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ فِتْنَةً لِلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَفِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ (53) وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَيُؤْمِنُوا بِهِ فَتُخْبِتَ لَهُ قُلُوبُهُمْ وَإِنَّ اللَّهَ لَهَادِ الَّذِينَ آَمَنُوا إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (54)
"Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang Rosulpun dan tidak (pula) seorang Nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaithonpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Alloh menghilangkan apa yang di masukkan oleh syaithon itu, dan Alloh menguatkan ayat-ayat- nya. Dan Alloh Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaithon itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang dzolim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat. Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al-Qur'an itulah yang hak (kebenaran) dari Robb-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Alloh adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus". (QS. Al Hajj [22]: 52-54)