KUMPULAN BEBERAPA HADITS NABI SAW :

.IMAN
.
© Iman itu, ialah engkau iman percaya dengan yakin kepada Allah, kepada malaikat-malaikatNya, kepada kitab-kitabNya, kepada utusan-utusanNya, kepada hari akhir (akan dibangkitkan dari kubur) dan yakin kepada taqdir (ketetapan Allah), taqdir yang baik maupun buruk (Muslim dari Umar) 
© Seutama-utama amal, ialah beriman kepada Allah dan rasulNya (Bukhori) 
© Tiga perkara, barangsiapa terdapat padanya yang tiga perkara itu, terasalah olehnya kemanisan Iman.
  1. mencintai Allah dan rasul-Nya, lebih dari mencintai segala yang lain
  2. mencintai seseorang semata-mata karena Allah
  3. benci kembali kepada kufur, serupa dengan benci dicampakkannya ke dalam api yang bernyala-nyala (Bukhori dan Muslim) 
© Rasulullah bersabda: Orang yang paling bahagia dengan syafaatku di hari kiamat adalah yang mengucapkan Laailaahaillallahu dengan ikhlas dari dalam hatinya (Bukhori) 
© Rasul bersabda: Allah berfirman: Jika hambaKu mengingatKu di dalam dirinya, maka Akupun akan mengingatnya di dalam diriKu (Bukhori dan Muslim) 
© Rasulullah SAW: Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak menerima amal perbuatan tanpa iman (Atthabrani) 
© Sabda Rasulullah SAW: Seorang mukmin bukanlah pengumpat atau suka mengutuk, tidak keji serta ucapannya tidak kotor (Bukhori) 
© Abu Hurairah r.a.: Sabda Rasulullah: Allah berfirman: Apabila hambaKu mengingatKu dalam dirinya, maka Akupun akan mengingatnya dalam diriKu (Muslim) 
© Orang mu’min itu adalah menjadi saudara sesama mu’min, karena itu janganlah meninggalkan memberi nasehat dalam segala hal (Ibn Najjar) 
© Orang mukmin yang paling utama (baik) ialah orang yang memudahkan penjualan, memudahkan pembelian, memudahkan membayar hutang, dan memudahkan memberikan pinjaman (Thabrani)
© Rasulullah bersabda: Warisan bagi Allah Azza wajalla dari hambaNya yang beriman adalah putera-puteri yang sholeh (beriman padaNya) (Aththahawi)

.
ISLAM
.
© Islam ditegakkan atas lima rukun, (1) bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah, (2) mendirikan shalat (fardhu lima kali sehari semalam), (3) menunaikan zakat, (4) menunaikan ibadah haji ke tanah suci di Mekah, bagi yang berkuasa, dan (5) puasa ramadhan (bukhori dan Muslim) 
© Agama Islam itu luhur dan tinggi, dan tidak akan ada yang melebihi (Aidz bin Umar) 
© Rasulullah SAW: Ucapan yang paling benar adalah Al Qur’an (Kitabullah), dan sebaik-baik jalan hidup adalah jalan hidup Nabi Muhammad SAW (Muslim) 
© Sabda Rasulullah: Sesungguhnya Assalaam adalah nama dari Allah Taalla yang dilrtakkan di bumi, maka sebarkan ucapan Assalaam diantaramu (Bukhori) 
© Rasulullah SAW bersabda: Aku tidak diutus  untuk melontarkan kutukan, tapi sesungguhnya aku diutus sebagai pembawa rahmat (Bukhori dan Muslim) 
© Sungguh berbahagialah bagi orang yang mendapat hidayah Islam, dan penghidupannya sederhana dan menerima apa yang ada (qana’ah ) (Turmudzi) 
© Sungguh berbahagialah orang yang telah masuk Islam, dan diberi rizki cukup, lalu merasa cukup terhadap apa-apa yang diberikan Allah kepadanya (Muslim) 
© Yang dimaksud kaya itu bukan saja kekayaan karena banyaknya harta benda, melainkan yang disebut kaya sebenarnya ialah kaya hati (tenangnya jiwa) (Bukhori dan Muslim) 
© Tidaklah halal bagi seorang muslim mendiamkan (tidak mengajak bicara) saudaranya yang muslim lebih dari tiga hari, keduanya bertemu lalu ini memalingkan mukanya dan inipun berpaling pula. Dan yang paling baik diantara keduanya ialah yang memulai lebih dulu mengucap salam (Assalamu’alaikum) (Bukhori dan Muslim) 
© Rasul SAW: Janganlah sekali-kali seorang laki-laki mukmin membenci istrinya yang beriman. Bila ada perangainya yang tidak disuka, pasti ada perangai yang disuka
 
.
SHALAT
.
© Amal yang pertama kali akan dihisab  untuk seseorang hamba nanti pada hari kiamat ialah shalat, maka apabila shalatnya baik (lengkap), maka baiklah seluruh amalnya yang lain, dan jika shalatnya itu rusak (kurang lengkap) maka rusaklah segala amalan yang lain (Thabrani) 
© Pekerjaan yang sangat disuka Allah, ialah mengerjakan shalat tepat pada waktunya. Sesudah itu berbakti kepada ibu-bapak. Sesudah itu berjihad menegakkan agama Allah (Bukhori dan Muslim) 
© Anas r.a.: Nabi SAW selalu memotivasi umatnya untuk sholat berjamaah dan melarang mereka pergi keluar sebelum imam mereka pergi (Muslim) 
© Shalat berjamaah lebih utama daripada shalat sendirian, pahalanya berlipat ganda sampai duapuluh tujuh derajat (dibandingkan dengan shalat sendirian) (Bukhori dan Muslim) 
© Rasul Bersabda: Takutlah kamu bila angkat kepalamu dari sujud mendahului imam, karena Allah akan ubah kepalamu jadi kepala keledai (Bukhori dan Muslim) 
© Ummu Salamah r.a.: Bila selesai salam pada saat sholat di masjid, Rasul berhenti sejenak agar wanita pulang lebih dahulu sebelum pria (Bukhori)

.
AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR
.
© Ubadah r.a.: Ketika wahyu diturunkan padanya, Nabi SAW tampak susah, sengsaranya, hingga air mukanya berubah karena beratnya wahyu tersebut (Muslim) 
© Anas r.a.: Do’a Rasulullah SAW: Ya Allah, aku berlindung padaMu dari kelemahan, kemalasan, sifat pengecut, sia-siakan usia dan dari sifat kikir (Muslim) 
© Abu Hurairah r.a.: Sabda Rasul: Sebaik-baiknya wanita adalah yang paling saying terhadap anak yatim yang masih kecil dan paling perhatian terhadap suami (Muslim) 
© Andaikata engkau pernah berbuat dosa kepada Allah sehingga langit itu penuh dengan dosa-dosamu, lalu engkau menyesali dengan taubat, maka Allah menerima taubatmu, yakni diampuni dosamu (Ibn Majah) 
© Semua manusia (anak Adam) itu melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan itu ialah orang-orang yang suka bertaubat (Turmudzi dan Ibn Majah) 
© Jadilah kamu orang yang mengajar atau belajar atau pendengar (orang mengaji), atau pecinta (mencintai ilmu) dan janganlah kamu menjadi orang yang kelima (artinya tidak mengajar, tidak belajar, tidak suka mendengarkan pengajian, dan tidak mencintai ilmu), maka kamu akan hancur (Baihaqi)
© Orang yang bertambah ilmunya dan tidak bertambah petunjuk yang dimilikinya maka ia akan semakin jauh dari Allah SWT (Abu Dawud) 
© Barangsiapa menuntut ilmu yang biasanya ditujukan untuk mencari keridhaan Allah, tiba-tiba ia tidak mempelajarinya kecuali hanya untuk mendapatkan harta benda keduniaan, maka ia tidak akan memperoleh bau harumnya sorga pada hari kiamat (Abu Dawud) 
© Amal yang paling disenangi oleh Allah, ialah amal yang terus-menerus dikerjakan, walaupun sedikit (Bukhori dan Muslim) 
© Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Tangan yang di atas ialah yang memberikan, dan tangan yang di bawah ialah yang minta (menerima) ( Bukhori dan Muslim) 
© Barangsiapa yang menanggung anak yatim di rumahnya yakni ia diberi makan dan minum (sama dengan makan dan minumnya), maka Allah akan memasukkan ia di sorga, kecuali jika ia melakukan dosa yang tidak dapat diampuni (Turmudzi) 
© Rasulullah SAW: Sesungguhnya sedekah seseorang walau hanya sesuap, akan dikembang biakkan olehNya seperti gunung, maka bersedekahlah (Bukhori dan Muslim) 
© Rasul bersabda: Firman Allah: Dekatkanlah dirimu padaKu (Allah) dengan cara mendekatkan diri kepada kaum yang lemah, berbuat ihsan kepadanya (Muslim) 
© Pelayanmu adalah saudaramu, samakan makanan/pakaiannya denganmu, jangan beri pekerjaan yang dia tidak mampu mengerjakannya (Bukhori) 
© Rasulullah bersabda: Siapa ingin doanya terkabul/dibebaskan dari kesulitan, hendaknya ia membantu/menatasi kesulitan orang lain (Ahmad) 
© Rasul SAW: Firman Allah: Siapa niat lakukan kebaikan, tapi tidak kerjakan, maka Allah catat niat itu seperti satu (1) kebaikan penuh di sisiNya (Muslim) 
© Nabi bersabda: bila seorang laki-laki memberi nafkah keluarganya semata-mata karena harapkan ridha Allah maka sama dengan dia memberi sedekah (Bukhori) 
© Rasul bersabda: tidak satupun milikku yang kusembunyikan darimu, maka jaga harga dirinya niscaya Allah akan menjaganya (Bukhori dan Muslim) 
© Rasul: Allah berfirman: Hambaku yang Aku sehatkan, luaskan rizkinya dan selama 5 tahun tidak berhaji, ia akan kehilangan rahmatKu (Al Baihaqi) 
© Jabir r.a.: Rasulullah SAW bersabda: Jagalah dirimu dari sifat kikir, karena kikir itu membinasakan umat-umat sebelum kamu (Muslim) 
© Rasulullah SAW bersabda: panas api neraka adalah 70x dari panasnya api yang biasa dipakai anak cucu Adam untuk memasak (Bukhori) 
© Sabda Rasul: Ihsan ialah beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihatNya, jika tidak mampu, maka yakinkan hatimu bahwa Allah melihatmu (Bukhori)
© Sabda Rasulullah SAW: Sesungguhnya Allah memiliki kecemburuan dan kecemburuan Allah adalah bila seorang mukmin melanggar laranganNya (Bukhori) 
© Rasul bersabda: Bila Allah benci seorang hamba, Dia menyeru para penghuni langit untuk membencinya dan kebencian itu merambat ke bumi (Muslim) 
© Rasul bersabda: Bila malaikat Allah dapati majelis zikir, ia duduk bersama, kelilingi dengan sayapnya hingga menutupi sampai ke langit (Muslim) 
© Ibnu Umar r.a.: Rasul bersabda: Seorang lelaki adalah pemelihara keluarganya dan bertanggungjawab atas semua anggota keluarganya (Bukhori dan Muslim) 
© Rasulullah SAW: Jangan mencaci orang yang telah meninggal, karena sebenarnya mereka telah sampai pada apa yang telah mereka lakukan (Bukhori) 
© Aisyah r.a.: Rasul bersabda: Bila sifat lemah lembut ada pada sesuatu maka akan menghiasinya dan bila hilang maka akan mengotorinya (Muslim) 
© Rasulullah bersabda: Siapa yang mengorek-orek keburukan saudaranya semuslim maka Allah akan mengorek-orek keburukannya (Ahmad) 
© Usamah r.a.: Rasul SAW: Aku berdiri di pintu surga, kebanyakan yang memasukinya orang-orang miskin dan yang kaya/berkedudukan tetap bertahan di luar (Bukhori dan Muslim) 
© Abu Hurairah r.a: rasul bersabda: Bila kerabatmu jahat terhadapmu, berbuat baiklah selalu kepadanya, maka Allah senantiasa menolongmu (Bukhori dan Muslim) 
© Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah Taalla indah dan suka keindahan, suka melihat kenikmatan hambaNya, benci kemelaratan (Muslim) 
© Hubungilah orang yang telah memutuskan engkau, dan berilah kebaikan kepada yang telah berbuat jahat kepada engkau, dan katakanlah (berbicaralah) dengan hak (yang sebenarnya) walaupun terhadap dirimu sendiri (Ibn Najar) 
© Bukanlah orang yang paling baik daripadamu itu yang meninggalkan dunianya karena akhiratnya, dan tidak pula yang meninggalkan akhiratnya karena dunianya, sebab dunia itu penyampaian kepada akhirat, dan janganlah kamu menjadi beban atas manusia ( Ibnu ‘Asakir) 
© Wanita beriman dilarang berkabung lebih dari 3 malam, kecuali kematian suaminya, masa berkabungnya 4 bulan 10 hari (Bukhori dan Muslim).
Read More...
Share/Bookmark

Ela-Salaty - new Arabic program

Read More...
Share/Bookmark

Evaluasi Diri Tanda Kecerdasan

 
Syarah Hadits
Hadits ini diriwayatkan Al-Bukhari pada Bab Takut terhadap Menyepelekan Dosa. Apa yang disampaikan sahabat Anas ra ini disebut khabar, yakni perkataan yang disampaikan oleh para sahabat, bukan Rasulullah SAW. Dalam khabar lain katakan, “Janganlah kau lihat kecilnya suatu kesalahan, melainkan lihatlah keagungan Dzat yang engkau maksiati (yakni Allah Ta’ala)”.
Hadits ini mengandung pelajaran bahwa seorang muslim hendaknya mewaspadai dirinya dari berbuat kemaksiatan sekalipun itu jenis dosa yang kecil, karena khawatir berakibat kerusakan bagi dirinya dalam pengamalan agama. Menganggap enteng dosa menandakan hilangnya rasa takut kepada Allah Ta’ala. Sebaliknya menganggap besar dosa menandakan seseorang itu memiliki rasa takut kepada Allah dan kemauan untuk berdekatan dengan-Nya. Karena bila ingin dekat dengan-Nya, seseorang akan bersikap wara’ (berhati-hati dalam berbuat).
Anas ra adalah salah seorang sahabat yang termasuk dalam jajaran mereka yang memiliki kemuliaan itu, yang terlihat dari kecemasan dalam nasihaynya bagi orang-orang yang hidup setelah masa Nabi SAW.
Sifat wara’ yang demikian semestinya tumbuh dalam diri orang yang beriman yang ingin selalu berdekatan dengan Tuhannya. Dalam sebuah khabar lain dibuat perumpamaan berikut :


Syarah Hadits
Hadits ini dicantumkan Al-Bukhari pada Kitab Nikah Bab Kecemburuan, sedangkan Muslim menyebutkannya pada Kitab Taubat Bab Cemburunya Allah Ta’ala dan Pengharaman Perbuatan Tercela.
Para ulama mengartikan, “cemburu”-nya Allah Ta’ala adalah Dia melarang atau mencegah manusia melakukan perbuatan tercela dan semua perbuatan yang diharamkan-Nya karena Dia tidak rela manusia melanggarnya. Cemburunya Allah tidak melunturkan keagungan dzat-Nya, karena cemburunya Allah Ta’ala berimplikasi baik bagi manusia, yang diciptakan-Nya. Sedangkan kecemburuan pada manusia terkait dengan perubahan keadaan seseorang dan memunculkan kegelisahan dirinya. Jadi, kecemburuan-Nya tidak seperti cemburunya makhluk. Sifat Allah berbeda dengan sifat makhluk-Nya.
Hadits berikut ini mengajarkan kita untuk menjauhi hal-hal haram yang dapat menyebabkan kemurkaan Allah, bukan lagi kecemburuan-Nya.


Syarah Hadits
Hadits ini diriwayatkan At-Tirmidzi pada beberapa bab, yakni bab Kiamat, Bab Orang yang Cerdas, dan Bab Orang yang mengoreksi dirinya. Perawai hadits ini, yakni sahabat Syaddad, yang dijuluki Abu Ya’la, wafat di Baitul Maqdis, Palestina, pada tahun 58 H dalam usia 75 tahun. Ia meriwayatkan 50 buah hadits.

Orang yang cerdas tidak hanya identik dengan IQ (tingkat inteligensi)-nya yang tinggi atau prestasi besar yang diperolehnya, melainkan juga kemampuan diri mengelola ranah spiritual dan emosionalnya, yang disebut SQ dan EQ. Hadits diatas menjelaskan hal tersebut.

Seorang yang cerdas selalu mengintropeksi diri dan melampaui batas kehidupannya. Seorang yang cerdas juga selalu taat keapda Allah dan membekali diri untuk suatu masa yang menjadi masa perhitungan (Yawm al-Hisab). Sedangkan mereka yang lemah selalu menuhankan nafsu diatas segalanya. Acapkali ia menyesali kesalahan, tetapi hanya mengharap keridhaan Allah Ta’ala tanpa berupaya mencari keridhaan_nya itu.

Dalam sebuah syair dikatakan :


Syarah Hadits
Hadits ini dimasukkan oleh At-Tirmidzi dalam Bab-bab Zuhud. Pelajaran yang dapat dipetik dari hadits ini ialah, seseorang hendaknya menyibukkan dirinya dengan hal yang baik, sebagai bekal kehidupan dunia dan akhiratnya. Dan hendaknya juga ia mengenyahkan segala hal yang tidak dibutuhkannya dan tidak pula memberinya manfaat. Ia pun tidak perlu usil urusan orang lain yang tidak bermanfaat baginya. Itulah karakter istiqamah yang sempurna. Wallahu a’lam.


Sumber Majalah Alkisah No. 9 Tahun 2008
Read More...
Share/Bookmark

Hati Menurut Islam

الحمد لله رب العالمين وصلى الله على نبيينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين, أما بعد

Sesungguhnya amalan-amalan hati memiliki nilai dan kedudukan yang sangat tinggi, memperhatikan dan berilmu dengannya adalah termasuk al-maqashid (tujuan) bukan sekedar wasa`il (sarana dan perantara). Karenanya termasuk perkara yang terpenting adalah menjelaskan urgensi dan kedudukannya dalam nash-nash Al-Qur`an dan As-Sunah, serta menjelaskan berbagai maslahat yang lahir dari baiknya hati serta semua mafsadat yang lahir dari jeleknya hati. Karenanya Allah   mengingatkan, 
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 9-10)
Pembahasan mengenai amalan-amalan hati termasuk pembahasan yang sangat panjang di dalam kitab-kitab para ulama, dan membahas semua itu tentunya akan memakan waktu yang sangat lama. Karenanya pada kesempatan yang ringkas ini kita hanya akan membicarakan beberapa poin yang berkenaan dengannya:

a)    Definisi dan tempat hati.
b)    Kedudukan hati.
c)    Perbandingan antara hati dengan pendengaran dan penglihatan.
d)    Hal-hal yang memperbaiki hati.
e)    Hal-hal yang merusak hati.
f)    Yang dimaksud dengan amalan hati.
g)    Hukum amalan hati dari sisi pahala dan dosa.
h)    Keutamaan amalan hati dibandingkan amalan jawarih (anggota tubuh).
i)    Pembagian manusia dalam mengamalkan amalan hati.

Pertama: Definisi dan letak hati.
Kata hati (arab: qalbun) mempunyai dua penggunaan dalam bahasa:

a.    Menunjukkan bagian yang paling murni dan paling mulia dari sesuatu.
b.    Bermakna merubah dan membalik sesuatu dari satu posisi ke posisi lain.
 
Lihat Mu’jam Maqayis Al-Lughah
Kedua makna ini sesuai dengan makna hati secara istilah, karena hati merupakan bagian yang paling murni dan paling mulia dari seluruh makhluk hidup yang mempunyainya, dan dia juga sangat rawan untuk berbolak-balik dan berubah haluan. Nabi  bersabda:

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
“Wahai Yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agamamu.” (HR. At-Tirmidzi dari Anas bin Malik )
Adapun letaknya, maka Al-Qur`an dan As-Sunnah menunjukkan bahwa dia terletak di dalam dada. Allah  berfirman,
“Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (QS. Al-Hajj: 46)
Dan Nabi  juga bersabda tentang ketaqwaan, “Ketakwaan itu di sini, ketakwaan itu di sini,” seraya beliau menunjuk ke dada beliau (HR. Muslim dari Abu Hurairah). Dan tempat ketakwaan tentunya adalah dalam hati.

Bertolak dari hal ini para ulama juga membahas mengenai letak akal. Seluruh kaum muslimin bersepakat -kecuali mereka yang terpengaruh dengan filosof dan ilmu kalam- bahwa akal itu terletak di dalam hati, bukan di otak. Allah  berfirman,  
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat berakal dengannya.” (QS. Al-Hajj: 46)

Kalau begitu letak akal adalah di dalam hati, di dalam dada, walaupun tidak menutup kemungkinan dia (akal) mempunyai hubungan dengan otak, sebagaimana tangan yang terluka akan berpengaruh pada seluruh anggota tubuh lainnya. Karenanya kalau ada seseorang yang kepalanya dipukul atau terkena benturan yang keras maka terkadang menyebabkan akal dan ingatannya hilang.


Kedua:  Kedudukan hati.
Nabi  bersabda dalam hadits Ibnu Mas’ud:

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam hati ada segumpal daging yang kalau dia baik maka akan baik pula seluruh anggota tubuh, dan kalau dia rusak maka akan rusak pula seluruh anggota tubuh, ketahuilah di adalah hati.” (Muttafaqun alaih)

Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata, “Dalam hadits ini ada isyarat yang menunjukkan bahwa baiknya gerakan anggota tubuh seorang hamba, dia meninggalkan semua yang diharamkan dan menjauhi semua syubhat, sesuai dengan baiknya gerakan hatinya.” (Jami’ Al-Ulum Wa Al-Hikam: 1/210)


Ketiga: Perbandingan antara hati dengan pendengaran dan penglihatan.
Ketiga anggota tubuh ini merupakan anggota tubuh terpenting pada tubuh manusia karena pada ketiganyalah semua ilmu dan pengetahuan berputar. Allah  berfirman,  
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra`: 36)
Allah mengkhususkan penyebutkan ketiganya di antara semua anggota tubuh lainnya karena merekalah anggota tubuh yang paling mulia dan paling sempurna. Syaikhul Islam Ibnu Taimiah menyebutkan perbandingan ketiga anggota tubuh ini dalam Al-Majmu’ Al-Fatawa (9/310) yang kesimpulannya sebagai berikut:
Penglihatan adalah yang terendah di antara ketiganya karena dia hanya bisa mengetahui sesuatu yang terlihat pada saat itu, berbeda halnya dengan pendengaran dan hati karena kedua bisa mengetahui sesuatu yang tidak terlihat, baik yang terjadi di zaman dahulu maupun di zaman yang akan datang. Kemudian pendengaran dan hati berbeda dari sisi: Hati itu sendiri bisa memahami sesuatu sementara pendengaran hanya berfungsi sebagai pengantar ucapan -yang berisi ilmu- kepada hati.

Keempat: Hal-hal yang memperbaiki hati.
Jumlahnya sangatlah banyak, di antaranya:
a.    Al-mujahadah (kesungguhan) dalam memperbaikinya.
Allah   berfirman,
“Dan orang-orang yang bermujahadah untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS. Al-Ankabut: 69)

Abu Hafsh An-Naisaburi berkata, “Saya menjaga hatiku selama dua puluh tahun kemudian dia yang menjagaku selama dua puluh tahun.” (Nuzhah Al-Fudhala`: 1205)

b.    Banyak mengingat kematian dan hari akhirat.
Rasulullah  bersabda dalam hadits Abu Hurairah :
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ

“Perbanyaklah mengingat penghancur kelezatan, yakni kematian” (HR. Imam Empat kecuali Abu Daud)

Dan beliau juga bersabda tentang ziarah kubur, “Karena sesungguhnya dia mengingatkan kalian kepada negeri akhirat -dalam sebagian riwayat: Kematian-.” (HR. An-Nasa`i dan Ibnu Majah juga dari Abu Hurairah )

Dan dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah sangat banyak ayat dan hadits yang mengingatkan akan kengerian hari kiamat dan dahsyatnya api neraka.

Said bin Jubair -rahimahullah- berkata, “Seandainya mengingat kematian hilang dari hatiku niscaya saya khawatir kalau hal itu akan merusak hatiku.”

c.    Bergaul dengan orang-orang yang saleh.
Dalam hal ini Nabi   bersabda sebagaimana dalam hadits Abu Musa Al-Asy’ari :

إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً

“Perumpamaan teman duduk yang baik dengan teman duduk yang jelek adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, maka mungkin dia akan memberikannya kepadamu atau mungkin juga kamu akan membeli darinya atau paling tidak kamu mencium bau wangi di sekitarmu. Adapun pandai besi, maka kalau dia tidak membakar pakaianmu maka paling tidak kamu mencium bau busuk di sekitarmu”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Bahkan Allah Ta’ala telah berfirman, “Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka,” (QS. Hud: 113)

d.    Hatinya selalu terkait dengan Penciptanya dan Sembahannya.
Ini adalah jenjang ihsan yang Rasulullah  telah jelaskan definisinya dalam hadits Jibril yang masyhur, “Engkau menyembah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan kalau kamu tida sanggup melihat-Nya maka yakinlah kalau Dia melihatmu.” (Muttafaqun alaih)

Ibnu Al-Qayyim berkata dalam Al-Wabil Ash-Shayyib, “Sesungguhnya di dalam hati ada wahsyah (sifat liar) yang tidak bisa dihilangkan kecuali dengan ketenangan dalam mengingat Allah, di dalamnya ada kesedihan yang tidak bisa dihilangkan kecuali dengan kegembiraan mengenal-Nya, dan padanya ada kefakiran yang tidak bisa dihilangkan kecuali dengan kejujuran tawakkal kepada-Nya, yang seandainya seseorang diberikan dunia beserta segala isinya niscaya kefakiran tersebut tidak akan hilang.”

e.    Amalan saleh dengan semua bentuknya.
Allah Ta’ala berfirman,
“Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barang siapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri.” (QS. Fushshilat: 46)
Ibnu Abbas  berkata, “Sesungguhnya amalan baik memberikan cahaya pada hati, kecemerlangan pada wajah, kekuatan pada badan, tambahan pada rezeki, kecintaan di dalam hati-hati para hamba.”

Dan sebesar-besar bahkan landasan setiap amalan yang saleh adalah ilmu agama yang bermanfaat, dengannyalah seorang hamba mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat. Rasulullah  bersabda dalam hadits Muawiah bin Abi Sufyan:

مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan pada dirinya maka Dia akan memberikannya pemahaman dalam agama.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

f.    Memanfaatkannya (hati) sesuai dengan tujuan penciptaannya.
Ini adalah hal yang bisa dipahami secara akal, yakni suatu benda yang dibuat untuk mengerjakan sesuatu pasti akan rusak kalau digunakan untuk selain dari tujuan pembuatannya. Dan tujuan diciptakannya hati dan akal adalah untuk mentadabburi ayat-ayat Allah yang bersifat syar’i dan kauni yang darinya akan lahir amalan-amalan sebagai tanda keimanan dia kepada Allah.

Pernah ditanyakan kepada Ummu Ad-Darda` -radhiallahu anha- tentang ibadah suaminya yang paling sering dia lakukan, maka beliau menjawab, “Berpikir dan mengambil pelajaran (darinya).”

g.    Berdzikir kepada Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman,
“Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Qur’an), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan) maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (QS. Az-Zukhruf: 36)

Dan Allah   berfirman,
“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?” Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan.” (QS. Thaha: 124-126)

Dan Allah berfirman, 
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)

Kelima: Hal-hal yang merusak hati.
Telah jelas pada pembahasan sebelumnya perkara apa saja yang merusak hati, yaitu dengan mengetahui kebalikan semua perkara yang memperbaiki hati. Dan di sini kita tambahkan beberapa perkara:

a.    Melampaui batas dalam semua perkara.
Allah Ta’ala berfirman, “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu.” (QS. At-Takatsur: 1)
Dan Allah   berfirman, “Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf: 31)
Al-Fudhail bin Iyadh berkata, “Ada dua perkara yang menjadikan hati menjadi keras: Terlalu banyak bicara dan terlalu banyak makan.” (Nuzhah Al-Fudhala`: 779)

b.    Memakan makanan yang haram.
Karena makanan merupakan salah satu unsur pembentuk hati, dan telah shahih dari Nabi  bahwa beliau bersabda, “Daging mana saja yang tumbuh dari sesuatu yang haram maka neraka lebih pantas baginya.”

c.    Tenggelam dalam mengejar dunia.
Telah datang tahdziran dari Allah dan Rasul-Nya mengenai fitnah dunia, di antaranya Allah Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau.” (QS. Muhammad: 36)

Dan Rasulullah  telah bersabda dalam hadits Abu Said Al-Khudri :

فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ

“Maka takutlah kalian kepada fitnah dunia dan takutlah kalian kepada fitnah wanita, karena sesungguhnya fitnah yang pertama kali menimpa Bani Israil adalah dalam masalah wanita.” (HR. Muslim)

Keenam: Yang dimaksud dengan amalan hati.
Yang dimaksud dengannya adalah semua amalan yang letaknya di dalam hati atau yang mempunyai hubungan dengannya. yang terbesar darinya adalah keimanan kepada Allah, cinta, takut dan berharap kepada-Nya, taubat dan kembali kepada-Nya, tawakkal, sabar, yakin, khusyu’, ikhlas dan semacamnya. Darinya kita sudah bisa membedakan antara amalan hati, amalan lisan -seperti berzikir dan berdoa-, dan amalan anggota tubuh –seperti ruku’, sujud dan semacamnya-.

Ketujuh: Hukum amalan hati dari sisi pahala dan dosa.
Dalam hal ini dia sama dengan amalan anggota tubuh lainnya walaupun dari sisi kedudukan, dia lebih utama darinya. Maka kalau seseorang dihukum ketika dia melakukan ghibah dengan lisannya, maka demikian pula dia akan dihukum ketika hatinya bertawakkal kepada selain Allah. Apalagi yang memang merupakan ibadah hati, maka seseorang akan dihukum ketika hatinya meninggalkan ibadah tersebut walaupun dia tidak menampakkannya dalam amal perbuatannya, seperti cinta kepada Allah, keyakinan hanya Allah yang mengetahui perkara ghaib dan semacamnya.

Kedelapan: Keutamaan amalan hati dibandingkan amalan jawarih (anggota tubuh).
Keutamaannya bisa ditinjau dari beberapa sisi:
a.    Rusaknya ibadah hati terkadang menyebabkan rusaknya ibadah yang berkenaan dengan anggota tubuh, contohnya keikhlasan dalam ibadah. Allah   berfirman dalam hadits qudsi:

أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنْ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ

“Saya adalah Dzar yang paling tidak butuh kepada kesyirikan, karenanya barangsiapa yang mempersekutukan saya dalam ibadahnya maka Saya akan meninggalkannya dan apa yang dia sekutukan.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah )

b.    Amalan hati -yang asalnya adalah tauhid- merupakan asas untuk selamat dari neraka dan masuk ke dalam surga.

Nabi  bersabda dalam hadits Jabir riwayat Muslim:

مَنْ لَقِيَ اللَّهَ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ دَخَلَ النَّارَ

“Barangsiapa yang berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak berbuat kesyirikan sedikit pun maka dia akan masuk surga, dan barangsiapa yang berjumpa dengan Allah dalam keadaan berbuat kesyirikan maka dia akan masuk neraka.”

c.    Ibadah hati lebih berat dilaksanakan daripada ibadah jawarih.

Muhammad bin Al-Munkadir berkata, “Saya melatih jiwaku selama empat puluh tahun sampai akhirnya dia bisa istiqamah.” (Nuzhah Al-Fudhala`: 607)

Dan Yunus bin Ubaid -rahimahullah- juga pernah berkata, “Sesungguhnya saya telah menawarkan kepada jiwaku agar dia mencintai untuk manusia pada apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri dan membenci untuk manusia pada apa yang yang dia benci untuk dirinya sendiri, tapi ternyata itu sangat jauh darinya. Kemudian pada kesempatan lain saya menawarkan kepadanya agar dia tidak menyebut-nyebut mereka (orang lain) kecuali dengan kebaikan dan agar tidak menyebut dan tidak membicarakan mereka dengan kejelekan, akan tetapi saya menilai puasa di siang hari yang sangat panas lebih mudah baginya (jiwa) daripada itu.” (Nuzhah Al-Fudhala`: 539)

d.    Amalan hari merupakan pendorong dan penggerak dari amalan jawarih.
Telah berlalu ucapan Ibnu Abbas yang menunjukkan akan hal itu. Dan Utbah Al-Ghulam -rahimahullah- juga pernah berkata, “Barangsiapa yang mengenal Allah niscaya dia akan mencintai-Nya, dan barangsiapa yang mencintai-Nya niscaya dia akan menaatinya.”

e.    Terkadang ibadah hati bisa menjadi pengganti dari ibadah jawarih.
Misalnya dalam jihad, Nabi  bersabda:

إِنَّ بِالْمَدِينَةِ لَرِجَالًا مَا سِرْتُمْ مَسِيرًا وَلَا قَطَعْتُمْ وَادِيًا إِلَّا كَانُوا مَعَكُمْ –في رواية: إِلَّا شَرِكُوكُمْ فِي الْأَجْرِ- حَبَسَهُمْ الْمَرَضُ
 
“Sesungguhnya di Madinah ada beberapa orang yang tidaklah kalian menempuh satu pun perjalanan dan tidaklah kalian melewati satu pun lembah kecuali mereka  bersama kalian -dalam sebagian riwayat: Bersekutu dengan kalian dari sisi pahala-, mereka adalah orang-orang yang ditahan oleh penyakit.” (HR. Muslim dari Jabir  dan Al-Bukhari dari Anas  yang semakna dengannya)

f.    Amalan jawarih mempunyai batas yang telah ditentukan, baik dari sisi pelaksanaan maupun pahala, berbeda halnya dengan amalan hati.

Hal ini disebutkan oleh Ibnu Al-Qayyim dalam Madarij As-Salikin. Aisyah -radhiallahu anha- berkata dalam hadits riwayat Muslim:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ اللَّهَ عَلَى كُلِّ أَحْيَانِهِ

“Adalah Rasulullah  selalu mengingat Allah dalam setiap keadaan beliau.”
 
Allah Ta’ala berfirman, 
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)

g.    Amalan hati ada yang terus-menerus berlanjut pada saat amalan jawarih terhenti atau melemah.

Di dalam kubur seseorang menjawab pertanyaan kedua malaikat dengan tauhidnya, penghuni surga senantiasa mencintai, mengagungkan dan memuliakan Allah. Akan tetapi mereka (yang dalam kubur atau di surga) tidak lagi mengerjakan shalat, puasa dan seterusnya dari ibadah anggota tubuh.

h.    Ibadah hati penentu besar kecilnya nilai dan pahala ibadah anggota tubuh, bahkan -dalam sebagian keadaan- dia bisa menjadi penentu diterima atau tertolaknya ibadah anggota tubuh.

Rasulullah  bersabda, “Sesungguhnya setiap amalan ibadah tergantung dengan niatnya, dan setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang dia niatkan,” al-hadits. (Muttafaqun alaih dari Umar )

Abdullah bin Al-Mubarak berkata, “Betapa banyak amalan kecil yang dibuat banyak (besar) oleh niatnya, dan betapa banyak amalan yang banyak (besar) dibuat kecil oleh niatnya.”

Kesembilan: Pembagian manusia dalam mengamalkan amalan hati.
Imam Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziah menyebutkan tiga keadaan manusia dalam hal ini:

a.    Di antara mereka ada yang sibuk mengurusi ibadah-ibadah hati dan memperbaiki hatinya, akan tetapi dia meninggalkan dan melalaikan amalan-amalan yang zhahir.
b.    Sekelompok lainnya jutsru melakukan sebaliknya.
c.    Kelompok yang ketiga -dan ini yang tepat-, adalah mereka yang memperhatikan dan menjaga kedua jenis amalan ini tanpa ada bentuk tafrith (penyepelean) dan ifrath (extrim) padanya,

Dan mungkin bisa ditambahkan keadaan yang keempat -dan ini juga beliau isyaratkan dalam kitab beliau yang lain-: Kelompok yang menelantarkan keduanya.

وصلى الله على نبيينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين, والحمد لله رب العالمين
Read More...
Share/Bookmark

Keutamaan Menginfakkan Harta - Ayat ke-1

Di dalam kalam suci Illahi dan di dalam sabda-sabda Rasul-Nya yang terpercaya terdapat dorongan dan keutamaan menginfakkan harta. Dorongan dan pembicaraan tentang masalah tersebut sedemikian banyaknya hingga tak terbatas. Dengan memperhatikan masalah tersebut, diketahuilah bahwa harta bukanlah untuk disimpan, tetapi diciptakan untuk diinfakkan di jalan Allah SWT. Karena sedemikian banyaknya penjelasan tentang masalah ini, sehingga mengumpulkan sepersepuluh atau bahkan seperduapuluhnya saja sulit. Sebagai contoh, sebagaimana yang biasa dilakukan oleh Maulana Zakariyya, dalam risalah ini akan dikemukakan beberapa ayat Al Qur’an dan hadits beserta penjelasannya.


Ayat-ayat Mengenai Menginfakkan Harta


“ ( Kitab ini, Al Qur’an ) adalah petunjuk bagi orang yang takut kepada Allah. ( Yaitu ) mereka yang beriman kepada yang ghoib dan menegakkan sholat, dan menafkahkan sebagian rezeqi yang kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab ( Al Qur’an ) yang telah diturunkan kepadamu, dan kitab-kitab yang diturunkan sebelum kamu, dan mereka yakin akan adanya ( kehidupan ) akhirat. Mereka itulah yang berada di atas jalan yang benar dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” ( QS Al Baqarah 2- 5 ).

Penjelasan:

Dalam ayat di atas, terdapat beberapa masalah yang perlu direnungkan:

1. Petunjuk bagi orang yang takut kepada Allah SWT. Maksudnya adalah, orang-orang yang tidak takut kepada Maalik ( Yang Maha Merajai seluruh alam ), tidak menganggapnya sebagai Maalik, dan tidak mengetahui penciptanya, tentu tidak akan dapat melihat jalan-jalan kebenaran yang ditunjukkan oleh Al Qur’an. Jalan tersebut hanya akan dapat dilihat oleh orang yang melihat, sedangkan orang yang tidak memiliki mata sebagai perantara untuk melihat, tentu tidak akan melihat apa-apa. Begitu juga bagi orang yang dalam hatinya tidak mempunyai perasaan takut kepada Maalik, ia tentu tidak akan menghiraukan perintah Maalik.

2. Menegakkan sholat. Maksudnya adalah, hendaknya kita mengerjakan shalat dengan tertib, penuh perhatian dan menjaga adab-adab dan syarat rukunnya. Adapaun mengenai masalah shalat ini, perincian dan penjelasannya sudah dibicarakan di dalam Fadhilah Shalat. Di dalamnya dikutip perkataan Ibnu Abbas r.a., bahwa yang dimaksud dengan menegakkan shalat adalah mengerjakan ruku dan sujud dengan benar, konsentrasi/ tawajjuh dan khusyu’. Qatadah rah.a. berkata bahwa arti menegakkan shalat adalah dengan menjaga waktu-waktunya, berwudhu dengan sempurna dan ruku’ serta sujud dikerjakan dengan benar.

3. Mencapai Falaah ( keberuntungan ) adalah sesuatu yang sangat tinggi. Makna Falaah adalah meliputi kebahagiaan dan kejayaan agama maupun dunia. Imam Raghib rah.a. menulis bahwa kejayaan dunia adalah tercapainya berbagai kebaikan sehingga menjadikan kehidupan dunia menjadi baik, yaitu berupa kekayaan dan kemuliaan. Sedangkan kejayaan ukhrawi/ akhirat meliputi: 
  • 1> Kekal yang tidak fana’. 
  • 2> Kekayaan yang tidak disertai dengan kemiskinan.
  • 3> Kemuliaan yang di dalamnya tidak ada kehinaan sedikitpun.
  • 4> Ilmu yang tidak disertai dengan kebodohan.
Lafazh Falaah jika diucapkan secara mutlak, maka mengandung pengertian keduanya, yakni kejayaan agama dan dunia.
Read More...
Share/Bookmark

capcusss

Download