The Story Of a Boy and Apple Tree

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari.Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu. Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.
 
Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. “Ayo ke sini bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu. “Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi,” jawab anak lelaki itu. “Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.” Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang… tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu. ” Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.
 
Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. “Ayo bermain-main denganku lagi,” kata pohon apel. “Aku tak punya waktu,” jawab anak lelaki itu. “Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?” “Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu,” kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.
 
Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya. “Ayo bermain-main lagi deganku,” kata pohon apel. “Aku sedih,” kata anak lelaki itu. “Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?” “Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah .” Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.
 
Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. “Maaf anakku,” kata pohon apel itu. “Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu.” “Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu,” jawab anak lelaki itu. “Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat,” kata pohon apel. “Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu,” jawab anak lelaki itu. “Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini,” kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata. “Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang,” kata anak lelaki. “Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu. ” “Oooh, bagus sekali.. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang.”Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.
 
 
 
 
Ini adalah cerita tentang kita semua…
Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia.
Read More...
Share/Bookmark

CERITA DARI MANTAN WANITA-WANITA SYIAH

|| bacalah wahai saudari muslimah ||

Bismillahirrahmaanirrahim, semoga shalawat dan salam tercurah atas Nabi dan Rasul termulia, junjungan kami Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, beserta keluarga dan para sahabatnya. 
 
Ya Allah, kepada-Mu kami berlindung, kepada-Mu kami memohon pertolongan dan kepada-Mu kami bertawakkal. Engkaulah Yang Memulai dan Mengulangi, Ya Allah kami berlindung dari kejahatan perbuatan kami dan minta tolong kepada-Mu untuk selalu menaati-Mu, dan kepada-Mu lah kami bertawakkal atas setiap urusan kami. 
 
Semenjak lahir, yang kutahu dari akidahku hanyalah ghuluw (berlebihan) dalam mencintai Ahlul bait. Kami dahulu memohon pertolongan kepada mereka, bersumpah atas nama mereka dan kembali kepada mereka tiap menghadapi bencana. Aku dan kedua saudariku telah benar-benar meresapi akidah ini sejak kanak-kanak. 
 
Kami memang berasal dari keluarga syi’ah asli. Kami tidak mengenal tentang mazhab ahlussunnah wal jama’ah kecuali bahwa mereka adalah musuh-musuh ahlulbait Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.Mereka lah yang merampas kekhalifahan dari tangan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib Radhiyallohu’anhu, dan merekalah yang membunuh Husain. 
 
Akidah ini semakin tertanam kuat dalam diri kami lewat hari-hari “Tahrim”, yaitu hari berkabung atas ahlul bait, demikian pula apa yang diucapkan oleh syaikh kami dalam perayaan Husainiyyah dan kaset-kaset ratapan yang memenuhi laciku. 
 
Aku tak mengetahui tentang akidah mereka (ahlussunnah) sedikitpun. Semua yang kuketahui tentang mereka hanyalah bahwa mereka orang-orang munafik yang ingin menyudutkan ahlul bait yang mulia. 
 
Faktor-faktor di atas sudah cukup untuk menyebabkan timbulnya kebencian yang mendalam terhadap penganut mazhab itu, mazhab ahlussunnah wal jama’ah.

Benar… Aku membenci mereka sebesar kecintaanku kepada para Imam. Aku membenci mereka sesuai dengan anggapan syi’ah sebagai pihak yang terzhalimi.

Keterkejutan pertama

Ketika itu Aku sedang duduk di sekolah dasar. Di sekolah aku mendengar penjelasan Bu Guru tentang mata pelajaran tauhid. Beliau berbicara tentang syirik, dan mengatakan bahwa menyeru selain Allah termasuk bentuk menyekutukan Allah. Contohnya seperti ketika seseorang berkata dalam doanya: “Hai Fulan, selamatkan Aku dari bencana… tolonglah Aku” lanjut Bu Guru. Maka kukatakan kepadanya: Bu, kami mengatakan “Ya Ali”, apakah itu juga termasuk syirik? Sejenak kulihat beliau terdiam… seluruh murid di sekolahku, dan sebagian besar guru-gurunya memang menganut mazhab syi’ah… kemudian Bu Guru berkata dengan nada yakin: “Iya, itu syirik” kemudian langsung melontarkan sebuah pertanyaan kepadaku: 
 “Bukankah doa adalah ibadah?”

“Tidak tahu”, jawabku. 
 
“Coba perhatikan, apa yang Allah katakan tentang doa berikut”, lanjutnya seraya membaca firman Allah:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina” (Ghaafir: 60).

“Bukankah dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa berdoa adalah ibadah, lalu mengancam orang yang enggan dan takabbur terhadap ibadah tersebut dengan Neraka?” tanyanya.

Setelah mendengar pertanyaan tersebut, aku merasakan suatu kejanggalan… aku merasa kecewa… segudang perasaan menggelayuti benakku tanpa bisa kuungkapkan. Saat itu aku berangan-angan andaikan aku tak pernah menanyakan hal itu kepadanya. Lalu kutatap dia untuk kedua kalinya… ia tetap tegar laksana gunung.

Waktu pulang kutunggu dengan penuh kesabaran, Aku berharap barangkali ayah dapat memberi solusi atas permasalahanku ini… maka sepulangku dari sekolah, kutanya ayahku tentang apa yang dikatakan oleh Bu Guru tadi.

Ayah serta merta mengatakan bahwa Bu Guru itu termasuk yang membenci Imam Ali. Ia mengatakan bahwa kami tidaklah menyembah Amirul Mukminin, kami tidak mengatakan bahwa dia adalah Allah sehingga Gurumu bisa menuduh kami telah berbuat syirik… jelas ayah.

Sebenarnya aku tidak puas dengan jawaban ayahku, sebab Bu Guru berdalil dengan firman Allah. Ayah lalu berusaha menjelaskan kepadaku kesalahan mazhab sunni hingga kebencianku semakin bertambah, dan aku semakin yakin akan batilnya mazhab mereka.

Aku pun tetap memegangi mazhabku, mazhab syi’ah; hingga adik perempuanku melanjutkan karirnya sebagai pegawai di Departemen Kesehatan.

Sekarang, biarlah adikku yang melanjutkan ceritanya…

Setelah masuk ke dunia kerja, aku berkenalan dengan seorang akhwat ahlussunnah wal jama’ah. Ia seorang akhwat yang multazimah (taat) dan berakhlak mulia. Ia disukai oleh semua golongan, baik sunni maupun syi’ah. Aku pun demikian mencintainya, dan berangan-angan andai saja dia bermazhab syi’ah.

Saking cintanya, aku sampai berusaha agar jam kerjaku bertepatan dengan jam kerjanya, dan aku sering kali bicara lewat telepon dengannya usai jam kerja.

Ibu dan saudara-saudaraku tahu betapa erat kaitanku dengannya, sebab itu aku tak pernah berterus terang kepada mereka tentang akidah sahabatku ini, namun kukatakan kepada mereka bahwa dia seorang syi’ah, tak lain agar mereka tidak mengganggu hubunganku dengannya.

Permulaan hidayah

Hari ini, aku dan sahabatku berada pada shift yang sama. Kutanya dia: “Mengapa di sana ada sunni dan syi’ah, dan mengapa terjadi perpecahan ini?” Ia pun menjawab dengan lembut:
“Ukhti, sebelumnya maafkan aku atas apa yang akan kuucapkan… sebenarnya kalianlah yang memisahkan diri dari agama, kalian yang memisahkan diri dari Al Qur’an dan kalian yang memisahkan diri dari tauhid!!”

Kata-katanya terdengar laksana halilintar yang menembus hati dan pikiranku. Aku memang orang yang paling sedikit mempelajari mazhab di antara saudari-saudariku. Ia kemudian berkata: “Tahukah kamu bahwa ulama-ulama kalian meyakini bahwa Al Qur’an telah dirubah-rubah, meyakini bahwa segala sesuatu ada di tangan Imam, mereka menyekutukan Allah, dan seterusnya…?” sembari menyebut sejumlah masalah yang kuharap agar ia diam karena aku tidak mempercayai semua itu.

Menjelang berakhirnya jam kerja, sahabatku mengeluarkan beberapa lembar kertas dari tasnya seraya mengatakan bahwa itu adalah tulisan saudaranya, berkenaan dengan haramnya berdoa kepada selain Allah. Kuambil lembaran-lembaran tersebut, dan dalam perjalanan pulang aku meraba-rabanya sambil merenungkan ucapan sahabatku tadi.

Aku masuk ke rumah dan kukunci pintu kamarku. Lalu mulailah kubaca tulisan tersebut. Memang, hal ini menarik perhatianku dan membuatku sering merenungkannya.

Pada hari berikutnya, sahabatku memberiku sebuah buku berjudul “Lillaah, tsumma littaariekh” (Karena Allah, kemudian karena sejarah). Sumpah demi Allah, berulang kali aku tersentak membaca apa yang tertulis di dalamnya. Inikah agama kita orang syi’ah? Inikah keyakinan kita?!!

Sahabatku pun semakin akrab kepadaku. Ia menjelaskan hakikat banyak hal kepadaku. Ia mengatakan bahwa ahlussunnah mencintai Amirul Mukminin dan keluarganya.

Benar… aku pun beralih menganut mazhab ahlussunnah tanpa diketahui oleh seorang pun dari keluargaku. Sahabatku ini selalu menghubungiku lewat telepon. Bahkan saking seringnya, ia sempat berkenalan dengan kakak perempuanku.

Sekarang, biarlah kakakku yang melanjutkan ceritanya…

Aku mulai berkenalan dengan akhwat yang baik ini. Sungguh demi Allah, aku jadi cinta kepadanya karena demikian sering mendengar cerita adikku tentangnya. Maka begitu mendengar langsung kata-katanya, aku semakin cinta kepadanya…

Permulaan hidayah

Hari itu, aku sedang membersihkan rumah dan adikku sedang bekerja di kantor. Aku menemukan sebuah buku bergambar yang berjudul: “Lillaah, tsumma littaariekh”.

Aku pun membukanya lalu membacanya… sungguh demi Allah, belum genap sepuluh halaman, aku merasa lemas dan tak sanggup merampungkan tugasku membersihkan rumah. Coba bayangkan, dalam sekejap, akidah yang ditanamkan kepadaku selama lebih dari 20 tahun hancur lebur seketika.

Aku menunggu-nunggu kembalinya adikku dari kantornya. Lalu kutanya dia: “Buku apa ini?”

“Itu pemberian salah seorang suster di rumah sakit”, jawabnya.

“Kau sudah membacanya?” tanyaku.

“Iya, aku sudah membacanya dan aku yakin bahwa mazhab kita keliru”, jawabnya.

“Bagaimana denganmu?” tanyanya.

“Baru beberapa halaman” jawabku.

“Bagaimana pendapatmu tentangnya?” tukasnya.

“Kurasa ini semua dusta, sebab kalau benar berarti kita betul-betul sesat dong”, sahutku.

“Mengapa tidak kita tanyakan saja isinya kepada Syaikh?” pintaku.

“Wah, ide bagus” katanya.

Buku itu lantas kukirimkan kepada Syaikh melalui adik laki-lakiku. Kuminta agar ia menanyakan kepada Syaikh apakah yang tertulis di dalamnya benar, ataukah sekedar kebohongan dan omong kosong?

Adikku mendatangi Syaikh tersebut dan memberinya buku itu. Maka Syaikh bertanya kepadanya: “Dari mana kau dapat buku ini?”

“Itu pemberian salah seorang suster kepada kakakku” jawabnya.

“Biarlah kubaca dulu” kata Syaikh, sembari aku berharap dalam hati agar kelak ia mengatakan bahwa semuanya merupakan kebohongan atas kaum syi’ah. Akan tetapi, jauh panggang dari api!

Kebatilan pastilah akan sirna…

Aku terus menunggu jawaban dari Syaikh selama sepuluh hari. Harapanku tetap sama, barang kali aku mendapatkan sesuatu darinya yang melegakan hati.

Namun selama sepuluh hari tadi, aku telah mengalami banyak perubahan. Kini sahabat adikku sering berbicara panjang lebar denganku lewat telepon, bahkan ia seakan lupa kalau mulanya ia ingin bicara dengan adikku. Kami bicara panjang lebar tentang berbagai masalah.

Pernah suatu ketika ia menanyaiku: “Apa kau puas dengan apa yang kita amalkan sebagai orang syi’ah selama ini?”. Aku mengira bahwa dia adalah syi’ah, dan dia tahu akan hal itu…

“Kurasa apa kita berada di atas jalan yang benar”, jawabku.

“Lalu apa pendapatmu terhadap buku milik adikmu?” tukasnya.

Akupun terdiam sejenak… lalu kataku:
“Buku itu telah kuberikan ke salah seorang Syaikh agar ia menjelaskan hakikat buku itu sebenarnya”.

“Kurasa ia takkan memberimu jawaban yang bermanfaat, aku telah membacanya sebelummu berulang kali dan kuselidiki kebenaran isinya… ternyata apa yang dikandungnya memang sebuah kebenaran yang pahit”, jelasnya.

“Aku pun menjadi yakin bahwa apa yang kita yakini selama ini adalah batil” lanjutnya.

Kami terus berbincang lewat telepon dan sebagian besar perbincangan itu mengenai masalah tauhid, ibadah kepada Allah dan kepercayaan kaum syi’ah yang keliru. Tiap hari bersamaan dengan kepulangan adikku dari kantor, ia menitipkan beberapa lembar brosur tentang akidah syi’ah, dan selama itu aku berada dalam kebingungan…

Aku teringat kembali akan perkataan Bu Guru yang selama ini terlupakan. Kuutus adik lelakiku untuk menemui Syaikh dan meminta kembali kitab tersebut beserta bantahannya. Akan tetapi sumpah demi Allah, lagi-lagi Syaikh ini mengelak untuk bertemu dengan adikku. Padahal sebelumnya ia selalu mencari adikku, dan kini adikku yang justru menelponnya. Namun keluarga Syaikh mengatakan bahwa dia tidak ada, dan ketika adikku bertemu dengannya dalam acara Husainiyyah dan menanyakan kitab tersebut; Syaikh hanya mengatakan: “Nanti”, demikian seterusnya selama dua bulan.

Selama itu, hubunganku dengan sahabat adikku lewat telepon semakin sering, dan di sela-selanya ia menjelaskan kepadaku bahwa dirinya seorang sunni, alias ahlussunnah wal jama’ah. Dia berkata kepadaku: “Jujur saja, apa yang membuat kalian membenci Ahlussunnah wal Jama’ah?”

Aku sempat ragu sejenak, namun kujawab: “Karena kebencian mereka terhadap Ahlulbait”.

“Hai Ukhti, Ahlussunnah justeru mencintai mereka”, jawabnya.

Kemudian ia menerangkan panjang lebar tentang kecintaan Ahlussunnah terhadap seluruh keluarga Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, beda dengan Syi’ah Rafidhah yang justeru membenci sebagian ahlul bait seperti isteri-isteri Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam.

Benar, kini aku tahu tentang akidah Ahlussunnah wa Jama’ah dan aku mulai mencintai akidah yang sesuai dengan fitrah dan jauh dari sikap ghuluw (ekstrim)… jauh dari syirik… dan jauh dari kedustaan.

Kebenaran yang sesungguhnya mulai tampak bagiku, dan aku pun bingung apakah aku harus meninggalkan agama nenek moyang dan keluargaku? Ataukah meninggalkan agama yang murni, ridha Allah dan Jannah-Nya??

Ya, akhirnya kupilih yang kedua dan aku menjadi seorang ahlussunnah wal jama’ah. Aku kemudian menghubungi akhwat yang shalihah tadi dan kunyatakan kepadanya bahwa hari ini aku ‘terlahir kembali’.

Aku seorang sunni, alias Ahlussunnah wal Jama’ah.

Akhwat tersebut mengucapkan takbir lewat telepon, maka seketika itu meleleh lah air mataku… air mata yang membersihkan sanubari dari peninggalan akidah syi’ah yang sarat dengan syirik, bid’ah dan khurafat…

Demikianlah… dan tak lama setelah kami mendapat hidayah, adik kami yang paling kecil serta salah seorang sahabatku juga mendapat hidayah atas karunia Allah subhanahu wata’aala.

Dari: Saudari-saudari kalian yang telah bertaubat.
 
 
(era muslim).
Read More...
Share/Bookmark

Ijinkan Aku Menikah Tanpa Pacaran

Bismillaah...
Ketika kita hendak menuntut kriteria pasangan hidup yang begini atau begitu.. Jangan lupa tanyakan dalam diri , mampukah kita menjadi apa yang kita tuntutkan tersebut? Jika kita terlalu banyak menuntut , sudahkah kita bertanya berapa banyakkah yang mampu kita beri sebagai timbal balik atas banyaknya tuntutan kita terhadapnya??

Tidak bijak rasanya , Jika kita meminta orang lain menjadi seperti apa yang kita tuntut , sementara kita sendiri malah tak bisa menjadi satu pun dari deretan tuntutan yang kita ajukan untuk calon pasangan hidup kita.

Anda pemarah, dan anda mendambakan seorang pendamping yang sabar?? Kenapa?? Karena anda ingin diuntungkan... Padahal anda hendak merugikan dan menyakiti orang lain dengan amarah anda yang tidak mampu anda kendalikan. Anda ingin pendamping yang mau menerima dengan damai sifat pemarah anda tanpa perlawanan, padahal seorang penyabar pun punya hati bisa tersakiti, anda ingin pendamping yang penyabar karena anda tahu betul jika pendamping anda sama pemarahnya seperti anda, pasti terjadi perang dunia ke tiga :D
Keutuhan rumah tangga pun hanya tinggal kenangan.. Perceraian pun jadi pilihan, karena udah gak ada kecocokan (kea alesan artis-artis aja :P)

Anda kekanakan, dan anda mendambakan seorang seorang pendamping yang dewasa. Kenapa?? Karena anda ingin dimengerti... Anda egois, anda ingin orang lain mengerti anda, sedangkan anda sendiri ingin menjadi tuan putri yang titahnya selalu ingin dituruti, yang suka bertindak semau sendiri.. Tanpa perduli apakah orang lain terusik dan tersakiti oleh sikap kekanak-kanakan anda.

Pernikahan adalah untuk saling melengkapi... Saling melindungi.. Saling mengerti... Saling memberi... Saling menerima...

Jika kita sadar ada sikap kita yang mungkin akan merugikan dan menyakiti pasangan kita, Jangan selalu berfikir untuk membebankan semua kepada pasangan kita.. Belajarlah memperbaiki sikap yang tidak baik dalam diri, meski tidak bisa berubah total, setidaknya berusahalah untuk mengontrolnya agar tidak menjadi kebiasaan buruk yang mendarah daging hingga sama sekali tak mampu kita rubah... meski sedikit mengontrolnya.

Mari berusaha menjadi pasangan yang banyak memberi, banyak mengerti.. Bukan pasangan yang banyak menyakiti dan membebani...
Jangan dzalimi pasangan kita dengan keegoisan kita :')

Barakallahu Laka Wa Barakaah 'Alaika Wa Jama'a Bainakuma Fi Khair
“Semoga berkah Allah dilimpahkan kepadamu, semoga berkah Allah dilimpahkan atasmu, serta menghimpun engkau berdua dalam keadaan yang baik (kebahagiaan)”


Original Created By : Ameera 'Afya' Nurjannah

Read More...
Share/Bookmark

Jenggot.. Haruskah ?

Perlu diketahui, bahwa seluruh Ulama Islam telah sepakat bahwa memelihara jenggot adalah bagian dari ajaran Islam, tidak ada seorang pun ulama yang menyelisihi hal ini. Sungguh kita patut heran dengan orang yang mengaku muslim, tapi ia mengingkari jenggot yang telah disepakati sebagai bagian dari ajaran Islam.

Inilah diantara bukti sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassalam

"Islam itu pada awalnya ajaran yang asing, dan nantinya ia akan kembali menjadi asing sebagaimana awalnya, maka beruntunglah orang-orang yang asing itu" (HR. Muslim: 145) Wahai jiwa yang mengaku cinta Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam, tidak inginkah kalian masuk dalam sabda beliau ini sehingga menjadi orang-orang yang beruntung?!..

Lihatlah bagaimana asingnya orang yang berjenggot di era ini! Kemanapun ia pergi, selalu jadi perhatian, bahkan rentan dengan tuduhan. Saking sedikitnya orang yang menghidupkan sunnah jenggot ini, hingga penampilan jenggotnya seringkali menjadi bahan ejekan "si kambing", "si teroris"!! Subhanallah... Tidakkah mereka sadar, bahwa dengan begitu sebenarnya mereka telah mengejek Islam, agama yang mereka peluk?! Tidakkah mereka merasa mengejek Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Tuhan yang mereka sembah?! Tidakkah mereka merasa mengejek Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassalam Nabi panutan mereka?! Bukankah perintah memanjangkan jenggot itu datangnya dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam dan Ajaran Islam?! Bukankah Para Nabi dulu berjenggot?! Bukankah para sahabat dulu berjenggot?! Bukankah para Imam Empat dan yang lainnya dulu berjenggot?!

Jika keadaan Umat Islam seperti ini, kehilangan jati diri sebagai Muslim, malu dengan Islamnya, jauh dari agamanya, mengekor pada lawannya, dan enggan menerapkan atau bahkan mencela Ajaran Islam yang dipeluknya, bagaimana mereka ingin menang atas lawannya?! Bagaimana mereka ingin menaklukkan seterunya?! Bahkan bagaimana mereka bisa menyaingi musuhnya?!

Sungguh benar apa yang dikatakan oleh Umar bin Khatthab Rhadiyallahu Anhu, "Kita dahulu adalah kaum yang paling hina, lalu Allah berikan kejayaan kita dengan Islam, maka selama kita ingin kejayaan dengan selain Islam, niscaya Allah akan menghinakan kita" (HR. Alhakim: 207, dishohihkan oleh Albani Rhadiyallahu Anhu)

Kita tidak ingkari, adanya sebagian individu berjenggot yang salah langkah dengan banyak membuang bom di sembarang tempat. Tapi masalahnya adalah, mengapa tindakan sebagian individu yang minoritas itu, dijadikan sebagai standar umum?! Sungguh, ini cara mengambil kesimpulan yang aneh!

Kesimpulan dan standar umum bahwa "orang yang berjenggot adalah teroris", bisa diterima jika seluruh (atau paling tidak mayoritas) orang yang berjenggot itu pelaku teroris. Tapi fakta lapangan mengatakan sebaliknya, mayoritas orang yang berjenggot, bukanlah teroris, justru kebanyakan mereka adalah para da'i, kyai, ustadz dan para pengikutnya yang merasa bangga dan semangat dalam menerapkan Syariat Islam dalam kehidupannya.


Apa hukum memelihara jenggot? bolehkah memangkasnya (baik memangkas sebagian atau pun hingga habis)?

Jawabannya terdapat dalam nukilan dari perkataan para ulama berikut ini:

Ibnu Hazm azh-Zhohiri berkata, "Para ulama telah sepakat, bahwa sesungguhnya menggundul jenggot termasuk tindakan mutslah, itu tidak diperbolehkan" (Marotibul ljma' 157)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, "Menggundul jenggot itu diharamkan, karena adanya hadits-hadits shohih (tentang itu), dan tidak ada seorang pun yang membolehkannya." (Ushulul Ahkam 1/37, Ikhtiyarot Syaikhil Islam lbni Taimiyah 19)

Abul Hasan al-Qoththon al-Maliki, "Para ulama sepakat bahwa sesungguhnya menggundul jenggot, termasuk tindakan mutslah yang tidak diperbolehkan" (al-iqna'fi Masailil Ijma' 2/3953)


Dalil Wajibnya Memelihara Jenggot

Allah Subhanahu Wa Ta'ala, berfirman, "Ambillah apa yang datang dari Rasul, dan tinggalkanlah apa yang dilarangnya! Dan takutlah kalian kepada Allah, karena sesungguhnya Allah itu Maha Keras siksa-Nya" (QS. Al-Hasyr: 7)

Ayat ini menyuruh kita untuk menjalankan semua tuntunan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam sekaligus memerintahkan kita untuk meninggalkan semua larangan beliau.

Dari lbnu Umar Rhadiyallahu Anhu, Rasulullah pernah bersabda, "Selisihilah kaum musyrikin, biarkanlah jenggot kalian panjang, dan potong tipislah kumis kalian!" (HR. Bukhari: 5892)

Dan Abu Huroiroh ra, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wassalam bersabda, "Potonglah kumis kalian, biarkanlah jenggot kalian, dan selisihilah Kaum Majusi." (HR. Muslim: 260)

Ibnu Umar Rhadiyallahu Anhu, mengatakan, "Sesungguhnya Rasulullah memerintahkan untuk memangkas tipis kumis dan membiarkan jenggot panjang." (HR. Muslim: 259)

Jabir ra, mengatakan, "Sungguh kami (para sahabat SAW), diperintah untuk memanjangkan jenggot dan mencukur kumis" (Mushonnaf Ibnu Abi Syaibah: 26016).

lbnu Rifah mengatakan, "Sungguh Imam Syafi'i telah menegaskan dalam kitabnya Al-Umm, tentang haramnya menggundul jenggot." (Hasyiatul Abbadi ala Tuhfatil Muhtaj 9/376)

Imam Al-Ghozali mengatakan, "Adapun mencabuti jenggot di awal munculnya, agar menyerupai orang yang tidak punya jenggot, maka ini termasuk kemungkaran yang besar, karena jenggot adalah penghias bagi laki-laki." (Ihya' Ulumiddin 2/257)

Imam Nawawi juga mengatakan, "Pendapat yang kami pilih adalah membiarkan jenggot apa adanya, dan tidak memendekkannya sama sekali" (Syarah Shohih Muslim, hadits no: 260).


Oleh Ustadz Musyafa Addariny, Lc
 

Wallahu 'Alam.
Read More...
Share/Bookmark

Agenda Seorang Muslimah

Ukhti muslimah sekalian,….perlu sekali bagi akhwat memiliki agenda kegiatan yang berhubungan dengan amal shalih sehari-hari sebagai pengingat dan renungan tentang apa saja yang telah kita lakukan dan apa yang belum bisa kita lakukan, agar hati kita dipacu untuk selalu ‘hidup’ mengingat-Nya….sehingga apabila hati ini lalai (dan memang sering terjadi demikian) maka kita akan menyadarinya karena sesungguhnya bila hati ini ‘sakit’ maka akan beratlah anggota tubuh yang lain untuk melaksanakan ketaatan. Semoga artikel ini bermanfaat buat ukhti muslimah semua, diambil dari milis As-Sunnah yang berjudul Kehidupan Sehari-hari yang Islami, karya Syaikh Abdullah bin Jaarullah bin Ibrahim Al-Jaarullah yang penulis sesuaikan untuk akhwat muslimah….dan sangat bagus sekali apabila ukhti memiliki bukunya karena sangat bermanfaat sebagai barometer keimanan ukhti,….Nah, selamat membaca.


Saudariku…
Dengan penuh pengharapan bahwa kebahagiaan dunia dan akhirat yang akan kita dapatkan, maka kami sampaikan risalah yang berisikan pertanyaan-pertanyaan ini ke hadapan Anda untuk direnungkan dan dijawab dengan perbuatan.

Pertanyaan-pertanyaan ini sengaja kami angkat ke hadapan Anda dengan harapan yang tulus dan cinta karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, supaya kita bisa mengambil manfaat dan faedah yang banyak darinya, disamping itu sebagai bahan kajian untuk melihat diri kita, sudah sejauh mana dan ada dimana posisinya selama ini.

Saudariku…

Risalah ini dinukilkan dari buku saku yang sangat bagus dan menawan yaitu Zaad Al-Muslim Al-Yaumi (Bekalan Muslim Sehari-hari) dari hal. 51 – 55, bab Hayatu Yaumi Islami yang diambil dari kitab Al-Wabil Ash-Shoyyib oleh Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah dan diterjemahkan oleh saudara kita Fariq Gasim Anuz semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalasnya dengan pahala dan surga-Nya.
 

Kehidupan Sehari-hari Yang Islami :

1. Apakah Anda selalu menjaga Shalat yang lima waktu?

2. Apakah Anda hari ini membaca Al-Qur’an ?

3. Apakah Anda rutin membaca Dzikir setelah selesai melaksanakan Shalat wajib ?

4. Apakah Anda selalu menjaga Shalat sunnah Rawatib sebelum dan sesudah Shalat wajib ?

5. Apakah Anda (hari ini) Khusyu dalam Shalat, menghayati apa yang Anda baca ?

6. Apakah Anda (hari ini) mengingat Mati dan Kubur ?

7. Apakah Anda (hari ini) mengingat hari Kiamat, segala peristiwa dan kedahsyatannya ?

8. Apakah Anda telah memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sebanyak tiga kali, agar memasukkan Anda ke dalam Surga ? Maka sesungguhnya barang siapa yang memohon demikian, Surga berkata : ”Wahai Allah Subhanahu wa Ta’ala masukkanlah ia ke dalam Surga”.

9. Apakah Anda telah meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar diselamatkan dari api neraka sebanyak tiga kali ? Maka sesungguhnya barangsiapa yang berbuat demikian, neraka berkata : ”Wahai Allah peliharalah dia dari api neraka”. (Berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya : ”Barangsiapa yang memohon Surga kepada Allah sebanyak tiga kali, Surga berkata : ”Wahai Allah masukkanlah ia ke dalam Surga. Dan barangsiapa yang meminta perlindungan kepada Allah agar diselamatkan dari api neraka sebanyak tiga kali, neraka berkata : ”Wahai Allah selamatkanlah ia dari neraka”. (Hadits Riwayat Tirmidzi dan di shahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami No. 911. Jilid 6).

10. Apakah Anda (hari ini) membaca hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ?

11. Apakah Anda pernah berfikir untuk menjauhi teman-teman yang tidak baik ?

12. Apakah Anda telah berusaha untuk menghindari banyak tertawa dan bergurau ?

13. Apakah Anda (hari ini) menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ?

14. Apakah Anda selalu membaca Dzikir pagi dan sore hari ?

15. Apakah Anda (hari ini) telah memohon ampunan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas dosa-dosa (yang engkau perbuat -pent) ?

16. Apakah Anda telah memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan benar untuk mati Syahid ? Karena sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda yang artinya : ”Barangsiapa yang memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan benar untuk mati syahid, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan kedudukan sebagai syuhada meskipun ia meninggal di atas tempat tidur”. (Hadits Riwayat Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam shahihnya, Al-Hakim dan ia menshahihkannya).

17. Apakah Anda telah berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar ia menetapkan hati Anda atas agama-Nya ?

18. Apakah Anda telah mengambil kesempatan untuk berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di waktu-waktu yang mustajab ?

19. Apakah Anda telah membeli buku-buku agama Islam untuk memahami agama ? (Tentu dengan memilih buku-buku yang sesuai dengan pemahaman yang dipahami oleh para Shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena banyak juga buku-buku Islam yang tersebar di pasaran justru merusak pemahaman Islam yang benar -pent).

20. Apakah Anda telah memintakan ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk saudara-saudara mukminin dan mukminah ? Karena setiap mendo’akan mereka Anda akan mendapat kebajikan pula.

21. Apakah Anda telah memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala (dan bersyukur kepada-Nya -pent) atas nikmat Islam ?

22. Apakah Anda telah memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala atas nikmat mata, telinga, hati dan segala nikmat lainnya ?

23. Apakah Anda hari-hari ini telah bersedekah kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkannya ?

24. Apakah Anda dapat menahan marah yang disebabkan urusan pribadi, dan berusaha untuk marah karena Allah Subhanahu wa Ta’ala saja ?

25. Apakah Anda telah menjauhi sikap sombong dan membanggakan diri sendiri ?

26. Apakah Anda telah mengunjungi saudara seagama, ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala ?

27. Apakah Anda telah menda’wahi keluarga, saudara-saudara, tetangga, dan siapa saja yang ada hubungannya dengan diri Anda ?

28. Apakah Anda termasuk orang yang berbakti kepada orang tua ?

29. Apakah Anda mengucapkan ”Innaa Lillahi wa innaa ilaihi raji’uun” jika mendapatkan musibah ?

30. Apakah Anda hari ini mengucapkan do’a ini : ”Allahumma inii a’uudubika an usyrika bika wa anaa a’lamu wastagfiruka limaa la’alamu = Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan Engkau sedangkan aku mengetahui, dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap apa-apa yang tidak aku ketahui”. Barangsiapa yang mengucapkan yang demikian, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menghilangkan darinya syirik besar dan syirik kecil. (Lihat Shahih Al-Jami’ No. 3625).

31. Apakah Anda berbuat baik kepada tetangga ?

32. Apakah Anda telah membersihkan hati dari sombong, riya, hasad, dan dengki ? 

33. Apakah Anda telah membersihkan lisan dari dusta, mengumpat, mengadu domba, berdebat kusir dan berbuat serta berkata-kata yang tidak ada manfaatnya ?

34. Apakah Anda takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam hal penghasilan, makanan dan minuman, serta pakaian ?

35. Apakah Anda selalu bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan taubat yang sebenar-benarnya di segala waktu atas segala dosa dan kesalahan ?


Saudariku ..
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di atas dengan perbuatan, agar kita menjadi orang yang beruntung di dunia dan akhirat, insya Allah.


sumber : http://jilbab.or.id/archives/198-agenda-seorang-muslimah/
Read More...
Share/Bookmark

Inspirasi & Motivasi dari Cerita Layang-layang

Sebuah layang-layang yang baru saja selesai dibuat. Pemiliknya membawa ia ke lapangan terbuka. Secara perlahan-lahan layang-layang itu menemukan dirinya terbang semakin lama semakin tinggi.


Ketika ia mengangkat wajahnya menengadah ke langit, ia berteriak gembira; 'Wuaahhh, langit yang biru. Aku akan terbang tinggi sampai ke ujung sana.'


Namun tiba-tiba ia merasa bahwa perjanannya kini agak tersendat dan menjadi berat. Ia tidak bisa bergerak lebih tinggi dan tak mampu maju lebih jauh lagi. Ketika ia menundukkan kepalanya, barulah ia tahu kalau pemiliknya memegang kuat ujung benang. Benang itulah yang membuatnya tak bisa terbang tinggi.


Layang-layang itu menjadi amat marah. 'Mengapa ia tidak melepaskan aku?? Bila aku dilepaskan secara bebas, aku pasti akan terbang lebih tinggi menembusi awan-awan yang ada jauh di atas sana.' Demikian layang-layang itu berontak.


Tiba-tiba tali benang itu terputus. Dan Ternyata bukan kenikmatanlah yang dia peroleh. Sebaliknya, ia kini jungkir balik terbang tak teratur dibawa angin. Angin kencang datang menghembus, dan ia jatuh tersangkut di atas sebatang pohon. Rangka-rangkanya patah. Kertas-kertasnya sobek. Ia kini menjadi seonggok sampah yang tak berbentuk.


Pada saat seseorang berkata bahwa ia hebat dan kuat, saat itu merupakan awal kehancurannya.
Read More...
Share/Bookmark

10 Jenis Siksaan Yang Menimpa Wanita Penghuni Neraka.

Inilah sepuluh jenis siksaan yang menimpa wanita yang diperlihatkan kepada Nabi Muhammad SAW ketika melalui peristiwa Isra dan Mikraj, inilah peristiwa yang membuat Rasulullah menangis setiap kali mengenangkannya. Dalam perjalanan itu, antaranya Rasulullah SAW diperlihatkan ;

(1) perempuan yang digantung
dengan rambutnya, sementara itu otak di ...kepalanya mendidih. Mereka adalah perempuan yang tidak mau melindungi rambutnya agar tidak dilihat lelaki lain. Siksaan lain yang diperlihatkan Rasulullah SAW ialah

(2) perempuan yang digantung
dengan lidahnya dan
 
(3) tangannya dikeluarkan dari
punggungnya dan

(4) minyak panas dituangkan ke dalam
kerongkongnya. Mereka adalah perempuan yang suka menyakiti hati suami dengan kata-katanya. Rasulullah SAW juga melihat bagaimana

(5) perempuan digantung buah dadanya dari arah punggung dan air pohon
zakum dituang ke dalam kerongkongnya. Mereka adalah perempuan yang menyusui anak orang lain tanpa keizinan suaminya. Ada pula

(6) perempuan diikat
dua kakinya serta dua tangannya sampai ke ubun dan dibelit beberapa ular dan kala jengking. Mereka adalah perempuan yang mampu sholat dan berpuasa tetapi tidak mau mengerjakannya, tidak berwudhu dan tidak mau mandi junub. Mereka sering keluar rumah tanpa mendapat izin suaminya terlebih dulu dan tidak mandi yaitu tidak bersuci selepas habis haid dan nifas. Selain itu, Rasulullah SAW melihat

(7) perempuan yang makan
daging tubuhnya sendiri sementara di bawahnya ada api yang menyala. Mereka adalah perempuan yang berhias untuk dilihat lelaki lain dan suka menceritakan aib orang lain. Rasulullah SAW juga melihat

(8) perempuan yang memotong
badannya sendiri dengan gunting neraka. Mereka adalah perempuan yang suka mencari perhatian orang lain agar melihat perhiasan dirinya. Siksaan lain yang dilihat Rasulullah SAW ialah

(9) perempuan yang kepalanya
seperti kepala babi dan badannya pula seperti keledai. Mereka adalah perempuan yang suka mengadu domba dan sangat suka berdusta. Ada pula perempuan yang Rasulullah SAW lihat

(10) bentuk rupanya seperti anjing dan b
eberapa ekor ular serta kalajengking masuk ke dalam mulutnya dan keluar melalui duburnya. Mereka adalah perempuan yang suka marah
kepada suaminya dan memfitnah orang lain. 

Tulisan ini tidak bermaksud menyudutkan wanita atau menempatkan wanita sebagai sumber dosa. Inilah keadaan seadanya yang sesuai riwayat yang ada.


Oleh ; Musafir Poetra Siddiq
Read More...
Share/Bookmark

Handphone yang Terlupa?

Kalau kita punya Handphone, apapun yang kita lakukan terhadap Handphone tersebut dia tidak pernah mengeluh. Apakah Handphone tersebut mau digunakan untuk nelepon ke Kalimantan, nelepon ke Papua, nelepon ke Malaysia, nelepon ke India dsb. Kalau Baterainya habis perlu di carger dalam beberapa waktu. Tergantung sejauh mana baterainya habis. Kalau baterainya sudah Lowbet, perlu di cager agak lama, tetapi kalau baterainya masih habis setengah maka di carger pun gak lama. Yang paling parahnya lagi kalau Handphone tersebut sudah tidak lagi di sukai pemiliknya maka Handphone ini bisa saja dicampakkan dan diganti dengan yang lain. Atau bisa saja Handphone ini dibuang ke tong sampah dan akhirnya dibakar.

Yang punya seutuhnya diri kita ini adalah Allah SWT. Apapun yang dikehendaki Allah SWT kepada kita, kita tidak boleh mengeluh. Sakit, miskin, susah dsb. Allah SWT masih gunakan kita untuk keluar ke Kalimantan, keluar ke Papua, keluar ke Malaysia, keluar ke India dsb. Kalau iman kita mulai lemah perlu di carger dalam beberapa waktu. Tergantung sejauh mana iman kita lemah. Kalau imannya

sudah Lowbet, perlu di cager agak lama, tetapi kalau imannya masih habis setengah maka di carger pun gak lama. Yang paling parahnya lagi kalau kita sudah tidak lagi di sukai pemiliknya maka kita bisa saja dicampakkan dan diganti dengan yang lain. Atau bisa saja kita ini dibuang ke tong sampah dan akhirnya dibakar dalam neraka.

Handphone yang disukai oleh pemiliknya maka akan senantiasa dipakai. Begitu juga dengan manusia.

Manusia yang disukai oleh Allah SWT maka akan senantiasa digunakan untuk agama.

Jadi, bagaimana caranya untuk membuat suka Allah SWT … ?

Dengan cara istiqamah dalam setiap amalan. Walaupun amalannya sedikit tetapi istiqamah itu jauh lebih baik. Sedikit saja, 10 hari setiap bulan dan 4 bulan tiap tahun.

Dahulunya kerja kenabian ini hanya Allah SWT berikan kepada para Nabi dan Rasul saja. Tetapi Allah

SWT hendak muliakan ummat akhir zaman dengan kerja kenabian. Bahkan yang ajibnya lagi, Nabi-nabi terdahulu banyak yang meminta menjadi ummat akhir zaman. Karena nabi terdahulu dihantar hanya untuk satu kaum saja. Tetapi istimewanya ummat akhir zaman, dihantar untuk seluruh manusia. Mereka rela menanggalkan titel kenabiannya untuk menjadi ummat akhir zaman.

Allah SWT telah kenalkan kita usaha yang paling mulia diatas permukaan bumi ini. Jadi, jagalah dengan baik, jangan sampai Allah SWT campakkan kita dari usaha dakwah ini. Terkadang kita masih merasa dalam dakwah padahal kita sudah jauh dari usaha dakwah.

Keluar 3 hari sudah tidak pernah

Musyawarah khalaqah tidak pernah datang

Jaulah sudah tidak ada.
 
 
Apalah gunanya Handphone BlackBerry tetapi jarang digunakan. Lebih baik Handphone Nokia 1600 tetapi sering digunakan untuk hubungan internasional.
Read More...
Share/Bookmark

Dakwah Itu Bukan Tanggung Jawab Saya!!

Satu orang raja hendak mencari satu orang yang mau bekerja membersihkan taman dan kolam yang ada di belakang kerajaan. Singkat cerita dapatlah satu orang yang mau untuk bekerja membersihkan taman dan kolam. Raja pun berkata, setiap hari pekerjaanmu membersihkan taman dan kolam jangan sampai ada satu helei daun pun yang berserakan.
 
Setiap pagi dan sore taman ini dibersihkan, sehingga siapa saja yang datang ketaman tersebut akan merasa kagum. Ketika sedang asyik membersihkan taman, satu orang putri raja yang masih kecil bermain-main ditaman tersebut. Anak tersebut pun perlahan bermain dipinggir kolam. Semakin kepinggir dan jatuh kedalam kolam. Hal ini dengan jelas dilihat oleh penjaga taman dan dia membiarkan saja dan akhirnya putri raja yang masih kecil ini pun mati didalam kolam.

Penjaga taman berkata dalam hatinya, tugas saya kan membersihkan taman dan kolam. Menjaga dan menyelamatkan putri raja itu bukan tugas saya. Ngapain saya capak-capek menolong putri raja, itukan bukan tugas saya.

Kematian putri pun diketahui oleh raja. Raja bertanya, putri saya matinya dimana ? dijawab, di kolam renang. Raja berkata, panggil penjaga taman. Penjaga taman pun datang. Raja pun bertanya, adakah kamu tahu tentang kematian putri saya. Dengan pedenya penjaga taman berkata, betul raja saya melihat dengan jelas putri bermain ditaman dan bermain dipinggir kolam. Didepan mata saya dia jatuh kedalam kolam dan mati. Menjaga dan menyelamatkan putri itu bukan tugas saya raja. Tugas saya kerjakan dengan baik. Taman bersih tidak ada satu kotoran pun dan kolam pun airnya bersih dan enak dipandang. Raja berkata, seret orang ini dan campakkan kedalam penjara.

Dengan enaknya kita berkata, sayakan sudah shalat, puasa, sedekah untuk apa saya menyelamatkan manusia yang hendak jatuh kedalam kolam maksiat. Itukan bukan tugas saya. Tugas saya hanya shalat, puasa, sedekah dsb. Dakwah itu bukan tugas saya, bukan tugas saya. Allah SWT nanti akan berkata, seret dan campakkan orang ini kedalam neraka. Setiap hari dia berjalan dengan enaknnya kemesjid untuk shalat berjamaah tetapi tetangganya yang hendak jatuh kedalam kolam maksiat tidak pernah dia tolong.

Jadi kita jangan sudah merasa cukup karena sudah shalat, puasa dan haji. Ada tanggung jawab besar lainnya yang ada dipundak kita yaitu dakwah. Dakwah ini tanggung jawab kita semua. Bukan hanya tanggung jawab ulama saja tetapi tanggung jawab kita semua.

Menyelamatkan putri itu bukan tugas saya kata penjaga taman. Karena kebodohan kita, kita pun berkata,

Dawah Itu Bukan Tanggung Jawab Saya

Dawah Itu Bukan Tugas Saya

Didalam Al Qur'an Masalah shalat tidak pernah diterangkan secara terperinci. Berapa rakaat shalat subuh, zuhur. Bagaimana tata cara shalat. Apa saja bacaan dalam shalat.

Begitu juga dengan puasa, zakat, haji tidak pernah dituliskan secara terperinci dalam Al Qur'an. Tetapi dijelaskan didalan hadits.

Tetapi amalan dakwah dituliskan secara terperinci dalam Al Qur'an. Mulai dari A sampai Z lengkap dituliskan. Bahkan bukan satu dua kisah. Puluhan kisah dituliskan dengan baik didalam Al Qur'an.

Karena ketinggian amalan dakwah ini disisi Allah SWT maka dijelaskan dengan sedetail mungkin didalam Al Qur'an tetapi banyak manusia menyepelekan amalan ini.

Dawah Itu Bukan Tanggung Jawab Saya

Dawah Itu Bukan Tugas Saya
Read More...
Share/Bookmark

capcusss

Download