Bayan H. Cecep Firdaus
Syuro Indonesia
Jemaah Tabligh
Mesjid Jami Kebon Jeruk
Assalamu alaikum Wr Wb.
Di dunia ini ada berbagai macam usaha, ada yang namanya usaha
perdagangan, pertanian, pertokoan, perindustrian, perbaikan kesehatan,
dan lain-lain. Namun dari sekian banyak usaha yang ada, usaha yang
paling tinggi, yang paling mulia, dan paling bernilai disisi Allah
adalah usaha para Nabi. Usaha Nabi ini adalah usaha pilihan. Sehingga
begitu tingginya, begitu mahalnya, begitu mulianya usaha para Nabi ini
maka hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menjalankan usaha ini dan
jumlahnya tidak banyak. Jadi orang yang bisa menjalankan tugas ini
hanyalah orang-orang pilihan Allah saja. Sedangkan usaha selain usaha
Nabi ini jumlah orang yang terlibat di dalamnya sangat banyak bahkan
tidak terhitung jumlahnya. Dari jaman Nabi Adam AS sampai sekarang
berapa banyak yang menjadi petani, pedagang, pengusaha, pejabat, dokter,
bahkan raja sekalipun ? jawabnya jumlahnya banyak, tidak terhitung.
Tapi usaha Nabi ini jumlah orang yang mengambilnya terbatas hanya ada
124.000 Nabi.
Kalau usaha-usaha yang lain objek dari usahanya adalah kebendaan. Seperti :
1. Pertanian : Object usahanya adalah tanaman
2. Perdagangan : Object usahanya adalah barang
3. Industri : Object usahanya adalah bahan olahan
4. Teknologi : Object usahanya adalah mesin / alat
5. Dan lain-lain
Tetapi usaha nabi ini berbeda dengan usaha-usaha yang lain, objek
usahanya bukan kebendaan, objek usahanya adalah manusia. Medan kerja
daripada para Nabi itu adalah manusia. Bekerja atas manusia, inilah
pekerjaan yang paling tinggi. Karena kedudukan manusia dalam kehidupan
ini seperti jantung pada badan manusia atau seperti kedudukan hati dalam
badan kita. Sebagaimana Nabi sabdakan kepentingan daripada hati ini,
dalam hadits mahfum :
“ Dalam setiap tubuh manusia ini ada segumpal daging. Kalau daging ini baik maka akan baik seluruh tubuhnya. Kalau daging ini buruk maka akan buruk seluruh tubuhnya. “ (Al Hadits )
Apakah yang dimaksud dengan segumpal daging itu ? itulah
Hati. Kalau hati manusia itu baik, maka akan baik seluruh amal
perbuatannya. Kalau hati manusia itu buruk, maka akan buruk seluruh amal
perbuatannya. Begitulah kehidupan yang baik dan tidak baik dalam dunia
ini bukan disebabkan karena kemajuan dari pada kebendaan-kebendaan
tetapi bergantung pada manusianya. Kalau manusia ini baik maka dunia ini
akan menjadi baik keadaannya. Kalau manusia ini buruk maka dunia ini
akan menjadi buruk keadaannya. Untuk memperbaiki keadaan di dunia, para
Nabi membuat usaha perbaikan atas manusia. Sebab keburukan-keburukan
yang ada atau yang terjadi di dunia ini akibat daripada amal-amal buruk
manusia. Firman Allah Mahfum :
“Telah terjadi kerusakan-kerusakan di daratan dan di lautan di sebabkan oleh perbuatan (amal buruk) manusia.” (Al Qur’an )
Orang menyebutkan sekarang ini jaman kemajuan. Padahal
kalau diperhatikan kemajuan yang ada pada jaman ini adalah kemajuan
daripada kebendaan. Kalau kita perhatikan manusianya sendiri telah
merosot kepada derajat yang sangat rendah dan hina. Kebendaan
diperjuangkan oleh manusia pada hari ini, dari tidak berharga menjadi
berharga, dari tidak bermanfaat dari bermanfaat, dari tidak indah
menjadi indah. Inilah kerja manusia di jaman ini, yaitu merobah
memajukan daripada kebendaan. Tapi manusia tidak sadar, dirinya sendiri
telah merosot menjadi rendah dan hina. Ini terjadi karena kita sudah
meninggalkan daripada usaha kenabian yaitu usaha perbaikan atas pada
manusia. Yang mana usaha kenabian ini telah diamanahkan, dan diwariskan
kepada ummat Nabi Muhammad SAW. Setelah Nabi SAW wafat sampai hari
kiamat tidak akan ada lagi Nabi, tetapi usaha kenabian ini harus tetap
ada. Dan usaha ini karena Nabi SAW sudah tidak, maka telah dilimpahkan
kepada kita semua yang mengaku sebagai ummat Nabi SAW. Tetapi masalahnya
kita sudah meninggalkan daripada usaha ini, sibuk atas
kebendaan-kebendaan. Sehingga kebendaan pada jaman ini mengalami
kemajuan daripada jaman-jaman sebelumnya. Namun manusianya telah merosot
hingga kederajat yang rendah dan hina. Hanya tampang dan jasadnya saja
manusia, tetapi akhlaqnya dan amal perbuatannya merosot hingga menjadi
seperti hewan, bahkan lebih rendah dan lebih hina daripada hewan.
Maulana Said Ahmad Khan, seorang ulama, yang tinggal di Madinah
menceritakan dulu di Madinah ada seorang ulama dia bermimpi berada di
pasar. Dan di pasar itu banyak barang-barang diperjual belikan dan
banyak juga manusia hilir mudik sebagai penjual dan pembeli. Namun di
dalam mimpinya itu, ketika ulama ini menghadapkan wajahnya, melihat ke
langit, dilihatnya langit itu seperti cermin memantulkan bayangan yang
ada dibawah. Semua barang-barang yang diperjual belikan dibawah ini
yaitu dipasarnya, semuanya ada terlihat di cermin tersebut. Tetapi yang
heran, manusia-manusia yang sebagai penjual dan pembeli yang ada disitu,
tidak ada atau tidak nampak pada cermin itu, yang ada hanya
hewan-hewan. Yang ada pada cermin dilangit itu adalah monyek, ular,
babi, dan lain sebagainya. Maka keesokan harinya si ulama ini pergi
bertanya pada ulama yang lain mengenai apa arti atau makna mimpi
tersebut. Ulama yang ditanya menjawab bahwa itulah manusia di jaman
sekarang, jasadnya manusia tetapi hati dan akhlaqnya sudah berubah
menjadi seperti binatang.
Manusia kalau tidak diperjuangkan maka dia akan merosot menjadi
rendah dan hina. Kata Ulama karena manusia ini diciptakan daripada unsur
tanah, maka manusia ini mempunyai kesamaan sifat dengan tanah. Apa
sifat tanah ?
Tanah kalau tidak digarap mempunyai 4 fase :
- Fase ditumbuhi rumput-rumputan –> Binatang ternak : sapi, kambing
- Fase ditumbuhi ilalang / semak belukar –> Binatang buas : singa, macan, serigala
- Fase ditumbuhi pepohonan –> Binatang perusak : monyet, babi
- Fase Hutan Belantara –> Binatang berbisa : ular, kalajengking
Kalau tanah ini tidak digarap atau diusahakan maka diatasnya akan
tumbuh rumput-rumputan. Kalau diatas tanah itu tedapat rumput-rumputan
maka yang datang kepada tanah itu adalah binatang ternak, seperti :
kambing, sapi, kerbau, yaitu pemakan rumput. Begitulah keadaan manusia
ini kalau tidak diperjuangkan, dia sifatnya akan seperti binatang
ternak. Apa sifat binatang ternak ? sifat binatang ternak itu “Egois”
dan dzikirnya “Makan”. Hanya memikirkan makan saja, sehari-hari hanya
memikirkan makan saja. Dan ketika makan itu dia tidak akan memikirkan
nasib teman-temannya., tetangganya, kerabatnya, yang penting dia kenyang
sendiri. Ketika makan dia tidak punya ethic atau adab, ini rumput dia
atau rumput temannya sama saja. Apa yang dia suka itu yang di makan,
walaupun rumput itu ada didepan temannya. Kalau temannya kelaparan dia
tidak ada niat untuk memberi atau mengasih kepada yang kelaparan itu.
Dia tetap saja akan makan sendiri. Kalau ada temennya sakit tidak ada
usaha untuk menengok atau mengusakan kesembuhan untuk temannya. Kalau
sama-sama diperjalanan, kawannya membawa beban yang berat, sehingga
kawannya terjatuh tidak kuat berjalan, dia tidak akan berhenti dan
menolong temannya yang terjatuh atau memindahkan beban barang untuk
ditanggung sebagian. Dia akan tinggalkan kawannya dan terus berjalan
tidak peduli dan tidak acuh pada penderitaan temannya. Walaupun kawannya
jatuh dan mati dia tidak akan ambil peduli. Itulah sifat daripada
binatang ternak. Begitulah kata ulama jika manusia ini tidak
diperjuangkan, maka akhlaq atau sifatnya akan menurun menjadi seperti
binatang ternak. Dia hanya akan mementingkan diri sendirinya saja, tidak
peduli kepada yang lain, yang penting dia kenyang sendiri dan senang
sendiri, yang lain susah tidak perlu dipikirkan. Tidak ada program untuk
menolong atau membantu teman atau tetangga yang kesusahan, hanya
mementingkan diri sendiri saja. Orang lain mederita atau sakit tidak ada
usaha untuk menengok, menghibur, atau menyembuhkannya. Orang lain
bebannya berat tidak peduli atau tidak mau menolong membantu meringankan
daripada kesusahannya. Kalau kita lihat manusia-manusia yang seperti
ini sudah wujud atau sudah ada di dunia ini. Dan sudah banyak yang
akhlaqnya seperti ini.
Kalau tidak diperjuangkan lagi, tidak digarap, maka padang rumput itu
akan berubah menjadi semak belukar, menjadi padang alang-alang. Dan
ketika sudah berubah menjadi padang ilalang maka yang akan datang adalah
bukan lagi binatang ternak, tetapi binatang buas seperti singa,
harimau, srigala. Binatang buas seperti itu suka pada padang ilalang.
Dan sifat-sifat binatang buas ini lebih buruk daripada sifat binatang
ternak. Kalau binatang ternak tadi sifatnya egois, mementingkan diri
sendiri, tetapi dia tidak merusak kepada yang lain. Kalau binatang buas
ini untuk kepentingan dirinya, untuk mengenyangkan dirinya, dia
binasakan hewan yang lain. Singa ini menerkam kuda, kambing, kerbau,
rusa, menerkam binatang-binatang yang lain, untuk memenuhi daripada
kebutuhannya. Maka begitu juga jika diri manusia ini jika tidak
diperjuangkan maka dia akan merosot akhlaqnya seperti akhlaq binatang
buas. Untuk kepentingan dirinya dia hancurkan yang lain, dan dia
binasakan yang lain. Yang semacam ini sudah kita lihat banyak pada diri
manusia saat ini. Bentuknya manusia tetapi sifatnya seperti binatang
buas. Pekerjaannya membinasakan, menghancurkan, menyusahkan kehidupan
daripada yang lainnya, untuk kepentingan dari pada dirinya.
Jika tanah itu tidak digarap lagi maka yang tumbuh berikutnya setelah padang ilalang akan tumbuh pohon-pohon yang tinggi-tinggi. Kalau pohon yang tinggi-tinggi sudah tumbuh, maka akan masuk ke hutan yang semacam itu binatang-binatang jenis perusak. Seperti monyet, babi, yang sukanya ditempat yang semacam itu. Binatang ini adalah sifatnnya lebih buruk daripada binatang buas. Kalau binatang buas itu seperti singa kalau udah kenyang makannya, maka dia tidak akan mengganggu yang lain. Walaupun kerbau lewat di hadapannya, ada disampingnya, dia tidak akan terkam, kalau sudah kenyang dia cukup. Begitu juga jenis buaya, kalau lapar datang ke kubangan tempat kerbau minum air, maka dia akan terkam kerbau yang ada disitu, lalu dimakan ramai-ramai. Kalau buaya ini sudah kenyang maka walaupun kerbau itu mandi sama-sama dengan buaya tidak akan di terkam, dan tidak diganggu. Tetapi kalau binatang perusak semacam monyet dan semacam babi tidak seperti itu. Kalau monyet atau babi ini datang ke kebon orang, mungkin yang dimakan tidak banyak, tetapi satu kebun diacak-acak oleh dia walaupun tidak dimakan. Itulah sifat binatang perusak. Maka para petani banyak dijengkelkannya dan dirugikannya. Kalau hanya sekedar untuk makan si monyet dan si babi, bagi petani tidak jadi masalah, tetapi masalahnya walaupun sudah cukup makan tetapi yang lain dirusaknya semua. Hari ini manusiapun sudah banyak yang bersifat seperti itu. Tidak cukup dengan mengenyangkan isi perutnya saja, tetapi baru puas ketika melihat orang lain susah, melihat orang lain sengsara. Jika kita tidak berjuang atas manusia maka akan timbul manusia yang seperti ini.
Kalau tanah dibiarkan lagi tidak digarap, maka hutan ini akan menjadi
hutan belantara, tumbuh pohon-pohon besar yang rindang-rindang sehingga
menyebabkan hutan menjadi lembab dan sinar matahari tidak dapat masuk.
Maka di tempat-tempat seperti ini akan hidup binatang-binatang berbisa
seperti ular, kalajengking, dan sebagainya. Sifat binatang ini lebih
buruk daripada sifat binatang lainnya tadi. Seperti ular jika dia
mematuk binatang yang lain bukan untuk dimakan tetapi hanya untuk
kebanggaan saja. Jika ular itu mematuk kerbau, maka tidak untuk dimakan
kerbau itu, tetapi si ular bangga bisa membunuh kerbau yang besar dengan
bisanya itu. Kerbau tersebut ditinggalkan begitu saja dan tidak dimakan
oleh si ular. Hanya untuk kebanggaan, hanya untuk kesenangan, hanya
untuk kepuasan hati, dibinasakannya binatang-binatang yang lain oleh
ular. Begitu juga jika manusia tidak diperjuangkan akan sampai ke tahap
itu. Manusia macam ini hanya untuk iseng saja demi kesenangan dia
semata, mampu membinasakan, merugikan, dan menghancurkan daripada yang
lain. Dan orang-orang yang semacam inipun sudah banyak di dunia ini.
Inilah yang terjadi jika kita meninggalkan usaha atas diri manusia ini.
Salah seorang professor di bandung mengkritik tentang pola kehidupan
orang-orang di jakarta. Dia katakan bahwa di jakarta ini masyarakatnya
berlapis-lapis, bertingkat-tingkat. Tetapi pada umumnya kata dia
semuanya hanya fikir makan saja di semua lapisan. Lapisan lapisan itu
adalah :
- Lapisan Bawah ( Penghasilan kurang : kuli, tukang becak, pegemis ) : “Besok saya bisa makan atau tidak ? saat itu dapat makan, saat itu dihabisin makanannya, tergantung penghasilannya hari itu.
- Lapisan Menengah ( Penghasilan cukup ) : “Besok makan apa kita ?”mungkin karena sudah bosan tidak mau memakan makanan yang sama, harus beda tiap harinya. Hari ini makan sayur asam, besok dia fikir bagaimana mendapatkan sop. Jadi ada makanannya hanya jenisnya yang lain.
- Lapisan Atas ( Penghasilan orang yang Kaya ) :”Besok akan makan dimana kita ?” sudah bosan di restoran ini dia akan cari restoran yang lain, tidak bisa makan di restoran yang sama tiap harinya.
- Lapisan Akhir ( Penghasilan dari Kedzoliman ) : “Besok siapa lagi yang bisa gua makan ?” Dia fikir makan tetapi dari mendzolimi orang lain. Tiap hari yang dipikirin bagaimana makan orang ? artinya bagaimana dia dapat memeras orang atau dapat menggencet orang ? otaknya otak kriminal, maunya menyusahkan orang lain, bahkan orang macam ini jangankan teman, keluarganyapun dia makan.
Ali Karamallah Wajhahu berkata kalau manusia itu fikirnya hanya
memikirkan apa yang akan masuk kedalam perutnya maka derajatnya disisi
Allah sama dengan apa yang telah dikeluarkan dari perutnya. Beginilah
hasilnya jika manusia tidak diperjuangkan yaitu mereka akan menjadi
rendah dan hina. Derajatnya di sisi Allah seperti apa yang dikeluarkan
perutnya yaitu kotoran, tidak ada nilai, rendah, bahkan tidak pantas
untuk dilihat atau dipandangi. Hari ini banyak orang-orang yang
menganggap bahwa kehidupan orang-orang kafir itu tinggi, padahal kalau
diperhatikan kehidupan mereka tidaklah tinggi seperti yang mereka
perkirakan. Sifat daripada orang kafir yang tidak beriman ini, kehidupan
daripada keduniaannya itu tinggi-tinggi, tetapi fikirnya daripada orang
kafir itu rendah. Jadi orang kafir ini keduniaannya tinggi, namun
fikirnya rendah. Orang kafir ini pola kehidupan yang ideal bagi mereka
adalah rumah yang bagus, pakaian yang indah, mobil yang mewah, makanan
yang enak, tetapi fikirnya rendah yaitu fikir kebendaan saja. Namun
orang beriman ini kehidupan daripada keduniaannya rendah-rendah, tetapi
fikirnya tinggi. Orang beriman ini pola kehidupannya sangat sederhana
dari makanan, pakaian, transportasi, rumahnya, tetapi fikirnya tinggi.
Bagaimana fikirnya orang beriman ? yaitu bagaimana dirinya dan seluruh
manusia dapat selamat dari adzab Allah di dunia dan di akherat. Itulah
fikir dan sifat atau pola hidup daripada orang beriman.
Kejadian-kejadian yang ada di dunia ini yang disebabkan oleh manusia
yang telah menjadi rendah akhlaq dan prilakunya adalah tanggung jawab
kita semua, selaku umat Rasullullah SAW. Karena kita telah tinggalkan
daripada usaha atas manusia maka hal-hal yang semacam : saling bunuh
membunuh, saling memerangi, saling merampok, telah terjadi pada manusia
saat ini. Sehingga susah mendatangkan kedamaian dan keamanan yang
hakiki. Ini karena kita telah tinggalkan usaha kenabian ini. Kalau usaha
kenabian ini dihidupkan lagi maka manusia akan naik derajatnya disisi
Allah. Seperti ketika sebelum diutusnya Rasullullah SAW, kehidupan di
Hijaj sangat rendah sekali, sudah seperti kehidupan hewan saja. Bunuh
membunuh, terkam menerkam, satu sama lain sudah menjadi biasa. Bahkan
sifat dan kelakuan mereka sudah lebih rendah daripada binatang ternak,
lebih rendah daripada binatang buas, lebih rendah daripada binatang
perusak, bahkan lebih rendah daripada binatang berbisa. Itulah kehidupan
jahilliayah di mekah sebelum kedatangan Nabi SAW. Kata Ulama untuk
berjudi saja, dipertaruhkan nyawa manusia., mereka bertaruh main
tebak-tebakan mengenai isi kandungan dari wanita hamil yang baru saja
lewat didepan mereka, “Apakah janin yang ada dalam perut wanita hamil
itu adalah laki-laki atau perempuan ?” Untuk membuktikan ini, si
perempuan itu dibelah perutnya, dibunuh hanya untuk iseng saja,
dijadikan medan perjudian. Kehidupan manusia hanya dijadikan sebagai
bahan permainan. Biasa saja bagi mereka membinasakan, dan mensengsarakan
daripada kehidupan orang lain. Begitu buruknya kehidupan manusia saat
itu.
Sehingga Allah utus Rasullullah SAW untuk membuat usaha atas mereka
yang kehidupannya sudah begitu rendah. Diusahakan secara terus menerus
oleh Nabi SAW, maka kehidupan mereka meningkat, yang jasadnya manusia
tetapi sifatnya adalah sifat malaikat. Apa itu sifat malaikat ? yaitu
taat pada Allah SWT, hanya menjalankan perintah Allah saja, kerjanya
ibadah saja kepada Allah. Ini karena malaikat itu tidak punya nafsu,
mereka tidak makan, tidak minum, tidak tidur, tidak punya istri,
kerjanya hanya ibadah saja kepada Allah. Manusia ini kalau diperjuangkan
bukan dia berarti dia berubah menjadi malaikat tetapi maksudnya dia
akan memiliki sifat malaikat, yaitu sifat taat kepada Allah SWT. Jadi
Malaikat ini diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah Ta’ala saja,
taat saja tidak bisa yang lainnya. Dan untuk ini pula manusia diciptakan
oleh Allah Ta’ala, dalam Mahfum Firman Allah :
“Tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia melainkan untuk beribadah (menngabdi) kepadaKu.”
Ini akan terjadi jika manusia ini diusahakan dengan usaha atau kerja
kenabian. Rasullullah SAW telah berhasil merubah mereka dari mempunyai
sifat kehewanan yang wujud dalam diri mereka meningkat menjadi memiliki
sifat malaikat. Sehingga sahabat-sahabat RA menjadi terasa nikmat dalam
beribadah kepada Allah Ta’ala. Walaupun jasadnya jasad manusia tetapi
sifatnya seperti malaikat. Banyak diantara sahabat RA yang mengorbankan
sifat hewannya. Mereka banyak mengurangi makannya dan mengurangi
tidurnya demi memperbanyak beribadah kepada Allah Ta’ala. Banyak
diantara mereka sedikit saja tidurnya diwaktu malam karena mereka
menggunakan waktu malamnya hanya untuk beribadah kepada Allah Ta’ala.
Bahkan ada diantara mereka yang semalam suntuk tidak tidur hanya untuk
beribadah kepada Allah Ta’ala. Itu dapat terjadi setelah diusahakan oleh
Nabi SAW dengan usaha kenabian maka telah terjadi perubahan dalam diri
mereka. Walaupun jasadnya jasad manusia tetapi sifatnya seperti sifat
malaikat.
Nabi SAW terus lagi dan lagi mengusahakan manusia ini agar meningkat
derjatnya. Sehingga naik lagi derajatnya yang tadinya hanya memiliki
daripada sifat malaikat yaitu hanya sifat taat saja, menjadi memiliki
sifat khilafah, kekhalifahan. Untuk ini pula Allah ciptakan manusia
dimuka bumi yaitu sebagai Khalifah Allah di muka bumi ini. Sebagaimana
Allah ceritakan dalam Al Qur’an, Allah berfirman mahfum :
“Waktu Allah berkata kepada para malaikat-malaikatnya : Aku akan ciptakan dimuka bumi khalifah yaitu manusia “
Maksud diciptakan manusia ini yaitu sebagai Khalifatullah, Khalifah
atau Wakil Allah, di muka bumi. Dan maksud dijadikan sebagai
Khalifatullah ini bukan ditafsirkan sebagaimana kebanyakan orang yang
menyangka menjadi penguasa. Tetapi maksud dari menjadi khalifatullah ini
adalah mewakili sifat-sifat Allah dimuka bumi. Kalau dengan ibadah ini
mewakili sifat malaikat tetapi dengan menjadi khalifah ini mewakili
sifat Khaliq atau sifat Allah SWT, daripada sifat JamalNya. Allah SWT
mempunyai 99 sifat atau nama. Dari sifat-sifat atau nama-nama ini
terbagi menjadi 2 bagian yaitu ada Sifat JamalNya Allah dan ada Sifat
JalalNya Allah. Yand dikehendaki oleh Allah dari diri manusia ini adalah
mewakili daripada sifat JamalNya Allah Ta’ala, bukan Sifat JalalNYa
Allah Ta’ala. Ini karena sifat JalalNya Allah Ta’ala adalah sifat
kebesaranNNya Allah Ta’ala yaitu sifat sombong dan takabur, ini hanya
boleh dimiliki oleh Allah Ta’ala saja, tidak boleh ditiru oleh manusia
atau mahluk lainnya. Seperti sifat memaksa, Al Kohar, sifat tinggi /
mulia, Al Muttakabbir, ini sifat JalalNya Allah Ta’ala. Tetapi yang
Allah perintahkan kepada kita adalah meniru, mewakili, daripada
sifat-sifat JamalNya Allah Ta’ala, yaitu sifat Rahman dan RahimNya Allah
Ta’ala. Seperti sifat pengasih dan penyayangNya Allah Ta’ala, lemah
lembut, pemaaf, penolong, penjaga, pemberi, sifat ini yang harus kita
tiru. Maksud dijadikannya kita sebagai khalifah adalah agar kita bisa
mewakili sifat-sifat Allah ini dimuka bumi. Allah itu pemberi, maka
sebagai wakil Allah kitapun harus mempunyai sifat pemberi juga. Allah
itu penyayang, maka kita juga harus mempunyai sifat penyayang. Allah itu
penjaga maka kitapun juga harus mempunyai sifat menjaga bukannya
merusak. Allah itu mempunyai sifat penolong maka kitapun juga harus suka
menolong yang lainnya. Allah itu pemaaf, maka kitapun juga harus bisa
menjadi pemaaf. Allah itu mempunyai sifat menutupi kesalahan orang, maka
kitapun juga harus bisa menutupi kesalahan orang. Sifat-sifat inilah
yang dikehendaki oleh Allah, yang harus dimiliki oleh manusia. Namun ini
akan terjadi kalau ada yang melanjutkan usaha kenabian atas manusia.
Setelah Nabi SAW buat kerja secara terus menerus, menjalankan usaha
kenabian ini, maka nampaklah perubahan dalam diri manusia. Sehingga
manusia-manusia yang jahil tadi berubah, dari yang tadinya mempunyai
sifat membinasakan orang lain menjadi mempunyai sifat suka menyelamatkan
orang lain. Sahabat-sahabat Itu, mereka mempunyai sifat yang tinggi,
mereka rela menyusahkan dirinya untuk kepentingan daripada menyelamatkan
dan menyenangkan orang lain. Banyak diceritakan dan ditulis dalam
kitab-kitab Agama kisah-kisah tentang perbuatan dan akhlaq sahabat yang
mulia. Bahkan Allah telah memuji sifat-sifat mereka di dalam Al Qur’an.
Keadaan ini dapat terjadi setelah Nabi SAW berjuang atas perbaikan dalam
diri mereka. Menurut ulama, dengan sifat ibadah ini adalah menarik apa
yang kita inginkan daripada Khazanah Allah. Menarik apa yang ingini
daripada Khazanah Allah itu adalah yang namanya ibadah. Melalui sholat,
puasa, doa, mohon kepada Allah apa yang kita inginkan daripada khazanah
Allah itulah yang dinamakan ibadah. Adapun dengan akhlaq, yaitu dengan
sifat kekhalifahan, kita memberi kepada yang lain. Jadi menurut ulama :
1. Meminta kepada Allah itu :
- Namanya Ibadah ( Mewakili Sifat Malaikat ) : Sholat, Puasa, Do’a
2. Memberi kepada mahluk :
- Namanya Akhlaq ( Mewakili Sifat Kekhalifahan ) : Sedekah, Khidmat, Maaf
Jadi diciptakannya manusia ini untuk Ibadah yaitu mengabdi dan taat
hanya kepada Allah. Dan diciptakan manusia juga untuk Kekhalifahan yaitu
untuk akhlaq atau mewakili sifat-sifat JamalNya Allah. Allah itu senang
kalau kita minta dan terus kita memohon kepadaNya. Sedangkan mahluk itu
akan senang kalau kita beri, kalau kita bantu, kalau kita tolong, kalau
kita maafkan, kalau kita sayangi. Kalau kita sudah memiliki sifat itu
maka kita akan disenangi oleh Allah dan disenangi oleh mahluk lain.
Note Penulis :
1. Asbab Kemuliaan adalah Meminta pada Allah dan Memberi pada Manusia
2. Asbab Kehinaan adalah Lari dari Allah dan Meminta pada Manusia
Asbab kemuliaan itu adalah jika Allah memberi kita kekuatan untuk
berdo’a dan selalu dalam keadaan bergantung dan meminta kepada Allah.
Sedangkan asbab kehancuran adalah jika Allah telah cabut dari kita
keinginan dan kekuatan untuk berdo’a kepada Allah. Ini karena do’a
adalah senjatanya orang beriman, jika senjata kita telah Allah ambil
bagaimana kita bisa selamat dari dunia ini. Jika kita suka memberi
kepada manusia maka manusia akan cinta kepada kita. Jika kita suka
meminta kepada manusia maka mereka akan membeci kita. Meminta kepada
manusia atau kepada mahluk adalah asbab kehinaan. Meminta kepada manusia
akan mendatangkan kekecewaan, sedangkan meminta kepada Allah akan
mendatangkan harapan dan dijamin tidak akan mengecewakan. Allah tidak
pernah mengecewakan mahluknya, tetapi kitalah yang selalu mengecewakan
Allah.
Tetapi kata ulama bahwa tidak mungkin manusia ini mempunyai
sifat akhlaq yang sebetulnya, sebelum dia bisa menarik apa yang ada
dari khazanah Allah Ta’ala. Jadi kalau ibadahanya belum betul dengan
kata lain tidak bisa menarik daripada apa yang ada dalam khazanah Allah
Ta’ala, maka tidak mungkin dia bisa memiliki daripada akhlaq yang
hakiki. Kalau kita lihat sekarang, ada juga akhlaq, tetapi bukan seperti
akhlaq para nabi dan sahabat. Dalam usaha bisnis ada juga akhlaq,
seperti ketika kita naik kapal terbang, pramugari melayani kita, memberi
makan, memberi minum, nanya kepada kita,” Mau perlu apa lagi ?” inilah
kebailkan dan akhlaq yang ditunjukkan pramugari. Tetapi kata Maulana
Umar Rah.A, begitu penumpang turun dari pesawat, kita yang tadi
dilayani, begitu melihat kita tidak akan dipedulikan oleh si prmugari.
Hanya ketika bertugas saja, walaupun tidak diminta dia akan melayani
kita. Begitu juga perusahaan jasa atau perdagangan, ketika sedang
kedatangan tamunya untuk membeli barang perusahaan tersebut. Maka semua
pegawainya akan melayani dan berusaha menyenangkan tamu tersebut. Di
Iqrom oleh perusahaan tersebut, diberi hadiah, diundang makan,
disediakan kendaraan, tetapi ini hanya karena ada maksud yaitu ingin
mengambil keuntungan daripada tamu perusahaan tersebut. Ini bukanlah
akhlaq, tetapi yang namanya akhlaq itu adalah berusaha berbuat kebaikan
kepada orang lain hanya demi mendapatkan RidhoNya Allah Ta’ala. Kata
para ulama Iqrom yang sebenarnya adalah kita berbuat baik kepada orang
lain bukan untuk dengan tujuan untuk menyenangkan orang itu, tetapi
tujuannya tetap untuk menyenangkan Allah Ta’ala. Niat hanya untuk
mencari Ridho Allah, mencari daripada kesenangan Allah Ta’ala, inilah
orang yang mempunyai sifat Khilafah, sifat Akhlaq.
Namun untuk bisa meningkatkan derajat disisi Allah menjadi lebih
tinggi lagi diperlukan ketahanan dan kesabaran, karena akan datang
banyak cobaan-cobaan daripada Allah Ta’ala. Maksud daripada ujian ini
adalah bukannya untuk menyusahkan kita tetapi untuk menaikkan derajat
kita. Sebagaimana dikantor kalau ingin menaikkan jabatan seseorang
diberikan ujian tujuannya bukan untuk menyusahkan tetapi untuk menaikkan
derajat atau pangkat dia. Diberikan ujian kepadanya, kalau dia lulus
baru dinaikkan derajatnya atau statusnya. Jadi tujuan daripada ujian
tersebut bukan maksudnya untuk menyusahkan. Begitu juga jika datang
kepada kita kesusahan-kesusahan dan kesulitan-kesulitan, maksud Allah
bukan untuk menyusahkan kita tetapi Allah ingin mengangkat atau
menaikkan derajat atau maqom kita. Kepada orang-orang yang menjalankan
usaha agama ini akan datang berbagai macam ujian dan berbagai macam
kesusahan kepada kita. Tetapi maksud utamanya adalah bukan untuk
menyusahkan kita, melainkan untuk menaikkan derajat kita. Dengan
kesusahan dan kesulitan, Allah inginkan kita menjadi orang yang sabar
dan tahammul, bukan orang yang mudah putus asa.
Note dari penulis :
Dengan kesulitan dan kesusahan, seseorang dapat menjadi manusia
yang lebih baik asal dia punya kesabaran. Namun jika dia menyerah,
berputus asa dari rahmat Allah, ketika diberi ujian atau cobaan maka dia
akan kehilangan segalanya. Ini disebabkan ketika dia menyerah maka
berhentilah apa yang diusahakannya, tidak ada usaha, yang ada hanya
kemunduran atau kehancuran. Seperti seorang ilmuwan yang sedang berusaha
menemukan alat atau mesin. Ketika dia gagal dan putus asa, maka seluruh
usaha yang dia curahkan selama ini akan sia-sia saja dan mesin itu akan
hancur jika tidak diusahakan. Namun jika dia sabar dan tahan uji, maka
dia akan berfikir terus untuk memperbaiki keadaan, memperbaiki
kesalahannya, dan terus berusaha atas penemuan mesinnya itu, hingga
sukses. Inilah yang namanya peningkatan kualitas, yaitu ketika seseorang
belajar dari pengalaman untuk menjadi yang lebih baik. Dengan kesusahan
dan kesulitan, manusia ini akan berfikir dan akan meningkatkan
kemampuannya menjadi manusia yang lebih baik agar dia tidak melakukan
kesalahan yang sama. Tetapi jika manusia ini senang melulu dia akan
lalai, lengah, tidak waspada, dan tidak akan mampu untuk berpikir karena
tidak pernah susah. Jadi kesulitan dan kesusahan ini dengan kesabaran
dapat meningkatkan qualitas dan mutu daripada manusia itu sendiri.
Kesabaran menghadapi kesulitan dan kesusahan karena agama Allah inilah
yang dinamakan Pengalaman Iman. Inilah maksudnya yang dikatakan dalam
suatu riwayat bahwa Allah menyukai orang beriman yang kuat bukan yang
lemah. Dia kuat dalam arti sabar dan tahan uji, bukan orang beriman yang
lemah dan mudah putus asa dari rahmat Allah.
Sabar ini adalah salah satu daripada sifat Allah, As
Shabur. Jadi Allahpun menghendaki kita agar mempunyai sifat sabar,
sehingga datanglah kepada kita bermacam-macam ujian. Allah ingin melihat
kalau kita tetap istiqomah dalam taat kepada Allah. Jika orang itu
mampu istiqomah taat kepada Allah dalam keadaan apapun baru orang itu
dapat dikatakan sabar. Yang dikatakan sabar itu bukanlah orang yang
tenang tidak dalam keadaan tidak ada apa-apa, maksudnya tidak ada
kesulitan dan ujian atas nafsu. Seorang suami berkelakar, “Istri saya
ini sabar sekali, kalau bulan muda, tetapi kalau sudah bulan tua sudah
tidak sabar lagi. “ Istri ini kalau bulan muda masih ada gaji atau uang
yang cukup untuk keperluan dan kebutuhan, dia bisa tenang saja menunggu,
tetapi ini bukanlah yang namanya sabar. Sabar itu bila ada kesusahan
tidak berubah taatnya kepada Allah, tidak berubah daripada sifatnya,
tetap mampu menjaga daripada sifat-sifat yang baik.
Note dari penulis :
Ulama dari generasi Tabi’in, Hasan Basri Rah.A, berkata bahwa
tidak ada kemuliaan yang lebih besar yang Allah berikan kepada
seseorang, melebihi sifat sabar. Namun pertanyaannya bagaimana
mendapatkan sifat sabar ini ? Sifat-sifat tinggi atau yang mulia ini
akan datang melalui keadaan yang bertentangan dengan nafsu atau dalam
keadaan yang mujahaddah. Bagaimana kita mengetahui diri kita Sabar
sebelum kita bertemu dengan orang pemarah ? Bagaimana kita bisa dapat
sifat Tawakkal kepada Allah sebelum kita mendapatkan keadaan dimana kita
tidak bisa lari kepada siapapun selain kepada Allah ? Begitu juga
sifat-sifat mulia yang lain ini akan datang atau wujud dalam diri kita
melalui cobaan-cobaan dalam keadaan-keadaan yang bertentangan dengan
nafsu kita atau mujahaddah atas nafsu.
Jadi datangnya kesusahan-kesusahan kepada kita bukanlah maksudnya
untuk menyusahkan kita, tetapi untuk menaikkan derajat kita supaya sifat
kita menjadi sifat khalifah dan tetap menjaga ketaatan kepada Allah
Ta’ala. Kadang-kadang Allah datangkan keadaan kepada kita dimana ada
orang datang menyalahkan, menuduh, dan memarahi kita, padahal kita tidak
berbuat salah, bahkan telah berbuat kebaikan kepada orang yang marah
tersebut. Inipun jangan lantas kita salahkan orang itu, tetapi yang
harus kita ingat adalah apa maksud Allah dibalik keadaan yang telah
Allah berikan ini kepada saya. Apa maksud Allah merubah sikap orang itu
berbuat buruk kepada kita ? inilah yang justru harus kita fikirkan,
karena kita harus cari tahu apa kehendak-kehendak Allah atas diri kita
saat itu. Kata ulama kalau ada orang berbuat salah kepada kita, maksud
Allah bukan untuk menyusahkan kita tetapi ingin datangkan kepada kita
sifat Pemaaf. Ini karena sifat pemaaf ini adalah datang daripada
sifatNya Allah. Ini sifat tidak akan datang kepada kita jika tidak ada
orang berbuat salah kepada kita. Kalau orang selalu berbuat baik kepada
kita, tidak pernah berbuat salah kepada kita, maka tidak akan datang
atau tidak akan ada sifat pemaaf pada kita. Sifat Pemaaf ini adalah
salah satu sifat yang disukai Allah Ta’ala. Demikianlah juga para Nabi,
walaupun mereka-mereka ini adalah orang-orang yang tidak berbuat salah,
tetapi kaumnya berbuat berbagai macam keburukan dan kedzoliman kepada
para Nabi mereka. Namun para Nabi ini memiliki sifat pemaaf, memaafkan
daripada kesalahan kaumnya, bukan meminta dihancurkan. Bahkan para Nabi
ini memohon kepada Allah agar sikap-sikap mereka itu dimaafkan, walaupun
mereka telah dizolimi oleh kaumnya. Begitu juga kalau kita jalankan
usaha dakwah ini, usaha kenabian ini, orang-orang akan salah sangka.
Disangkanya oleh mereka bahwa usaha kenabian ini atau usaha dakwah ini,
dan orang-orang yang terlibat dalam kerja nabi ini akan membawa mereka
kepada kehinaan dan kehancuran. Macam-macam sangkaan yang akan kita
hadapi, tetapi kita harus sabar, bahkan kita harus maafkan
kesalahan-kesalahan mereka terhadap kita. Sebetulnya kata para ulama
kita harus berterima kasih kepada orang yang menyusahkan kita, kepada
orang yang berbuat salah kepada kita, kepada orang yang bermasalah
dengan kita, sebab mereka itu akan menaikkan derajat kita.
Seorang Arab bertanya kepada Ulama yang memberikan ceramah di mekkah,
buat apa mereka itu dijadikan orang-orang yang menentang kepada agama
seperti Firaun, Qorun, Hamman, Namrud, dan lain-lain. Kata dia lebih
baik orang yang macam itu tidak usah diciptakan oleh Allah, suapaya para
Nabi ini lancar, dan usaha agama ini lancar. Buat apa diciptakan orang
macam mereka itu. Lalu ulama ini menjawab dengan bijak, “Wahai saudara,
adakah saudara mengetahui telur ayam ?” lalu jawab si arab tersebut,
“Ya, saya mengetahui telur ayam.” Lalu si ulama ini bertanya lagi,
“Kalau telur ayam itu dipecah terdiri daripada apa ?” si Ulama
melanjutkan bahwa telur ayam itu terdiri daripada kulit telur, putih
telur, dan kuning telur. Kalau telur ayam itu menetas yang menjadi anak
ayam itu adalah dari kuning telur dan putih telur. Kulit telor tidak
akan menjadi anak ayam. Kalau telor tadi dimakan, digoreng maksudnya,
itupun yang dimakan oleh manusia itu hanya kuning telur dan putih telur,
tetapi kulit telor ini tidak dimakan. Jadi Kulit telor ini tidak bisa
jadi anak ayam dan tidak bisa pula untuk dimakan. Kalau kita bertanya
kepada Allah buat apa kulit telur itu diciptakan, tidak bisa dimakan dan
tidak pula bisa jadi anak ayam. Tentu jawabannya telor tidak akan jadi
anak ayam kalau tidak ada kulitnya. Dan telor tidak akan bisa dimakan
kalau keluar daripada pantat ayam tanpa kulitnya, tidak ada yang mau
memakannya. Ini karena isi telor tadi keluar tanpa kulit telur, sehingga
menjadi najis. Jadi putih telur dan kuning telur ini akan bermanfaat
jika ada kulit telur. Begitu pula orang-orang yang berbuat salah kepada
kita, yang menguji, atau para penentang agama, ini seperti kulit telur
atas telor. Untuk menetaskan orang menjadi penyabar, menjadi pemaaf,
menjadi beriman, adalah karena adanya orang-orang yang menentang kepada
usaha agama ini. Jadi sebetulnya yang menaikkan derajat Nabi Musa AS,
sampai kepada derajat Nabi yang Ulul Azmi ( 5 Nabi yang paling Mulia ),
ini dikarenakan adanya tantangan daripada Firaun. Naiknya derajat
Rasullullah SAW sampai kepada derajat Ulul Azmi dan derajat Sayyidul
Anbiya karena penentangan daripada Abu Jahal, Abu Lahab, dan lain-lain.
Orang yang tahu akan hakekat Sabar dalam Mujahaddah ini, diceritakan
dalam sebuah kitab, seorang syekh dipukuli sampai babak belur oleh
seorang muridnya, padahal dia tidak bersalah. Tetapi Si syekh itu malah
berdo’a, “Ya Allah ampuni muridku itu dan masukkan dia kedalam surgaMu.”
Orangpun heran mengapa si syekh ini masih mau mendo’akan kebaikan untuk
orang macam itu. Lalu si Syekh ini berkata bahwa dialah yang telah
menaikkan derajatku menjadi sabar, supaya menjadi pemaaf, makanya aku
berterima kasih kepada dia dengan mendo’akannya. Orang-orang yang faham
akan hal ini, ketika mendapatkan kesulitan dalam menjalankan usaha agama
ini, merupakan suatu anugrah, karunia, suatu nikmat yang besar dari
Allah Ta’ala. Namun kita tidak boleh meminta didatangkan kesusahan
karena setiap orang pasti diuji oleh Allah dengan kesusahan dan
kesulitan. Nanti Allahlah yang menentukan waktu dan kadar daripada
cobaan tersebut.
Setelah sekian lama Nabi SAW membuat usaha yang terus menerus atas
diri sahabat agar mereka dapat meningkat lagi derajat disisi Allah. Nabi
SAW membuat kerja atas sahabat-sahabat, sehingga sahabat ini derajatnya
naik dari memiliki sifat khilafah menjadi memiliki sifat seperti para
Nabi dan Rasul AS . Para Sahabat ini bukan Nabi dan Rasul, tetapi hanya
manusia biasa seperti kita, namun sifat-sifat yang mereka miliki
menyerupai sifat-sifat para Nabi dan Rasul. Para Sahabat mampu mewarisi
sifat-sifat para Nabi dan Rasul karena mereka diperjuangkan oleh Nabi
SAW agar bisa sampai kepada sifat-sifat kenabian. Apa itu sifat para
Nabi ? sifat para Nabi itu adalah Rasa Tanggung Jawab terhadap Agama
Allah dan Manusia seluruh alam. Sifat inilah yang dinamakan Usaha Agama,
yaitu bagaimana agama dapat tersebar keseluruh alam, dan bagaimana
manusia supaya bisa mengamalkan agama. Sahabat mempunyai keyakinan para
Nabi yaitu meyakini bahwa manusia ini akan bahagia dunia dan akherat
hanya dengan jalan taat kepada Allah Ta’ala. Maka untuk dapat mengajak
manusia kepada keselamatan, kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di
akherat, diajaklah mereka oleh sahabat untuk taat kepada Allah Ta’ala.
Allah berfirman di dalam Al Qur’an Mahfum :
“Wahai manusia ucapkanlah La Illaha Illallah agar kamu mendapatkan kejayaan (kebahagiaan dan kesuksesan).”
Ayat ini meminta manusia untuk taat kepada Allah agar hidupnya bisa
sukses, bisa jaya, dan bisa bahagia dunia dan akherat. Sahabat-sahabat
RA mempunyai keyakinan seperti yakinnya Nabi SAW, bahwa manusia ini akan
bahagia apabila mereka mau taat kepada Allah Ta’ala. Sehingga para
sahabat ini siang dan malam membuat usaha agama atas manusia, mengajak
mereka, agar mereka mau taat kepada Allah Ta’ala. Para sahabat ini
mewarisi sifat kasihannya Nabi SAW, sehingga mereka sedih kalau melihat
orang-orang yang tidak mau taat kepada Allah Ta’ala. Maka mereka bekerja
atas manusia disiang hari, menyeru mereka untuk taat kepada Allah, dan
dimalam hari mereka berdo’a kepada Allah untuk memberikan hidayah kepada
setiap manusia. Begitulah sifat-sifat sahabat walaupun dia manusia
biasa tetapi karena diperjuangkan oleh Nabi SAW, sahabat mampu memiliki
sifat-sifat mulia para Nabi. Begitu juga kita juga mampu mendapatkan apa
yang didapatkan oleh para sahabat jika kita mau buat usaha. Supaya kita
ini memiliki sifat nubuwah, sifat kenabian, kita harus ikuti jejak
pengorbanan sahabat dan cara yang diajarkan oleh Nabi SAW. Dengan
mengikuti jejak sahabat dan ikuti cara Nabi SAW, kitapun mampu :
- Memiliki Sifat Malaikat : Taat kepada Allah Ta’ala
- Memiliki Sifat Khilafah : Mewakili Sifat Kholiq yaitu dengan Akhlaq
- Memiliki Sifat Kenabian : Tanggung Jawab atas Ummat dan Agama
Kita bukan Malaikat, tetapi kita mampu mewarisi daripada sifat
Malaikat. Kitapun bukan Rabb, bukan Kholiq, tetapi mampu mewarisi
daripada sifat-sifat Kholiq yaitu dengan Akhlaq. Dan kitapun bukan dari
kalangan Anbiya AS, tetapi kitapun mampu mewarisi sifat-sifat kenabian.
Kita dituntut untuk memiliki sifat-sifat ini dalam kehidupan kita. Atas
inilah Allah juluki ummat ini sebagai Ummat terbaik ( Choiru Ummat ).
Allah berfirman mahfum :
“Kamu adalah ummat terbaik yang dikeluarkan di tengah-tengah manusia untuk mengajak manusia berbuat baik dan mencegah mereka dari berbuat Mungkar”
Allah ciptakan kita, hidupkan kita, kirimkan kita ditengah-tengah
manusia dengan 3 maksud yaitu agar kita memiliki daripada sifat-sifat :
Malaikat, Khalifah, dan Nubuwah. Ketiga maksud ini didukung oleh
hadits-hadits Rasullullah SAW. Suatu ketika Rasullullah SAW ditanya oleh
seorang sahabat, “Ya Rasullullah, amal apa yang paling afdhal (paling
baik) ?” Jawab Nabi SAW, “Amal yang paling baik adalah sholat tepat pada
waktunya.” Ini adalah ibadah. Lalu sahabat bertanya lagi, “Lalu amal
apa lagi ?” Nabi SAW menjawab, “Berbuat baik pada orang tua.” Ini adalah
Akhlaq. Sahabat menjawab lagi, “Lalu amal apalagi ?” Nabi SAW menjawab,
“Jihad Fissabillillah,” yaitu berjuang untuk agama Allah, ini adalah
Dakwah Khuruj Fissabillillah. Jadi diciptakan kita ini untuk 3 maksud
yaitu :
- Ibadah : Sholat tepat pada waktunya
- Akhlaq : Berbakti kepada kedua orang tua
- Jihad Fisabillillah : Dakhwah Khuruj Fissabillillah
Demikian juga ketika Rasullullah SAW menjelang akhir wafatnya, Nabi
SAW berucap yang hampir tidak terdengar karena kecilnya suara beliau
SAW. Apa wasiat terakhir Nabi SAW ini yang hampir tidak terdengar :
- Asholah (3x) artinya Jaga sholat 3x diulangi : Ibadah
- Berbuat baiklah kepada Hamba Sahaya : Akhlaq
- Segera berangkatkan rombongan Usamah RA : Jihad Fissabillillah
Jadi karena 3 maksud inilah kita dihantarkan yaitu : Ibadah, Akhlaq,
dan untuk memperjuangkan agama Allah Ta’ala. Jadi kita musti memahami
sebagai umat yang terbaik, kita harus mempunyai bisa menjalani 3 wasiat
Nabi SAW ini. Kalau ketiga hal ini ada dalam diri kita, maka segala
urusan, kepentingan, keperluan, kesulitan, dan kebutuhan kita ini akan
Allah mudahkan bagi kita mendapatkannya. Segala keperluan, kebutuhan,
hajat, dan lain-lain akan Allah penuhi dengan mudah. Do’a kita akan
Allah kabulkan. Dan kalau ada musuh yang akan mencelakakan kita, maka
Allah akan lindungi kita, Allah akan bantu, dan Allah akan tolong kita.
Ini semua akan datang kepada kita, bahkan kita akan dimuliakan oleh
Allah, dan dinaikkan derajatnya. Ini semua sudah terbukti dan terjadi
kepada sahabat-sahabat RA.. Para sahabat RA telah mencapai kemuliaan dan
ketinggian derajat dalam kehidupan manusia. Apabila para sahabat RA ini
berhadapan dengan musuh-musuh Islam, selalu mendapatkan kemenangan
karena telah ditolong oleh Allah SWT.
Di dalam sebuah bayan di Markas Dakwah Malaysia, si Mubayin ini bilang :
“Kalau umat islam ini berhadapan dengan syetan atau dengan
kekufuran daripada orang-orang kafir, hanya dengan kekuatan seperti
mereka ( tawajjuh pada teknologi atau asbab-asbab seperti yang dimiliki
orang kafir ), umat islam tidak akan pernah menang dan selalu kalah.
Contoh : Nabi Adam itu Islam dan Siti Hawa juga Islam, tetapi ketika
berhadapan dengan iblis atau syetan, mereka kalah, sehingga di keluarkan
dari syurga dikirim ke dunia ini. Nabi Ibrahim AS, berlawanan dengan
Namrud, dia dilemparkan kedalam api, juga tidak mampu berbuat apa-apa.
Selalu hanya mengandalkan dengan kekuatan-kekuatan seperti mereka akan
datang kekalahan. Menangnya umat islam, orang-orang beriman ini, hanya
dengan pertolongan daripada Allah Ta’ala.”
Usaha yang benar atas kita untuk dapat mencapai kemuliaan
dan kemenangan adalah usaha bagaimana supaya datangnya pertolongan Allah
kepada kita. Jangan sampai kita mempunyai fikir seperti orang kafir
kalau mereka punya ini dan kita juga memiliki, maka kita akan jaya. Ini
pemikiran dan keyakinan yang keliru. Kalau caranya seperti itu, tidak
pernah ada sejarahnya umat islam mencapai kemenangan dengan cara dan
asbab-asbab yang dimiliki orang kafir, tetapi umat islam ini menang
hanya dengan pertolongan Allah. Jadi usaha kita ini adalah usaha
bagaiama pertolongan Allah datang kepada kita. Kalau kita sudah memiliki
ke 3 sifat tadi barulah pertolongan Allah akan datang kepada kita.
Bahkan kalau kita memiliki kesempurnaan ketiga sifat tadi maka Allah
akan memberikan kekuatan kepada kita yang tidak Allah berikan kepada
mahluk lainnya yaitu kekuatan “Kun Faya Kun”. Allah akan datangkan
kekuatan seperti ini kepada kita.
Hinanya umat islam di hari ini karena mereka telah tinggalkan ke 3
maksud hidup tadi yaitu untuk : Ibadah, Akhlaq, Jihad Fissabillillah.
Mereka tidak mempedulikan masalah Ibadah, masalah akhlaq, dan masalah
memperjuangkan agama. Mereka ikut berjuang seperti orang kafir. Dan
kesibukan mereka terlihat jelas sama dengan seperti kesibukan orang
kafir. Orang kafir sibuk mengurusi teknologi, orang islampun sibuk
mengurusi teknologi. Orang kafir sibuk dengan perdagangan, kitapun sibuk
dengan perdagangan. Orang kafir sibuk dengan pembangunan, kitapun sibuk
dengan pembangunan. Kesibukan umat islam hari ini sama dengan kesibukan
orang kafir. Sementara Ibadah tidak diurus oleh umat islam, akhlaq juga
tidak diurus, agama Allah juga tidak ada yang mempedulikan. Inilah yang
menyebabkan umat islam menjadi hina dimana-mana. Selama umat islam
tidak mengambil kerja atas 3 perkara ini, maka tidak akan ada kemuliaan
bagi umat islam. Hanya dengan jalan kembali pada kerja ini maka kejayaan
dan kemuliaan umat islam akan wujud seperti di jaman Nabi SAW dan para
Sahabat. Inilah seharusnya yang menjadi fikir kita :
- Bagaimana Manusia mau memperbaiki ibadah kepada Allah ?
- Bagaimana Manusia mau memperbaiki akhlaq ?
- Bagaimana Manusia mau memperjuangkan agama Allah ?
Kalau ini bisa kita kembalikan kepada ummat, baru kehidupan kita akan
dibetulkan oleh Allah SWT. Tetapi orang-orang yang tidak mendapat
hidayah, tidak melihat kepentingan daripada amal ini, seperti
seolah-olah tidak ada manfaatnya. Ini karena mereka itu hatinya gelap,
jauh daripada Nur Hidayah Allah SWT. Seolah-olah dengan meninggalkan
ibadah ini tidak akan mendatangkan musibah. Padahal musibah-musibah yang
terjadi dan yang berkepanjangan ini disebabkan karena manusia telah
meninggalkan ibadah kepada Allah SWT. Bagaimana umat islam akan
dimuliakan, sementara sebagian besar dari umat islam ini telah
meninggalkan sholat, tidak taat kepada Allah Ta’ala. Tidak bisa kita
menyelesaikan masalah hanya dengan bantuan daripada materi saja. Seperti
negara yang dilanda masalah dan berbagai macam krisis, coba-coba
menyelesaikan masalah yang ada dengan mengutang kesana kemari. Problem
yang diselesaikan dengan cara ini tidak akan habis. Mungkin bukan saja
masalah tidak akan selesai, tetapi akan menambah masalah. Walaupun di
nagara tersebut di hujani dengan emas, umat islam ini tidak akan selesai
masalah yang mereka hadapi. Ini selama umat islam ini tidak memperbaiki
daripada amalnya. Hanya dengan usaha kenabian umat islam akan terangkat
derajatnya, akan ditolong dan diselamatkan oleh Allah Ta’ala. Jadi
usaha nubuwah ini bukanlah usaha yang kecil. Inilah kita sebabnya
diminta supaya mau berkorban untuk usaha nubuwah ini. Kalau kita mau
korban terjun dan terlibat dalam usaha ini, maka yang pertama-tama Allah
akan perbaiki adalah diri kita sendiri. Sedangkan janji Allah ini
adalah pasti.
Kata ulama dalam Al Qur’an Allah berfirman mahfum :
“Barangsiapa yang berjuang di jalan kami pasti kami tunjukkan jalan kami…”
Kata ulama “Pasti” disini dalam sastra arab, maknanya yang terkandung dalam ayat tersebut mempunyai kekuatan janji Allah sebanyak 12 kali yaitu pasti ( 12 kali ) akan diberikan Allah hidayah. Tetapi kalau hanya dengan ibadah saja ini tidak pasti. Dengan sholat, dengan puasa, dan amal yang lain, ada janji Allah tetapi tidak pasti.
Misalnya ayat puasa :
“Wahai orang-orang beriman telah difardhukan kepada kamu berpuasa sebagaimana diturunkan kepada umat-umat terdahulu, agar kamu mudah-mudahan menjadi orang yang bertakwa.”
Disini diakhiri dengan kata mudah-mudahan : “La allakum”.
Semua ayat tentang sholat, puasa, melayani orang haji, atau yang naik
haji, ini semua kepastiannya adalah mudah-mudahan tingkatannya atau “La
allakum”. Tetapi kalau kita terjun dalam usaha kenabian ini maka janji
Allah kepada kita dalam usaha ini tingkat kepastiannya adalah pasti.
Oleh karena itu perlu kita terjun dalam usaha ini, nanti Allah Ta’ala
akan perbaiki segala keadaan. Nasib orang islam hanya akan berubah
melalui asbab usaha kenabian ini. Maka kita harus kerjakan usaha ini
dengan keyakinan, sebagaimana Maulana Saad, syuro dunia, berkata bahwa
kerjakan usaha ini dengan bashiroh. Maksud dari kata Bashiroh ini adalah
yaitu dengan penuh keyakinan. Keyakinan bahwa segala masalah dapat
diselesaikan melalui usaha ini. Kita dalam hidup ini akan selalu
menghadapi dan mempunyai masalah, bukan hanya yang gaji kecil itu
bermasalah, tetapi yang gaji besarpun bermasalah. Kargozari di malaysia
bahwa gaji orang Indonesia ini kecil-kecil menyebabkan masalah, ternyata
di Malaysiapun yang gajinya besar-besar juga tidak luput dari masalah.
Untuk bisa menyelesaikan masalah ini hanya dengan kerja dakwah, bukan
dengan cara naik gaji atau kebendaan lainnya. Bahkan kadang-kadang gaji
naik tetapi ternyata lebih tinggi lagi masalahnya. Jadi peningkatan
kebendaan atau materi bukanlah jalan keluar, tetapi melalui usaha
nubuwah ini, Allah janjikan pertolongan untuk kita menghadapi segala
masalah. Para Masyaikh berkata bahwa melalui kerja ini Allah akan
selesaikan daripada masalah-masalah yang ada. Lalu ada yang berkata, “
Itukan kata masyeikh, tetapi dalil qur’annya dari mana ?”
Dalilnya adalah dalam Al Qur’an Allah berfirman mahfum :
“Barangsiapa menolong agama Allah, maka Allah akan tolong dia….”
Kalau kita tidak ditolong oleh Allah, maka kita ini tidak akan bisa
menyelesaikan masalah-masalah yang ada walaupun itu hanya masalah kecil
tanpa bantuan dari Allah Ta’ala. Hanya dengan pertolongan Allah saja
kita dapat menyelesaikan masalah-masalah yang ada, mendapatkan
kemenangan, kejayaaan, dan kesuksesan dunia dan akherat. Jadi usaha kita
ini yang harus kita fikirkan adalah bagaimana pertolongan Allah dapat
datang kepada kita. Caranya adalah dengan menolong agama Allah.
Maksudnya menolong disini bukannya Allah butuh pertolongan, tetapi kita
yang menolong agama Allah.
Note dari penulis :
Maksud dari ayat tersebut menurut ulama bukannya Allah mencari
atau membutuhkan pertolongan kita. Ini namanya kesalah fahaman. Allah
ini Maha Kuasa dan kekuasaannya tanpa batas. Jika Allah sudah menjaga
atau melindungi seseorang, siapa yang mampu mencelakakannya ? begitu
pula jika Allah sudah berkehendak mencelakakan seseorang, siapa yang
mampu untuk melindungi ? Apa yang Allah mau tinggal berkehendak saja
maka terjadilah apa yang Allah kehendaki. Seluruh mahluk tidak akan
dapat menolak atau menghalangi daripada apa yang Allah kehendaki
walaupun mereka semua bersatu untuk melawan Allah. Seluruh mahluk ini
bergantung pada Allah karena segala sesuatu ini bergerak karena ada
iradah, keinginan, daripada Allah Ta’ala. Bagaimana kita mampu menolong
Allah sedangkan kita tidak mampu menolong diri sendiri walaupun itu
hanya untuk mengedipkan mata saja, inipun harus dengan pertolonngan dan
izin dari Allah Ta’ala. Manusia tidak akan bisa mengangkat atau
mengedipkan matanya tanpa pertolongan dari Allah. Jadi maksud ayat ini
adalah Allah menawarkan kita untuk menolong agamanya, ini untuk
memuliakan kita.
Hari ini kita tidak sadar, bahwa umat islam dari segi qualitas dan
quantitas kebendaan jauh lebih baik daripada yang ada di kehidupan para
sahabat. Dari segi makanan, pakaian, rumah, transportasi, semuanya umat
islam kini jauh lebih baik dibandingkan dengan apa yang dimiliki oleh
sahabat RA. Tetapi kenapa sahabat dimuliakan dan sementara kita
dihinakan ? Pertolongan Allah turun bercurah-curah dijaman sahabat,
sementara kita jauh dari pertolongan Allah. Ini karena yang rusak dari
kehidupan kita adalah kondisi agama kita saat ini. Padahal agamanya
sama, tetapi pengamalannya yang berbeda antara kita dan sahabat. Para
sahabat dari kebendaaan : pakaian, makanan, rumah, dan transportasi
tidak begitu bagus, bahkan terbelakang, tetapi agama sempurna dijalankan
dalam kehidupan mereka. Inilah yang menyebabkan mereka mulia.
Note dari penulis :
Agama wujud 100% di rumah-rumah sahabat dan dalam kehidupan
mereka sehari-hari sehingga Allah ridho pada mereka. Para sahabat diberi
gelar Radhiollahu Anhum, yaitu orang-orang yang Allah ridhoi. Jalan
inilah yang seharusnya menjadi panduan kita untuk hidup sukses di dunia
dan akherat. Ini harus jadi target bagi kita sebelum kita mati bagaimana
agama sempurna kita amalkan. Umar RA berkata kepada sahabat menjelang
beliau wafat : “Aku, Abu Bakar, dan Rasullullah SAW ini ibarat seorang
musafir. Musafir pertama dan yang kedua telah sampai pada tujuannya. Aku
khawatir jika aku tidak mengikuti jalan mereka, maka aku tidak akan
sampai di tempat yang sama dengan mereka.” Jadi jika kita ingin sampai
di tempat dan tujuan yang sama dengan para sahabat maka tidak ada jalan
lain selain mengikuti jalan yang mereka telah tempuh. Apa itu jalan Nabi
SAW dan Sahabat RA yaitu jalan pengorbanan untuk agama mengajak manusia
untuk taat kepada Allah SWT. Allah Ta’ala perintahkan mahfum di dalam
Al Qur’an kepada Nabi SAW untuk menjelaskan jalan hidupnya yaitu dalam
ayat 12 : 108 yang artinya : Katakanlah (Muhammad) : “Ini adalah jalanku
yaitu mengajak manusia (untuk taat) kepada Allah dengan bashiroh, aku
dan orang-orang yang mengikutiku…”
Hari ini umat sibuknya memperbaiki yang lain tetapi agama rusak
dibiarkan. Parahnya kita tidak sadar bahwa agama sudah rusak
ditinggalkan. Hari ini kalau rumah kita rusak, kita langsung sadar, buat
inisiatif memperbaikinya. Begitu juga kalau mobil kita rusak, pakaian
kita rusak, status kita rusak, dan kebendaan lainnya yang rusak kita
sadar, tetapi agama rusak kita tidak sadar-sadar. Perasaan sudah cukup
baik agama ini bagi kita. Inilah yang diperjuangkan umat saat ini yaitu
bagaimana kebendaan, perdagangan, pertanian, teknologi, kesehatan, dan
semua unsur keduniaan ini meningkat. Agama bagi mereka dianggap tidak
apa-apa, baik-baik saja, cukup-cukup saja, tidak ada masalah. Padahal
sudah jelas nampak kerusakannya, umat islam sebagian besar tidak sholat.
Para sahabat RA, mereka memperjuangkan agama, sehingga agama secara
sempurna wujud dalam diri mereka dan kehidupan mereka. Agama yang
sempurna ini yang wujud dalam kehidupan sahabat terdiri dari 5 cabang
yaitu Imaniat, Ibadat, Muamalat, Muasyarot, Akhlaq.
Note dari penulis :
- Imaniat : Keyakinan yang sempurna dan Tauhid yang bersih
- Ibadat : Sholat, Puasa, Zakat, Haji sempurna dijalankan
- Muamalat : Adab atau Fiqih dagang, politik, dan pemerintahan
- Muasyarot : Adab hubungan antar manusia co : guru-murid, keluarga, tetangga, atasan-karyawan
- Akhlaq : Perwakilan sifat Jamil Allah yang mulia co : Penyayang, Pengasih, Pemaaf, Penyabar
Namun hari ini umat islam kebanyakan, hanya memahami agama
dari ibadat saja. Begitu orang mau sadar dan mau tobat, belajar dulu,
diajarin sholat. Disangkanya agama itu perkara sholat dan ibadat saja.
Padahal kesempurnaan agama itu bukan hanya ibadat saja, ini hanya salah
satu dari cabang agama atau hanya 1/5 (seperlima) daripada kesempurnaan
agama. Agama itu menyangkut dengan Iman, Ibadat, Muamalat, Muasyarot,
dan Akhlaq, baru agama itu sempurna. Tetapi hari ini seolah-olah agama
itu hanya ibadat atau pengetahuan tentang ibadah saja, kecuali ulama.
Dari sekian cabang agama yang paling penting adalah sholat. Kedudukan
sholat dalam islam seperti kedudukan kepala pada badan. Ini karena
sangking pentingnya dan tingginya kedudukan sholat dalam agama.
Note dari penulis :
Manusia tanpa tangan masih bisa dibilang manusia hanya saja ada
cacatnya. Manusia tanpa mata, tanpa telinga, tanpa kaki, inipun begitu
pula, masih bisa dibilang manusia tapi ada cacatnya. Namun kalau manusia
tanpa kepala mau dibilang apa ? orang mati namanya. Manusia mati ini
tidak ada gunanya dan tidak ada nilainya, begitulah orang yang
meninggalkan sholat.
Dalam hadits dikatakan mahfum :
“Sholat itu adalah tiang agama. Barangsiapa yang menegakkan sholat berarti dia sudah menegakkan agamanya. Barangsiapa yang meninggalkan sholatnya berarti dia sudah merubuhkan agamanya.”
Walaupun sebagian besar umat islam tahu tentang kepentingan sholat
sebagai ibadat yang paling penting, tetapi sebagian besar dari umat
islam juga tidak sholat. Sudah tidak memahami agama walaupun hanya
1/5nya, tapi yang 1/5 nya juga acak-acakan pengamalannya, apalagi dengan
yang lain dari Muamalatnya, Muasyarotnya, Akhlaqnya. Dulu dijaman para
sahabat, orang islam dimata orang kafir itu adalah mulia dan tinggi. Ini
karena kelima cabang agama ini ada dalam kehidupan sahabat. Hari ini
umat islam dimata orang kafir menjadi hina, mengapa ? padahal :
1. Imaniat : Tidak dilihat orang kafir karena ini didalam hati manusia, tidak nampak.
2. Ibadat :
- Sholat tidak dilihat karena merekapun sembahyang
- Puasa juga tidak nampak karena bisa menahan lapar dan haus
- Zakat juga tidak dilihat karena hanya dibagikan kepada orang-orang islam
- Haji hanya ditanah haram khusus orang islam dan orang kafir tidak lihat.
Ini karena yang nampak mereka lihat adalah cabang Muamalatnya,
Muasyarotnya, dan Akhlaqnya. Sedangkan hari ini ketiga cabang ini sudah
hancur-hancuran dalam kehidupan umat islam, jauh dari yang telah
dicontohkan olah Nabi SAW dan yang diamalkan oleh para sahabat RA.
Muamalat, Muasyarot, dan Akhlaq umat islam sudah rusak, bahkan mereka
bisa lebih jahat dari pada orang kafir. Ini karena tidak ada yang
mengusahakan atas diri mereka, tidak ada dakwah. Ada kargozari, laporan
kerja, rombongan jemaah ke belanda. Ketika itu dalam setiap program
selalu ada kunjungan ke setiap penjara disana. Walaupun umat islam di
penjara ini minoritas, tetapi di setiap penjara di belanda ini isinya
75% adalah orang islam. Ini karena telah buruknya muamalat, muasyarot,
akhlaq dari pada orang islam. Di Bali yang mayoritas hindu dan
minoritasnya umat islam, tetapi kalau kita datang ke penjara di bali
sebagian besar penghuninya adalah orang islam. Itulah fakta keadaan umat
islam hari ini asbab tidak ada yang mengusahakan atas diri mereka. Kita
hari sibuk saja memikirkan keduniaan kita dan kebendaan kita daripada
memikirkan keadaan umat islam. Sehingga umat islam saat ini telah
mengalami degradasi kehidupan dibanding jaman sahabat RA menjadi hina
dan rendah seperti hewan, bahkan ada yang lebih jahat daripada hewan.
Atas perkara ini Allah himbau kita supaya mau korban ambil bagian dalam
usaha kenabian ini.
Kalau kita mau mengambil usaha ini, maka pertama-tama yang Allah akan
perbaiki adalah diri kita. Untuk kepentingan-kepentingan yang lain
janganlah kita khawatir, nanti Allah akan berikan kemudahan-kemudahan
kepada kita jika kita mau terjun dalam udaha nubuwah ini. Semua
kebutuhan yang kita khawatiri dari makan-minum, pakaian, transportas,
rumah, tidak akan menjadi persoalan bagi kita, karena ini adalah masalah
kecil disisi Allah. Masalah pemberian rizki dari makan, minum, udara,
sinar matahari, dan yang lain ini adalah hak Allah kepada kita. Justru
yang harus kita tunaikan adalah hak kita kepada Allah : Ibadat, Akhlaq,
dan memperjuangkan agama. Namun keadaannya hari ini sudah terbalik, hak
Allah tidak kita tunaikan, tetapi berharap Hak kita ditunaikan Allah.
Bukannya kita memikirkan atau mengurusi hak kita kepada Allah, tetapi
sibuk mengurusi dan memikirkan yang sudah menjadi haknya dan kerjanya
Allah Ta’ala. Yang dipikirkan hanya bagaimana rizki datang kepada saya ?
inilah yang namanya terbalik. Seharusnya kita tunaikan hak kita kepada
Allah, yaitu untuk 3 maksud penciptaan manusia : Ibadah, Akhlaq, Jihad.
Jika ada ketiga ini dalam diri kita maka semua urusan kita akan Allah
mudahkan. Sebagaimana telah banyak dikisahkan Allah dalam Al Qur’an
untuk sebagai contoh kepada kita kisah-kisah tentang ummat terdahulu.
Supaya kita belajar daripada kisah-kisah tersebut, bahwa masalah-masalah
yang dihadapi manusia ini kecil bagi Allah.
Seperti kisah Nabi Musa AS dengan Bani Israil sewaktu mereka tersesat
di lembah yang kering kerontang, tidak ada tempat atau bangunan untuk
bernaung, tidak ada makanan untuk dimakan, tidak ada air untuk diminum.
Mereka 40 tahun tersesat di lembah itu, tidak ada jalan keluar. Allah
beri pertolongan kepada Nabi Musa dan Bani Isaril karena perjalanan
mereka dalam rangka menolong agama Allah. Bagaimana Allah menolong
mereka ? yaitu Allah perintahkan awan untuk menaungi mereka dari
sengatan sinar matahari. Selama 40 tahun awan Allah kirim untuk menaungi
Bani Israil, sehingga mereka terselamat dari sengatan Matahari.
Walaupun mereka tidak punya rumah, tidak punya tempat bernaung, tetapi
karena mereka sibuk memperjuangkan agama Allah, maka Allah selesaikan
masalah mereka. Lalu bagaimana dengan makanan, di Al Qur’an diceritakan
bagaimana Allah menyelesaikan masalah ini, yaitu Allah turunkan daripada
langit makanan dari surga, Manna dan Salwa. Bani Israil di supply Allah
selama 40 tahun makanan turun dari langit, tanpa kerja, tidak ada
pabrik, tidak ada pertanian, tidak ada apa-apa. Makanan di supply oleh
Allah dari langit selama 40 tahun, bukan 1 atau 2 hari tetapi 40 tahun,
untuk bani israil tanpa mereka harus mengerjakan apa-apa, karena mereka
sibuk memperjuangkan agama Allah Ta’ala. Lalu bagaimana Allah
menyelesaikan masalah krisis air, kekurangan air minum, yaitu dengan
memerintahkan Musa AS untuk memukulkan tongkatnya kepada batu yang
kering. Sehingga dari batu yang kering ini terpancarlah 12 mata air
keluar dari batu tersebut selama 40 tahun tidak berhenti mengeluarkan
air. Selama 40 tahun Bani Israil tidak pernah kekurangan air. Lalu
datanglah krisis pakaian, kekurangan pakaian dan tidak adanya bahan
untuk membuat kain. Ini karena pakaian hanya layak pakai untuk beberapa
tahun saja setelah itu rusak. Bagaimana Allah selesaikan masalah ini
yaitu Allah buat baju yang mereka kenakan awet, tidak rusak-rusak selama
40 tahun. Lalu bagaimana dengan bayi-bayi yang baru lahir, disini Allah
buat semua bayi yang lahir dari perut seorang ibu Bani Israil sudah
terlahir dengan mengenakan pakaian ketika keluar dari perut ibunya. Lalu
bagaimana ketika bayi itu beranjak besar, maka dengan kuasa Allah
seiring dengan pertumbuhan badan bayi maka bajupun membesar mengikuti
pertumbuhan bayi tadi. Semua kebutuhan pokok mereka selama 40 tahun
terpenuhi sehingga mereka hidup dalam keteduhan, makanan yang cukup, air
yang tidak pernah kering, dan baju yang awet. Kata ulama ini semua
sengaja Allah ceritakan kepada kita untuk diambil sebagai pelajaran,
agar kita jangan takut dengan masalah-masalah kecil seperti ini. Allah
akan selesaikan masalahnya, tidak ada asbabpun Allah mampu selesaikan
masalah manusia. Allah mampu menyelesaikan masalah manusia tanpa asbab
sebagaimana masalah Bani Israil dapat Allah selesaikan tanpa asbab. Di
lembah kering tidak ada apa-apapun Allah mampu selesaikan masalah Bani
Israil, tanpa asbab lagi, apalagi hanya masalah-masalah yang dihadapi
oleh bangsa Indonesia saat ini.
Note Penulis :
Tidak ada masalah yang besar disisi Allah, semua masalah kecil
bagi Allah, tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Semua masalah yang
tidak mungkin bagi manusia, semuanya mungkin-mungkin aja bagi Allah.
Semua masalah besar bagi manusia jika tidak ada pertolongan Allah. Namun
jika ada pertolongan Allah maka semua masalah menjadi kecil jadinya.
Semua masalah kecil tanpa bantuan dan pertolongan Allah bisa menjadi
masalah besar bagi manusia.
Dari sebuah lembah yang kering kerontang Allah sanggup penuhi
kebutuhan hamba-hambanya dari sandang (pakaian), pangan (makan-minum),
dan papan (tempat bernaung) untuk mereka. Apalagi di negeri indonesia
ini yang kononnya kaya raya akan sumber daya alamnya. Namun karena kita
tinggalkan daripada usaha agama ini, maka di negeri yang subur makmurpun
dan kaya akan sumber daya alamnya ini, kita justru susah di negeri ini.
Inilah yang kita lihat daripada kenyataan. Ini karena keberkahan
ditarik oleh Allah SWT, daripada negeri yang nampak makmur dan kaya ini,
asbab kita tinggalkan daripada usaha agama ini. Jika kita mau kembali
menghidupkan usaha agama ini, maka perkara-perkara lain akan diperbaiki
oleh Allah Ta’ala. Semua urusan dari ekonomi, pertanian, cuaca,
musibah-musibah, akan diperbaiki oleh Allah Ta’ala. Cukup dengan kerja
ini maka Allah mampu selesaikan segala masalah kita. Namun bukan maksud
masyeikh kita ini kita tidak usah kerja, tidak usah tani, bukan ini
maksudnya. Tetapi maksudnya agar kita mau menyisihkan waktu untuk kerja
agama ini. Masyeikh hanya menganjurkan sekurang-kurangnya seumur hidup 4
bulan saja, setiap tahun 40 hari, setiap bulan 3 hari, ini minimal atau
minimum requirement. Namun untuk orang-orang lama dalam kerja ini
diminta untuk meluangkan waktunya minimal 4 bulan setiap tahunnya. Bukan
maksudnya untuk merusak daripada tatanan hidup kita, tetapi ini untuk
mendatangkan keberkahan. Tertib untuk kerja dunia bahwa kita harus kerja
minimal 8 jam tiap hari ini adalah sistem dan tertib yahudi dan
nasrani. Orang beriman tidak bisa ikut dalam sistem tersebut. Allah
berkuasa cukup dengan kerja 3 hari saja namun mencukupi untuk 1 bulan,
bisa saja bagi Allah. Kita bekerja 1 bulan dalam satu tahun, berpuasa,
lalu Allah penuhi sisanya, diberikan keberkahan, ini bisa saja dan mudah
saja bagi Allah.
Jika kita mempunyai 3 unsur tadi dalam diri kita yaitu : Ibadah,
Akhlaq, dan Berjuang untuk agama Allah, maka akan dimudahkan semuanya
oleh Allah. Misalnya hanya dengan kerja 3 hari tetapi mencukupi untuk 1
tahun. Tetapi kalau kita ikuti daripada sistem atau tertib orang-orang
yahudi dan nasrani ini, kalau tidak kerja tidak mapan, maka keadaan
seperti itulah yang akan Allah berikan. Sehingga seseorang tanpa kerja
dia akan kebingungan, hilang arah, rasa-rasa dunia mau kiamat. Ini
karena pola pikir kita sudah mentok atau terblokir oleh pola pikir orang
yahudi dan nasrani. Tidak kerja jadinya susah makan, maka keadaannya
jika tidak kerja akan Allah buat seperti itu pula. Ini karena
keyakinannya seperti itu yaitu tidak kerja sama dengan tidak makan.
Tetapi kalau yakin kita betul kepada Allah dalam setiap ibadah dan
dengan taat kepada Allah maka akan Allah mudahkan semuanya untuk kita.
Note penulis :
Dalam sebuah mahfum hadits dikatakan bahwa Allah ini tergantung
pada prasangkaan hambanya kepadaNya. Jadi apa yang kita sangka terhadap
Allah, itu yang akan terjadi. Jika kita sangkaannya kepada Allah seperti
bila tidak ada kerja maka tidak ada makan, maka keadaan seperti itulah
yang akan terjadi. Jika kita yakin tanpa kerja Allah mampu memberi kita
makan, maka walaupun kita tidak ada kerja, kita bisa tenang-tenang saja.
Ini karena kita yakin bahwa Allah telah jamin rezki kita. Namun
walaupun begitu kerja ini adalah perintah Allah. Dan Allah jadikan dunia
ini sebagai darul asbab, tempat adanya sebab dan akibat. Tetapi kalau
kita yakinnya hanya kepada asbab saja, maka keyakinan yang seperti ini
tidak ada bedanya dengan keyakinan orang kafir yang yakinnya sempurna
hanya kepada asbab saja.
Bukan dengan tidak kerja tidak apa-apa, bukan begitu caranya, tetapi
kita belajar sisihkan waktu kita untuk kerja agama ini pertama-tama
dengan keluar 4 bulan, lalu istiqomah 40 hari setiap tahunnya. Baru
seiring waktu diusahakan untuk meningkatkan pengorbanan menjadi 4 bulan
setiap tahun, 10 hari setiap bulan, dan 8 jam setiap hari. Jika kita mau
ubah cara kita dengan cara atau tertib ini, maka akan datang suatu masa
Allah gunakan kita untuk agama Allah. Sedangkan untuk kepentingan dunia
kita tinggal angkat tangan (berdo’a) kepada Allah, langsung Allah
datangkan. Allah Maha Kuasa, semua pertolongan Allah di dalam Al Qur’an
diceritakan terjadi tidak hanya kepada para Nabi saja, tetapi juga
kepada selain para Nabi dan para sahabat. Semua kehebatan Allah yang
Allah nampakkan kepada Nabi dan para sahabat tidak hanya terjadi pada
mereka, tetapi juga terjadi pada orang-orang sholeh saat ini. Bagaimana
para Masyeikh di India, Pakistan, Banglades, mereka tidak ada pekerjaan,
tidak punya pabrik, tetapi mereka mampu untuk keluar 4 bulan setiap
tahun dan mampu menjamu ribuan tamu yang datang menemui mereka.
Saudara-saudara kita yang keduniaannya jauh lebih kurang dari kita tapi
bisa terbang kemana-mana, dan keluar 4 bulan setiap tahunnya. Kini
banyak orang yang keduniaannya jauh lebih baik, kerjanya 12 bulan full
setiap tahun, jangankan pergi kemana-mana, untuk makan saja
kadang-kadang masih susah. Inilah kenyataan yang ada saat ini.
Usaha ini betul-betul akan mendatangkan keberkahan jika kita
sungguh-sungguh dalam kerja ini, sedikit demi sedikit. Jangan kita
dengarkan alasan-alasan orang yang suka bilang bahwa kerja kantor atau
nyari uang ini juga ibadah, ini betul, tidak salah. Memang ada hadits
mahfum, “mencari rizki yang halal itu wajib hukumnya.” Bahkan dalam
riwayat lain dikatakan bahwa mencari rizki itu adalah ibadah juga.
Tetapi adalah menurut daripada keutamaannya (derajat amal /
kepentingannya ). Misalnya : kita mencari rizki itu karena perintah
Allah, ibadah. Tetapi kalau ketika datang waktu sholat, maka yang lebih
utama itu adalah Sholatnya. Jika ketika waktu sholat tiba kita masih
mencari rizki terus ini akan menjadi dosa, bukan lagi menjadi ibadah.
Jadi kita harus tahu mendahulukan daripada keutamaan. Sahabat juga
dagang, kerja, tetapi ketika datang waktu untuk memperjuangkan agama
Allah, maka mereka akan korbankan itu semua. Ada yang bilang bahwa cari
rizki itu bagus, tetapi ketika dia tidak mau tinggalkan urusannya untuk
keluar di jalan Allah, maka ini seperti orang yang berwudhu tetapi
meninggalkan sholat. Wudhu itu ibadah, perintah Allah, dan juga syarat
diterimanya daripada sembahyang kita. Kita kalau sholat tanpa wudhu maka
sholat kita tidak akan diterima oleh Allah Ta’ala. Tetapi kalau ada
orang habis wudhu, lalu wudhu lagi, terus menerus wudhu berulang kali,
waktu sholat datang dia tidak sholat-sholat sibuk wudhu aja, maka
walaupun wudhu ini ibadah akan menjadi dosa juga. Begitu juga Nabi SAW
dan para sahabat RA ada kerja juga, ada dagang, dan ada tani pula,
tetapi ketika waktu memperjuangkan agama tiba diia tinggalkan semuanya.
Hari ini kita dagang dan kerja terus-terusan, tidak keluar-keluar di
jalan Allah, maka ini seperti orang yang wudhu terus-terusan tetapi
tidak sembahyang-sembahyang. Maka penting kita bagi waktu untuk
memperjuangkan agama Allah, sisihkan waktu kita untuk agama Allah.
Insya Allah kita semua bersedia !!
sumber : http://buyaathaillah.wordpress.com/15/