Islam adalah agama fitrah. Artinya, perkara apa saja yang ada di dalam Islam sesuai dengan fitrah manusia. Misalnya, manusia cenderung menghambakan diri kepada apa yang dicintainya. Oleh karena itu Islam memberi petunjuk, kepada siapakah seharusnya kita menghambakan diri. Sebagai contoh, walaupun manusia menyukai harta dan kekuasaan. Anehnya, kita tidak suka jika disebut hamba harta atau hamba kekuasaan, meskipun sikap kita memang seperti itu. Tapi kita redha dan suka jika disebut-sebut sebagai hamba ALLAH. Artinya, fitrah manusia memang ingin menjadi hamba kepada ALLAH, Tuhan Semesta Alam.
Manusia suka kepada ilmu dan kepandaian agar kehidupannya maju dan tidak beku (jumud). Memang ALLAH menjadikan jiwa manusia begitu keadaannya. Setiap orang juga suka kepada makanan yang lezat, suka kepada lawan jenis, suka kepada badan dan akal yang sehat. Oleh karena itu Tuhan datangkan agama Islam yang mengajar manusia untuk memenuhi tuntutan fitrah tersebut. Sabda Rasulullah, “Menuntut ilmu wajib bagi lelaki dan perempuan” (HR. Ibnu Abdi Al Barri). Kemudian jika mengikut Rasulullah SAW, maka sunnat hukumnya makan daging seminggu sekali. Islam juga mendorong pernikahan dan melarang zina sebab zina hanya akan menganiaya kaum perempuan. Sudah tentu tidak ada orang yang mau teraniaya.
Begitulah Islam agama fitrah. Apabila sesuatu disukai oleh fitrah, maka Islam akan membenarkan dan mendorongnya. ALLAH yang menciptakan fitrah manusia, maka ALLAH pula yang menunjukkan cara bagaimana keinginan fitrah itu dipenuhi karena begitulah keinginan fitrah manusia. Jika keinginan fitrah ini tidak tercapai maka manusia akan merasa susah, duka cita dan gelisah. Namun tanpa petunjuk dari ALLAH, nafsulah yang akan memimpin manusia untuk melaksanakan kehendak fitrah itu secara liar tak terkendali. Maka, hasilnya akan buruk sekali.
Sebagai contoh adalah keinginan fitrah manusia untuk berhibur. Batin manusia butuh untuk berhibur sebagaimana jasad lahir manusia perlu beristirahat. Jika tidak dipenuhi maka akan letihlah batin manusia dalam menjalani kehidupan ini. Untuk memenuhi keinginan itulah dapat kita lihat betapa majunya teknologi entertainment saat ini. Jika dulu manusia berhibur dengan karya-karya sastera, pertunjukan cerita dan alat-alat musik, maka manusia jaman sekarang berhibur dengan film, musik, teknologi animasi, efek-efek visual yang memanjakan imajinasi, musik dengan istrumen yang semakin kompleks, game interaktif, synthesizer, virtual reality dsb. Semuanya bertujuan untuk memuaskan keinginan batin manusia. Namun, sebenarnya batin manusia yang manakah yang hendak dihibur?
Di samping memiliki jasad lahir, manusia juga memiliki unsur batin yaitu akal, nafsu dan hati. Dengan melihat kesan hiburan-hiburan tersebut pada diri manusia maka dapat kita pilah menjadi hiburan akal, nafsu atau hati. Sebagai contoh, berhibur akal misalnya mempelajari hal-hal baru, meneliti, berdiskusi dsb. Islam mendorong keinginan fitrah untuk berhibur tersebut selama mengikuti petunjuk ALLAH yang menciptakan manusia. Misalnya, jika yang dipelajari adalah ilmu sihir maka Islam melarangnya karena hanya akan membawa kerusakan. Jangankan ilmu sihir, ilmu agama pun akan membawa keburukan jika tidak dikaitkan dengan tauhid dan akhlak. Ilmu tersebut hanya akan menjadikan manusia sombong, merasa mulia, bermegah-megah, hasad dengki, ego dsb. Apalagi ilmu-ilmu yang lain jika tidak dikaitkan juga dengan Tuhan. Begitu juga berhibur nafsu. Misalnya, keinginan manusia kepada lawan jenis, ALLAH telah tunjukkan caranya melalui pernikahan. Jika tanpa cara yang telah ALLAH tunjukkan yaitu pernikahan, hasilnya hanya akan rusak dan merusakkan. Sudahlah tidak mendidik dan mendisiplinkan nafsu agar tunduk kepada fitrah kita yang ingin menghamba kepada ALLAH, malah menjadikannya semakin liar tidak terkendali. Sedangkan Al Quran telah mengajarkan kepada kita, “Sesungguhnya nafsu itu sangat mengajak kepada kejahatan” ( Yusuf:53 ).
Sebenarnya, hakikat berhibur adalah terhiburnya hati dengan mengingat ALLAH. FirmanNya dalam Al Quran, “Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (Ar Raad: 28) Dengan demikian hiburan akal dan nafsu hanya akan menghibur hati jika selalu dihubungkaitkan dengan ALLAH. Sehingga melalui hiburan-hiburan tersebut kita akan terasa KebesaranNya, Maha KuasaNya, Maha PemurahNya, Maha PengasihNya, Maha AdilNya. Semakin kita berhibur semakin kita merendah diri, tawadhuk, hilang kesombongan dan kemegahan diri, semakin bersyukur dan merasa hina di hadapanNya, semakin takut kepada dosa-dosa dan terkikis rasa cinta dunia yang melemahkan jiwa. Itulah berhibur yang sesungguhnya. Semakin dekat diri kita kepada Tuhan, terpimpin akal, nafsu dan hati kita untuk cinta dan takut kepadaNya. Itulah kebahagiaan sebenarnya yang dicari-cari manusia dari hiburan. Jika kita berhibur namun tidak tampak dan tidak terasa sifat Kemuliaan Tuhan, justru nafsulah yang akan semakin liar tak terkendali. Maka, sebenarnya hiburan seperti itu bukan hiburan melainkan jebakan nafsu dan syaitan.
Inilah yang sering luput dari para penghibur dan para pencari hiburan. Berapa banyak penghibur yang sibuk memikirkan bagaimana menghibur manusia dengan berbagai macam media, bentuk dan gayanya. Namun rupa-rupanya diri mereka sendiripun tidak terhibur. Resah, gelisah, jiwa mereka menderita, hilang kebahagiaan, narkoba menjadi pelarian, semakin jauh dari Tuhan, bahkan bunuh diri karena tidak tahan dengan cobaan. Jika para penghibur gagal menghibur dirinya lalu bagaimanakah nasib kita yang ingin mencari hiburan? Jangan-jangan tanpa sadar sebenarnya kita telah masuk ke dalam tipuan yang menyesatkan. Naudzubillahi min dzalik.
sumber: http://kawansejati.ee.itb.ac.id/book/export/html/16056
Manusia suka kepada ilmu dan kepandaian agar kehidupannya maju dan tidak beku (jumud). Memang ALLAH menjadikan jiwa manusia begitu keadaannya. Setiap orang juga suka kepada makanan yang lezat, suka kepada lawan jenis, suka kepada badan dan akal yang sehat. Oleh karena itu Tuhan datangkan agama Islam yang mengajar manusia untuk memenuhi tuntutan fitrah tersebut. Sabda Rasulullah, “Menuntut ilmu wajib bagi lelaki dan perempuan” (HR. Ibnu Abdi Al Barri). Kemudian jika mengikut Rasulullah SAW, maka sunnat hukumnya makan daging seminggu sekali. Islam juga mendorong pernikahan dan melarang zina sebab zina hanya akan menganiaya kaum perempuan. Sudah tentu tidak ada orang yang mau teraniaya.
Begitulah Islam agama fitrah. Apabila sesuatu disukai oleh fitrah, maka Islam akan membenarkan dan mendorongnya. ALLAH yang menciptakan fitrah manusia, maka ALLAH pula yang menunjukkan cara bagaimana keinginan fitrah itu dipenuhi karena begitulah keinginan fitrah manusia. Jika keinginan fitrah ini tidak tercapai maka manusia akan merasa susah, duka cita dan gelisah. Namun tanpa petunjuk dari ALLAH, nafsulah yang akan memimpin manusia untuk melaksanakan kehendak fitrah itu secara liar tak terkendali. Maka, hasilnya akan buruk sekali.
Sebagai contoh adalah keinginan fitrah manusia untuk berhibur. Batin manusia butuh untuk berhibur sebagaimana jasad lahir manusia perlu beristirahat. Jika tidak dipenuhi maka akan letihlah batin manusia dalam menjalani kehidupan ini. Untuk memenuhi keinginan itulah dapat kita lihat betapa majunya teknologi entertainment saat ini. Jika dulu manusia berhibur dengan karya-karya sastera, pertunjukan cerita dan alat-alat musik, maka manusia jaman sekarang berhibur dengan film, musik, teknologi animasi, efek-efek visual yang memanjakan imajinasi, musik dengan istrumen yang semakin kompleks, game interaktif, synthesizer, virtual reality dsb. Semuanya bertujuan untuk memuaskan keinginan batin manusia. Namun, sebenarnya batin manusia yang manakah yang hendak dihibur?
Di samping memiliki jasad lahir, manusia juga memiliki unsur batin yaitu akal, nafsu dan hati. Dengan melihat kesan hiburan-hiburan tersebut pada diri manusia maka dapat kita pilah menjadi hiburan akal, nafsu atau hati. Sebagai contoh, berhibur akal misalnya mempelajari hal-hal baru, meneliti, berdiskusi dsb. Islam mendorong keinginan fitrah untuk berhibur tersebut selama mengikuti petunjuk ALLAH yang menciptakan manusia. Misalnya, jika yang dipelajari adalah ilmu sihir maka Islam melarangnya karena hanya akan membawa kerusakan. Jangankan ilmu sihir, ilmu agama pun akan membawa keburukan jika tidak dikaitkan dengan tauhid dan akhlak. Ilmu tersebut hanya akan menjadikan manusia sombong, merasa mulia, bermegah-megah, hasad dengki, ego dsb. Apalagi ilmu-ilmu yang lain jika tidak dikaitkan juga dengan Tuhan. Begitu juga berhibur nafsu. Misalnya, keinginan manusia kepada lawan jenis, ALLAH telah tunjukkan caranya melalui pernikahan. Jika tanpa cara yang telah ALLAH tunjukkan yaitu pernikahan, hasilnya hanya akan rusak dan merusakkan. Sudahlah tidak mendidik dan mendisiplinkan nafsu agar tunduk kepada fitrah kita yang ingin menghamba kepada ALLAH, malah menjadikannya semakin liar tidak terkendali. Sedangkan Al Quran telah mengajarkan kepada kita, “Sesungguhnya nafsu itu sangat mengajak kepada kejahatan” ( Yusuf:53 ).
Sebenarnya, hakikat berhibur adalah terhiburnya hati dengan mengingat ALLAH. FirmanNya dalam Al Quran, “Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (Ar Raad: 28) Dengan demikian hiburan akal dan nafsu hanya akan menghibur hati jika selalu dihubungkaitkan dengan ALLAH. Sehingga melalui hiburan-hiburan tersebut kita akan terasa KebesaranNya, Maha KuasaNya, Maha PemurahNya, Maha PengasihNya, Maha AdilNya. Semakin kita berhibur semakin kita merendah diri, tawadhuk, hilang kesombongan dan kemegahan diri, semakin bersyukur dan merasa hina di hadapanNya, semakin takut kepada dosa-dosa dan terkikis rasa cinta dunia yang melemahkan jiwa. Itulah berhibur yang sesungguhnya. Semakin dekat diri kita kepada Tuhan, terpimpin akal, nafsu dan hati kita untuk cinta dan takut kepadaNya. Itulah kebahagiaan sebenarnya yang dicari-cari manusia dari hiburan. Jika kita berhibur namun tidak tampak dan tidak terasa sifat Kemuliaan Tuhan, justru nafsulah yang akan semakin liar tak terkendali. Maka, sebenarnya hiburan seperti itu bukan hiburan melainkan jebakan nafsu dan syaitan.
Inilah yang sering luput dari para penghibur dan para pencari hiburan. Berapa banyak penghibur yang sibuk memikirkan bagaimana menghibur manusia dengan berbagai macam media, bentuk dan gayanya. Namun rupa-rupanya diri mereka sendiripun tidak terhibur. Resah, gelisah, jiwa mereka menderita, hilang kebahagiaan, narkoba menjadi pelarian, semakin jauh dari Tuhan, bahkan bunuh diri karena tidak tahan dengan cobaan. Jika para penghibur gagal menghibur dirinya lalu bagaimanakah nasib kita yang ingin mencari hiburan? Jangan-jangan tanpa sadar sebenarnya kita telah masuk ke dalam tipuan yang menyesatkan. Naudzubillahi min dzalik.
sumber: http://kawansejati.ee.itb.ac.id/book/export/html/16056